Lily terus saja memandang kepergian Roy yang hilang di ambang pintu. Setelah dia rasa Roy sudah pergi jauh, Lily akhirnya keluar kelas dan menuju kantin menemui sahabat-sahabatnya. Namun di koridor Lily melihat Roy berbelok ke arah kelas November.
Bukankah tadi Roy bilang hendak menyusul Reza? Lalu Roy ingin bertemu siapa di kelas itu? Apakah Linda berada di kelas itu? Lily menarik nafas dan begumam 'sudahlah tak usah kau tanyakan lagi. Pastinya itu adalah kelasnya Linda'.
.
Dikantin kini sudah ada sahabat-sahabatnya Gritto,Yasmine,Nasya,Varsha,Refan,Natasha,Asley, Alivia dan Carissa."Hai... Pada ngapain? Tumben kumpul, biasanya sendiri-sendiri" sapa Lily pada sahabat²ny itu. Mereka sudah bersahabat lama sekali sejak orang tua mereka saling mengenal. Ya bisa jadi mereka adalah para Genk Sosialita. Dimana mereka adalah anak-anak dari pengusaha terkaya di Indonesia maupun Dunia.
"Nih... Si Varsha ngajak kita kumpul" ucap Asley disela makannya.
"Oh ... Mau ngapain emang? Traktiran yak?" tanyaku polos dan seringan kapas.
"Apaan traktiran, gue lagi gak ada duit."
"Idihh tumben amat lo punya penyakit kanker dompet. Biasanya kan lo yang paling banyak uang." ucap Gritto heran.
Memang diantara mereka yang tidak suka berbelanja memang Varsha dan Natasha. Sebab Varsha suka menabungnya untuk membeli alat gym. Varsha sangat suka olahraga oleh karena itu dia mendirikan usaha Gym yang beberapa bulan ini baru berdiri. Sedangkan Natasha, dia lebih suka membeli apartemen di setiap kota maupun negara. Entah apa alasannya.
"Gue habis beli Tas bermerk dari Amerika" ucapnya singkat.
"Sejak kapan lo suka sama tas begituan?" tanya Natasha disela kegiatan mengerjakan tugasnya.
"Sejak lo yang ngajarin gue.."
"Idih kapan? Gue aja gak pernah gitu"
"Labil lo Sha, 2 minggu yang lalu lo kan yang memperkenalkannya"
"Ciellaahh..."
"Demam tas nih yee..." sindir Refan.
Hening seketika... Sampai akhirnya bel masuk pun berbunyi.
####
Vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Crushed
Teen Fictionmenunggu seseorang yang sudah dimiliki oleh orang lain itu memang sia sia. Walau dia selalu memberi harapan agar kita bisa berada di dalam kehidupannya. Tetapi mencintai dalam diam itu sama saja membunuh hati dan pikiran kita untuk bisa membedakan m...