"Joy! Joya! Kenapa kamu terus ngehindar dari Kakak?" seru pemuda berpawakan tinggi ketika langkah gadis yang dia kejar terus menghindar.
"Joy, tunggu! Kakak mau ngomong sama kamu!" teriaknya lagi masih tidak diindahkan gadis itu.
Setelah beberapa meter mengejar Joya sampai depan rumah gadis itu, akhirnya Amir berhasil mencekal tangannya. "Kenapa dari tadi ngehindar terus? Kakak mau ngomong sama kamu."
"Makasih karena kembali tanpa merasa bersalah."
Ucapan yang baru saja keluar dari bibir gadis itu membuat Amir kebingungan. "Maksud kamu apa?"
Joya tersenyum miris. "Kak ... aku udah kembali, kembali sama ingatan aku yang dulu, dan Kakak tau? Aku nyesel, pernah minta ibu buat manggil Kak Amir saat aku baru bangun dari koma."
Seketika Amir menelan salivanya dengan susah payah, tangannya perlahan melepas cengkeramannya pada lengan gadis itu, dia tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.
"Sekarang jangan berharap kembali, karena Kakak udah ninggalin Joya sejak beberapa tahun lalu, dengan keadaan Joya dan ibu yang kritis. Lupain apa yang kita lewati beberapa bulan ini, karena semua itu enggak ada kesadaran dari aku," kata Joya menjelaskan secara tegas dan jelas.
"Joy, maafin Kakak, dulu Kakak enggak bermaksud ninggalin kamu sama ibu!" Amir juga ingin menjelaskan apa yang terjadi padanya. Joya tidak tahu bagaimana perasaannya ketika meninggalkan gadis itu, sangat sakit.
"Seenggaknya cukup maafin aku, Joy," sambung Amir lagi.
Namun, Joya sudah terlanjur membencinya dan semakin kecewa ketika menyadari Amir kembali saat dia amnesia, tanpa berusaha mengingatkannya pada Reynand sedikit pun.
"Please!" Amir berjongkok demi meminta maaf, lalu dia melanjutkan, "Jangan biarin Kakak terus merasa bersalah, kamu enggak tau gimana rasanya jadi aku pas ninggalin kamu, aku enggak punya pilihan."
"Kak ... mungkin masa lalu akan aku lupain, tapi Kakak tau? Yang buat aku tambah benci sama Kakak, kenapa Kakak enggak berusaha buat bilang ke aku kalau Reynand orang yang aku cintai, bukan Kakak? Kenapa seakan-akan perilaku Kakak selama ini bikin aku jauh dari Reynand?!" Joya meninggikan suaranya hingga mencetak jelas guratan nadi di leher. Mungkin Joya akan menerima kesalahan lama Amir, tetapi tidak dengan kesalahan barunya, lelaki itu telah menjauhkannya dari Reynand, dan itu lebih pahit.
"Aku minta maaf. Aku cuma pengen menebus kesalahan aku dengan kembali ke kamu. Aku kangen sama kamu selama ini." Amir masih ingat betul bagaimana dia dan Joya menghabiskan masa kecil bersama.
"Kembali dalam keadaan aku yang enggak sadar?" Tangis Joya pecah, dia sudah menahannya sejak tadi, kekecawaannya melebihi saat kecil dulu.
"Kakak jahat ... sama seperti dulu. Seharusnya Kakak bilang ke aku, kalau Kakak bukan pacar Joya kecil lagi semenjak Kakak pergi ke Singapura, dan pacar Joya itu Reynand, bukan kamu!" bentak Joya pada Amir.
"Ok, salahin Kakak semau kamu, tapi tolong, jangan biarin Kakak pergi lagi dengan rasa bersalah. Maafin aku, dan aku akan pergi kalau memang kamu enggak pengen lihat Kakak lagi." Amir memohon hingga mempertahankan untuk terus berlutut sebelum dimaafkan.
Joya terdiam di tempatnya berdiri, menahan rasa sakitnya jika mengingat semua yang Amir lakukan. Tidak bohong, Joya merasa rindu pada pemuda itu, acapkali mengingat masa kecil mereka dihabiskan berdua. Namun, mengapa harus ada ruang yang diisi kekecewaan juga, membuat dadanya sesak.
"Tolong, coba kamu pahami Kakak. Aku bertahan di sisi kamu cuma mau menebus kesalahan," terang Amir lagi.
"Joya enggak pernah jadi pengusir, tapi satu hal Kak, jangan pernah kembali kalau memang hanya akan membuat luka lagi ...." Joya memejamkan matanya sebentar, mengingat, bahwa Amir tetaplah pernah ada di hidupnya. Pemuda itu tetap pernah menjadi bagian kisah hidupnya, teman masa kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reynand & Joya (Kepulangan Hati) END
RomanceSELESAI/KOMPLIT PART LENGKAP (SEQUEL) Reynand & Joya. Baca R&J yg pertama akan lebih nyambung. Ternyata, pertengkaran seperti kucing dan tikus yang sering dilakukan, pada akhirnya membuat kita rindu masa itu. Pasalnya, waktu berubah semaunya. Reynan...