《13》

90 7 0
                                    

Meteor mendengus kesal saat melihat jam dindingnya menunjukkan jam 8 pagi. Dia terlambat datang ke sekolah, bagaimana bisa Ayah dan Mamahnya tidak membangunkannya. Meteor turun ke bawah, dilihatnya rumah yang sangat sepi. Tidak ada Adi, Indah maupun Qilla.

Meteor menuju meja makan. Meteor mengambil secarik kertas saat matanya melihat ada kertas didekat gelas yang tergantung. Meteorpun membacanya.

¤ Meteor, Ayah, Mamah, sama Qilla mau pergi ke rumah nenek, dan kayaknya kita pulangnya besok, soalnya nenek minta kita nginep, uang jajan kamu buat sekolah udah ada di tempat biasa ya Bang, jaga rumah ya.
~Mamah~ ¤

"Yaelah Mah! Kebiasaan banget sih pergi mendadak," cibir Meteor. Sudahlah dia sudah terlambat berangkat ke sekolah. Sekarang tujuannya adalah memberitahu Riko kalau dirinya tidak berangkat dengan menonton film Star Wars.

Meteor01
Rik,

Riko_J
Napa lo gaberangkat? Untung free lo!

Meteor01
Telat bangun gue jing! Kelas kok sering banget free?

Riko_J
Oh, tapi lo sama si Cintya di alfain soalnya gaada keterangan.
Eh udah sukur lo dikasih free, jadi kagak belajar!!

Meteor01
Yaudahlah alfa ke2 ini.

Riko_J
Udahlah, gue mau main ML. Mau mabar kagak? Di Rank deh,

Meteor01
Males main sama lo! Lebih baik main sendiri,

Riko_J
Jahat kau Bang😒

Meteor tertawa melihat pesan yang dikirimkan Riko. Sebenarnya Meteor tidak malas main Mobile Legends bersama Riko tapi hari ini tidak ada mood untuk main game.

Metha melangkahkan kakinya keluar kelas. Metha ingin sekali menenangkan dirinya di aula sekolah yang cukup terkenal sepi. Tidak lupa, Metha membawa earphone berwarna birunya untung dipasangkan ditelinganya.

Metha duduk dengan santainya di aula sekolah. Metha mulai memasang earphonenya dan memasang lagu Exo-Don't Go, sungguh lagu itu bisa menggambarkan hati Metha yang sedang terluka ini.

"Bagaimana bisa lo bilang gue nyebarin itu foto? Sedangkan gue kemarin itu keluar kelas cuma ke toilet doang," tutur Metha dengan matanya yang terpejam. "Kenapa lo gampang banget percaya sama orang lain? Dan kenapa lo susah banget percaya sama gue,"

Tak terasa, Metha kini telah terlelap dan telah berada dalam mimpinya. Earphonenya masih terpasang indah ditelinganya. Tiba-tiba suara hentakan kaki mengagetkan Metha dan membuat Metha terbangun.

"Ngapain lo disini?" Tanya seseorang itu. Sungguh Metha tidak bisa melihat siapa orang itu karena di aula sekolah sangat gelap. Tetapi sepertinya itu suara seorang laki-laki. "Kenapa lo gamasuk kelas?"

"L-lo si-siapa?" Tanya Metha takut. Keringat dingin mulai bercucuran dipipi Metha. Laki-laki itu mendekat ke Metha.

"Lo gausah takut sama gue," benar dia itu laki-laki. Tapi, kenapa Metha tidak pernah melihat dia? Apakah dia murid sekolah ini atau bukan.

"Kenalin, gue Chandra Louvis, murid baru SMK Garuda, anak kelas 11-IPA1" Laki-laki bernama Chandra itu menjulurkan tangannya. Dengan takut Metha membalas juluran tangan itu. "Panggil aja gue Chandra,"

Apa?! 11-IPA1 berarti dia sekelas sama gue?! Kok gue gatau bakal ada murid baru, kenapa Hilda gangasih tau gue? Batin Metha.

"I-iya," Metha masih saja takut pada Chandra, pasalnya suara Chandra sangat menyeramkan dan ditambah lagi ruangan aula yang kedap suara, yang membuat suara Chandra menggema dimana-mana.

MeteorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang