R&J kh10

869 123 14
                                    

Kembali Dengan Harapan

"Mengapa menyebut namamu saja terasa sakit? Separah itukah luka ini?"


Ruang rawat seorang gadis koma tiba-tiba menjadi sangat tegang. Gadis itu baru saja memperlihatkan beberapa pergerakan, setelah satu bulan lebih koma. Dokter pun menangani dengan segera tanpa lengah.

Di luar ruangan, Farah hanya bisa berdoa agar anaknya segera bangun dari tidur panjang. Ketegangan Farah bertambah saat sang Dokter keluar dari ruangan tersebut.

"Anak Ibu sudah sadarkan diri." Penuturan itu keluar dari bibir Dokter Pinkan. Hal tersebut membuat Farah seketika membelalakkan matanya, rasa tidak percaya dan bahagia membuatnya menitikan air mata.

Farah langsung masuk ke dalam ruangan di mana putrinya dirawat. Gadis yang selama ini terdiam, sudah kembali membuka matanya. Farah kembali menangis, rasa lelah karena terus berharap akan putrinya segera bangun, membuatnya menumpahkan semua rasa pada saat itu juga.

Farah membelai rambut putrinya dengan lembut. Melihatnya telah siuman, perasaannya begitu bersyukur. Ia menunggu beberapa jam, dan terus menggenggam tangan Joya yang masih berusaha menyadarkan diri.

"Ibu ...." Gadis itu memanggilnya sangat lirih, suaranya pun begitu parau.

"Joya." Farah hanya terus menangis seraya mengusap kepala putri tunggalnya.

Farah menunggu Joya untuk memulihkan diri, menstabilkan saraf-sarafnya yang lama tidak berfungsi. Beberapa saat menunggu, gadis itu mulai membaik, keadaannya sudah lebih baik setelah Dokter membantu mengembalikan keadaan tubuh Joya yang masih kaku. Bahkan, Farah langsung menelepon Reynand, agar pemuda itu langsung bertemu dengan putrinya yang pasti sangat dia rindukan. Meski perjalanan Reynand sedikit jauh, dan akan lama pemuda itu bisa sampai ke sini.

"Kak Amir?" Pertanyaan yang baru saja terlontar dari bibir Joya membuat Farah sangat terkejut.

"Amir?" tanya Farah tidak paham. Mengapa gadis itu memanggil nama orang yang bahkan sudah lama pergi.

"Em, kak Amir," sahut Joya lagi, masih dengan suara lemah.

Hal tersebut membuat Farah kaget, sekaligus merasa tertekan dengan pertanyaan Joya yang menurutnya tidak masuk akal.

"Kenapa kamu menanyakan Amir?" Farah kaget, karena sudah lama nama itu tidak ada di kehidupan mereka.

"Kak Amir yang nemenin Joya."

Tidak! Selama ini Reynand yang menemaninya, bukan Amir.

"Ayo, Bu, telepon kak Amir." Joya mengguncang-guncangkan tangannya dengan pelan.

"Ib–Ibu enggak punya nomer telepon Amir."

"Bu, Joya pengen ketemu kak Amir. Dia harus tau Joya di sini dan udah sembuh."

Farah menjadi gelisah dan merasa bingung. Tidak ada pilihan lain, dia menelepon pihak kampus untuk mencari informasi perihal Amir. Farah pikir pemuda itu masih di Singapura, tetapi setelah tahu Joya datang dengan taksi pesanan atas nama Amir Gintan, Farah menjadi berpikir kalau itu adalah sahabat lama Joya. Walau sebenarnya tidak ingin melakukannya, tetapi apa daya, dia harus melakukan ini karena permintaan sang putri yang baru saja bangun dari komanya.

"Ibu!" Suara gadis yang turun dari lantai atas membuatnya terperanjat.

Padahal, Farah tengah memikirkan kejadian saat gadis itu baru bangun dari koma. Ya ampun, Farah hampir jantungan dibuatnya.

Reynand & Joya (Kepulangan Hati) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang