Peringatan! 18+
Part ini ada adegan yang tak di peruntukan untuk readers di bawah umur. Jadi di skip aja yah.
***
Sepanjang makan malam ponsel Rehan terus saja mengedip-ngedip yang menandakan jika ada panggilan yang masuk. untunglah ponselnya itu dia atur dengan mode silent, sehingga hanya layarnya saja yang menyala. Rehan sudah tahu siapa yang menelponnya terus menerus, dan dia tidak berniat mengangkatnya, karena baginya ucapannya tadi untuk orang tersebut sudah jelas, bahwa dia hanya ingin menghabisnya waktu liburnya saat ini untuk keluarga kecilnya, untuk putera satu-satunya, dan usahanya setimpal melihat keceriaan sang anak karena keinginannya terlaksanakan sudah.
Yang tidak Rehan sadari, jika bukan hanya dirinya yang melihat ponsel itu berkedip-kedip, sepasang mata Lea juga memperhatikannya. Membuat sang wanita curiga karena Rehan seolah memang mengabaikan dan tak berniat mengangkatnya, karena sebelumnya Lea sempat mencuri dengar ucapan lelaki itu di dalam kamar tadi dengan seseorang yang menghubunginya.
"Kenapa enggak diangkat mas?" Rehan menatap Lea lalu ponselnya bergantian.
"Nanti akan ku telepon balik setelah selesai makan." Lea melihat Rehan mematikan ponselnya lalu melanjutkan makan malamnya.
Mereka bertiga kembali ke kamar Hotel beberapa jam setelahnya, karena seusai makan malam tadi Kai merengek ingin melihat binatang lagi lalu Rehan mengajak mereka ke Safari Night yang tak jauh dari tempatnya menginap. Keantusiasan Kai lagi-lagi membuat Lea terhibur dan sejenak menikmati moment itu, Lea bahkan melihat Rehan tertawa dan tersenyum menatapnya. Kesedihan yang Lea rasakan terganti dengan kebagiaannya saat ini.
Setelah cukup melihat pertunjukan yang di sajikan di tempat binatang itu, karena kelelahan dengan sendirinya Kai terkulai tidur di pangkuan Lea. Rehan mengangkai Kai untuk ia gendong lalu pergi dari tempat yang setengah jam lagi ada pengumuman akan segera di tutup.
"Kamu mandi dulu mas, biar aku yang gantiin Kai baju tidur." Rehan menyerahkan baju tidur Kai yang sudah di ambilnya lalu berlalu ke kamar mandi.
Selesai mengangganti baju anaknya, Lea duduk di tepi ranjang yang menghadap kearah balkon. di tatapnya lamat-lamat kegelapan di luar sana, Lea berdiri membawa kakinya menuju menuju balkon dan membuka pintu terhubung itu. Dan matanya langsung di suguhi pemandangan lampu-lampu yang menyala dari kejauhan. Lea menutup pintu itu lagi, tidak membiarkan angin malam menganggu tidur anaknya, sedangkan ia membiarkan wajahnya di terpa angin malam.
Pintu penghubung balkon yang telah di tutupnya kembali terbuka, menarik perhatian Lea untuk berbalik dan melihat Rehan yang muncul keluar.
"Kenapa keluar?" Tanyanya menghampiri Lea yang berdiri di dekat pagar penghalang berukuran sepingang lelaki itu.
"Disini seger," Lea menatap Rehan. "Mas kenapa keluar?"
"Nyari kamu, kupikur kamu keluar ternyata ada disini."
Kok tumben, ucap Lea dalam hati dan menatap suaminya heran, mana pernah Rehan mencarinya apalagi malam-malam begini.
"Masuk! disini dingin."
"Mas Rehan aja yang masuk, aku masih pengen disini." Rehan masuk kedalam, namun beberapa saat kemudian lelaki itu keluar lagi dengan membawa selimut ditangannya, ia rentangkan selimut tersebut kemudian di selimutinya tubuh Lea. Kontan saja Lea terkejut dan menatap Reha, tak percaya dengan perbuatan suaminya yang tak biasa itu.
"Angin malam gak bagus untuk kesehatan." Lea hanya tersenyum simpul dengan ucapan suaminya, jika benar dia tidak peduli karena karena disini sangat indah dan ia enggak beranjak. Dan bagi Lea angin-angin yang menerpa seolah membawa serta kesedihannya ikut bersama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Go (Sudah Jadi Buku)
General FictionMenikah di usia muda otomatis membuatnya menjadi seorang ibu rumah tangga yang sama sekali bukan rencana Lea setelah lulus, tapi orangtuanya tidak berpikir demikian ketika Lea diminta menikah dengan lelaki pilihan mereka. Dan sikap tidak terduga sua...