《10》

93 7 0
                                    

"Lo bajingan!" Bentak Cio. Kini Metha, Meteor dan Cio berada di lapangan komplek Meteor yang sangat sepi. "Lo gapantes ngedapetin hati Metha! Metha terlalu baik buat lo!"

"Ya gue gapantes, karena bagi lo yang pantes dapetin hati Metha itu lo!" Bentak Meteor balik. "Tha! Ternyata yang buruk itu bukan Keila tapi lo! Lo itu PELACUR!"

"Jaga bacot lo ngomong PELACUR ke Metha! Sekali lo ngejelik Metha, lo bakal dapet bogem dari gue!" Bentak Cio. Sekarang Metha berada ditengah-tengah antara Meteor dan Cio.

"Lo sayangkan sama Metha?!" Tanya Meteor penuh tantangan dari nadanya.

"Ya gue sayang banget sama Metha!!" Bentak Cio tak kalam emosinya dengan Meteor.

"Lo cowo yang waktu itu ngasih kresek dan air sama Metha kan?! Lo pacarnya kan?! Bahkan lo selingkuhannya kan!" Ujar Meteor geram pada Cio.

"Ya emang kenapa?! Tapi gue bukan pacar maupun selingkuhan Metha! Karen Metha itu kem----" seperti biasa, kebiasaan Meteor inilah yang sangat sulit dihilangkan yaitu memotong pembicaraan orang.

"Kalau bukan kenapa lo care banget sama Metha?!" Bentak Meteor. Plak. Cio menampar wajah Meteor dengan sangat kencangnya. Meteor tidak diam saja. Dia membalas tamparan Cio tapi Cio menghindar dan alhasil wajahnya tidak tertampar oleh Meteor.

Terjadilah pertengkaran antara Meteor dengan Cio. Metha sudah ketakutan dari tadi, di sebelah kanan ada kembarannya dan di sebelah kiri ada kekasihnya. "Cukupppppppp!!!!" Metha berteriak menghentikan Meteor dan Cio. Wajah keduanya sudah babak belur.

"Cio ayo kita pulang! Takut Bunda nyariin kita!" Metha menarik tangan Cio dan Cio menatap Meteor dengan tatapan kematiannya.

Takut Bunda nyariin kita? Apa mereka serumah? Apa mereka saudara atau adik kakak? Tapi kenapa cowo ini bilang dia sayang Metha?! Batin Meteor.

----

Metha mengacak rambutnya kasar di dalam kelasnya dan membuat Rizka dan Putri mengernyit heran.

"Lo kenapa Tha?" Tanya Putri dan mendapat anggukan dari Rizka yang mengisyaratkan menyetujui apa yang dipertanyakan Putri.

"Tadi malam si Cio berantem sama Meteor," tutur Metha dan membuat mata kedua sahabatnya itu terbelakak.

"Kok bisa sih?!" Tanya Rizka miris.

"Gue cerita ke Cio soal masalah gue sama Meteor, dan Cio kepancing emosi dan dia langsung ngajak gue ke rumahnya Meteor, terus yagitu mereka berdua berantem sambil bacot-bacotan" jelas Metha membuat Rizka dan Putri manampakkan wajah ketakutan.

Tiba-tiba disuasana menegangkan seperti ini Andi datang dengan topi yang dimiringkan membuat Metha geram ingin berkomentar. "Eh monyetnya Dora ngapain lo pake topi kek gitu?"

"Eh ada Dora, gapapa, tapi kamu sayangkan sama aku?" Tanya Andi menggoda Metha dan membuat teman-temannya tertawa. Metha menghendik jijik menatap Andi.

"Najis lo aku-kamu! Sayang pala lo peyang Ndi! Gaada kerjaan banget gue sayang sama lo!" Ternyata bercanda dengan Andi membuat Metha hampir melupakan masalahnya.

"Lo kayaknya suka banget deh Tha ngomong kalau pala gue peyang!" Sewot Andi, Andi mengerucutkan bibirnya membuat teman-temannya lagi-lagi tertawa.

"Jangan manyun lo tai! Enek gue liat lo manyun," Metha mendekat dan menggeplak kepala Andi.

"Hahaha manyun yang penting enak dipandang sama Metha," goda Andi membuat Metha memicingkan matanya.

"Ya enak, saking enaknya sampe gue muntah tujuh hari tujuh malam Ndi," Metha tertawa terbahak melihat Andi yang menampakkan wajah seperti kecewa.

MeteorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang