Part 1

63.7K 4.6K 53
                                    

"Mama lagi apa?" Terlonjak kaget karena panggilan yang tiba-tiba, wanita yang tadinya fokus pada sesuatu didepannya itu spontan menutup laptop yang tadi menampilkan beberapa lowongan pekerjaan.

"Ada apa sayang?" Tidak menjawab apa yang ditanyakan dan malah balik bertanya melihat tampang anaknya yang merengut.

"Papa kapan pulang sih Mah? Kata Mamah malam ini Papah pulang, tapi kok belum ada?" Lea menghela napas Panjang, membuka kedua tanganya memberi isyarat sang anak untuk mendekat dan dengan langkah lemas anak itu masuk dalam rengkuhannya. Di belainya punggung sang anak dengan sayang, berharap terbuai dan segera menutup matanya yang terlihat mengantuk.

Anak laki-lakinya ini pastilah merindukan sang ayah yang sudah satu minggu berada diluar kota. Rehan memberitahu pada sang anak melalui video call dan mengatakan jika dia akan pulang minggu malam ini. Apakah lelaki itu berpikir bahwa anak mereka belum bisa membedakan nama-nama hari? Lihatlah bagaimana anaknya menunggu sang papa sejak tadi sore.

Lea menggerutu dalam hati, selalu saja seperti ini. Dari dulu Rehan tidak pernah berubah, lelaki itu selalu bersikap semaunya. Jika dia bersikap seperti itu pada Lea, Lea tidak akan mengambil pusing dan masa bodo. Tapi ini pada anaknya, anak yang telah beri janji olehnya.

Lea merasakan pegal ditangan kirinya, dia menunduk melihat sang anak yang telah terlelap di pangkuannya, di kecupnya kening anaknya itu dengan sayang, sebelum di benarkan posisinya untuk dia gendong, dan membawa anak itu untuk di letakan di ranjang miliknya sendiri.

Di pandanginya wajah anak laki-laki yang enam tahun kurang dua bulan lalu dilahirkan dan di rawatnya dengan penuh kasih sayang, wajah yang sebagian besar mengambil dari ayahnya. Hanya mata coklat dan bibirnya yang tidak terlalu tebal yang diambil darinya.

Kaivan Aringga Mahesa, adalah nama sang anak. Anak yang hadir tanpa kesengajaan sang Ayah. Iya untuk Rehan mungkin, Kai -nama panggilan anak itu- hadir karena Rehan yang tidak sengaja menghamili istrinya sendiri. Namun bagi Lea, Kai adalah sebuah kado. Hadiah yang diberikan Tuhan, untuk menemaninya melewati masa sulitnya berumah tangga dengan sang suami dan menjadi tameng pertahanannya.

Pernikahan yang tidak diinginkan oleh keduanya itu telah menghasilkan seorang putera yang sangat tampan. Memang dulu Lea juga tidak menginginkan pernikahannya, namun apa yang bisa dia lakukan jika orangtuanya terutama sang Papa membuatnya tidak bisa dibantah jika sudah berkeinginan.

Dulu Lea yang baru saja lulus dari kuliahnya diminta sang papa untuk menikah, Lea yang terkejut dengan permintaan sang papa hanya mampu bertanya dengan ketidak percayaannya mengapa papanya tiba-tiba memintanya untuk menikah, terlebih dirinya baru saja lulus dan sama sekali belum siap berumah tangga. Namun jawaban dari papanya yang ingin menikahkan anak perempuan satu-satunya itu juga ingin segera menimang cucu selagi dirinya ada di dunia ini membungkam Lea,

Papa yang mengidap penyakit jantung, membuat Lea yang tidak ingin sang papa memegang dadanya karena mendadak sakit atas penolakannya, dengan kepala tertunduk Lea mengangguk, menuruti keinginan sang papa yang di sayanginya. Lea bahkan tidak menduga jika lelaki pilihan papanya adalah seseorang yang tidak pernah terpikirkan akan memiliki hubungan dengannya.

Terkejut begitu tergambar jelas di wajahnya saat dia melihat jika lelaki itu, lelaki yang dijodohkan denganya, lelaki yang sekarang menjadi suaminya yang tidak lain adalah kakak kandung sahabatnya sendiri. Lea tidak mengenalnya secara personal, dirinya hanya tahu jika Raisa Prastita Nurgraha mempunyai seorang kakak bernama Rehan Aringga Nugraha, yang mana tidak pernah sekalipun bertatap muka. Poto keluarga yang terpasang di ruang tamulah yang menjelaskan seperti apa wajah sang kakak sahabatnya tersebut.

Dulu mungkin Lea pernah bercanda kepada sahabatnya sambil menunjuk foto seorang lelaki dengan berkata jika wajah seram seperti itu baru dilihatnya seumur dia hidup. Bukan seram dalam artian seram sebenarnya, seram menurutnya ialah melihat wajah kaku dan datar lelaki itu. Namun kini, lelaki yang sering di kata seram olehnya ketika menunjuk wajah lelaki itu dalam satu poto keluarga sahabatnya, telah menjadi suaminya.

Kembali lagi pada makhluk mungil yang sedang dipandangnya. Lea mengusap wajah damai anaknya yang terlelap, anaknya inilah yang menjadi pegangan Lea bertahan selama ini pada rumah tangganya. Meski pernikahan itu nampak sangat normal dari luar, namun Lea merasakan jika tali pernikahannya itu sangat rapuh, bahkan diawal-awal pernikahannya ia menyadari jika hubungannya dengan Rehan tidak akan berjalan dengan mudah.

Sikap dingin, nada ketus bahkan lain kesempatan lelaki itu sering melontarkan kata-kata yang menyakiti hatinya. Lea sudah ingin menyerah dengan mengatakan pada kedua orangtuanya atas perlakuan Rehan terhadapanya, sampai malam itu. Malam dimana Rehan pulang dengan keadaan bau alcohol di mulutnya menahannya untuk tetap berada disisi lelaki itu, karena beberapa minggu setelahnya, Kai hadir. Membuat Lea berpikir ulang, jika mengakhiri pernikahannya akan berakibat pada anaknya kelak.

Iya, entah apa yang akan terjadi jika dia tetap ingin mengakhiri pernikahannya meski sudah tau jika ada sebagian dalam diri Rehan di perutnya. Mungkin Lea tidak akan melihat senyum bahagia anaknya, begitu melihat kedua orangtuanya yang mengantarkannya kesekolah untuk pertama kaliya. Karena meskipun Rehan selalu bersikap menyakiti Lea. Nyatanya Lelaki itu sangat menyayangi darah dagingnya.

Lea memeluk erat Kai, sekali lagi dikecupnya dahi anaknya dengan sayang. Sampai matanya terasa berat, dan Lea menyusul sang anak ke dalam mimpi. Begitu nyenyaknya tidur wanita itu sampai tidak mendengar suara pintu yang dibuka dari luar, langkah kaki berat mendekati sepasang anak dan ibu yang sedang terlelap, dilihatnya sang anak dengan senyum lembutnya lalu matanya melirik sekilas wanita tidur di sebelah anaknya. Rehan menunduk mengecup kening Kaivan sebelum beranjak keluar dari kamar itu, setelah sekali lagi melihat wajah wanita yang sedang memeluk anaknya dengan mata tertutup.

Rasa lelah membuatnya tidak ingin berlama-lama menghabiskan waktu di kamar mandi, dia keluar setelah beberap menit membersihkan tubuhnya. Bersiap menuju tempat tidur, namun karena ponselnya yang menyala, pria itu hanya duduk di ranjang sambil menerima panggilan tersebut.

"Sudah sampai?" Suara di sebrang langsung bertanya.

"Sudah."

"Lagi ngapain?"

"Baru selesai mandi."

"I missed you so bad, besok jadi ketempatku kan?"

"Hem, aku capek. Mau istirahat."

"Oke, sampai ketemu besok. Love you." Panggilan di matikan, Rehan menaruh ponselnya di atas nakan sebelah ranjang. Dibaringkan tubuhnya, matanya menatap langit-langit kamar, pikirannya melayang pada wanita yang baru saja menghubunginya. Lalu wajah wanita yang tampat pucat yang sedang tidur di kamar puteranya tadi melintas dalam benaknya.

Pikirannya kacau, kantuk yang tadi dirasanya entah menguap kemana. Lalu Rehan bangun dari tidurnya dan beranjak keluar kamar. Mungkin segelas air bisa membuat pikirannya tenang kembali, dan kantuk kembali datang.

***

Tbc.

Let Me Go (Sudah Jadi Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang