Part 9

47.9K 4.3K 58
                                    

"Kita ikutin mereka." Lea tersentak dari lamunannya, pasalnya wanita itu tengah sibuk menenangkan perasaannya sendiri. lalu Lea menggerakan kepalanya untuk melihat Raisa yang fokus menyetir, ia mengangguk meski Raisa tidak melihatnya. Menghela nafasnya berat, karena saat ini begitu sangat terganggu oleh nama yang kini telah ia ketahui wujudnya.

Sebisa mungkin ia enyahkan pikiran negative nya kepada suami dan wanita yang memakai pakaian ketat yang sudah berada di dalam mobil di depan mereka. Namun berpikir jika wanita itu hanyalah seorang klien Rehan, rasanya terlalu tidak mungkin, di tambah dengan pernyataan Raisa akan siapa wanita tersebut membuat hatinya tak nyaman dan gelisah.

Jika keduanya sudah menjadi mantan, kenapa mereka masih bertemu?

Kenapa Rehan yang telah menjadi suaminya masih berhubungan dengan mantan kekasihnya?

Sesuatu tak kasat mata menancap tepat di ulu hatinya begitu sebuah dugaan akan hubungan mereka yang diam-diam di belakangnya terlintas. Apakah selama mereka menikah keduanya masih menjalin hubungan?

Dan apakah ini salah satu dari sekian hati pertemuan rahasia mereka?

Ketika ia sibuk memikirkan skenario menyakitkan itu, mobil yang ia tumpangi berhenti. Lea mengedarkan pandangannya keluar jendela untuk mengenali tempat itu. Keningnya mengernyit masih belum tahu tempat apa itu, namun Lea yakin jika Gedung tersebut bukanlah sebuah Hotel.

"Turun buruan!" Raisa yang pertama kali turun dari mobilnya sedangkan Lea rasanya enggan untuk mengeluarkan kedua kakinya menginjak aspal licin, Lea menatap ke bawah melihat pijakan itu yang tidak ada apapun. Tapi rasanya ia ada seribu beling berserakan di bawah, yang akan menyakiti telapak kakinya jika ia nekat turun dari mobil itu.

"Ayok, cepetan Za!" Namun suara Raisa yang sedikit kesal memaksanya menurunkan kedua kakinya dan keluar dari mobil itu. Ketika memasuki Gedung tersebut, barulah Lea tahu jika tempat itu merupakan sebuah Gedung Apartement.

Mereka mengikuti Rehan dan wanita itu masuk kedalam lift, beruntung kedua sahabat itu tak kehilangan jejak mereka, Raisa menyuruhnya berhenti di depan lift yang sudah tertutup dan menunggu hinga sebuah angka 8 lama berhenti kemudian tangan Raisa memencet tombol naik pada lift sebelahnya yang langsung terbuka.

"Mereka di lantai itu." Ujar Raisa yakin. "Ngapain sih bang Rehan ikut masuk kesini? Dan udab berapa lama dia kontakan lagi sama cewek itu?" Raisa berdecak, mengetuk-ngetukan heels tk sabar menunggu lift segera sampai. Lea yang tak punya kata-kata untuk di ucapkan hanya diam dengan pikiran berkecamuk, resah serta takut apa yang di pikirkannya menjadi kebenaran.

Begitu sampai di lantai tujuannya, mereka kehilangan sosok keduanya. Tidak hanya Raisa yang kecewa, Lea pun mendesah lemas. Tidak mhngkin mereka mengetuk setiap pintu unit di lantai ini untuk menemukan Rehan dan mantan kekasihnya itu.

Seorang pelayan membawa trolly makanan melewati mereka yang tengah putus asa karena tak bisa menemukan Rehan dan wanita tadi, pelayan itu mengetuk pintu yang tak jauh dari tempat Lea dan Raisa berdiri, ketika seseorang membuka pintunya Raisa yang memang mengawasi pelayan tadi hingga pintu terbuka, melihat Laura.

"Za!" Seru Raisa hingga membuat Lea menoleh seketika. Lea menunggu apa yang akan di ucapkan sahabatnya, mungkin Raisa mengusulkan untuk pulang, dan akan langsung Lea setujui.

Namun tangannya di seret Raisa ke arah pelayan yang kembali berjalan ke arah mereka setelah selesai dengan tugasnya.

Ketika Raisa memencet tombol unit, Lea menahan lengannya.

"Kita gak mungkin cari tahu dengan cara ini." Ungkap Lea yang meski sedang gundah gulana, ia masih berpikir rasional dengan tidak bertindak ceroboh. Karena Lea berpikir jika Raisa akan mencari tau dengan cara yang ia pikirkan sebelumnya.

Let Me Go (Sudah Jadi Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang