ENAM

1.6K 38 0
                                    

Hari demi hari pun berlalu tanpa komunikasi antar mereka. Rega mulai sibuk dengan tetek bengek kesibukannya di kelas dua belas. Satu bulan lagi dia akan ngadepin seremnya UAN. Mulai dari tugas-tugas hingga les yang mewajibkan dia pulang larut sore.

Hal ini sedikit membantu untuk melupakan masalahnya dengan Tesya. Sedang Tesya sendiri juga ngerasa inilah hal terbaik yang dia ambil.

Dengan begitu, Tesya sadar bahwa tanpa dirinya, Rega bisa hidup lebih baik. Melakukan aktivitas tanpa beban dan tanpa tuntutan dari dia.

Saat dia berpapasan dengan Rega atau tanpa sengaja bertemu di suatu tempat, dia hanya memberikan senyum kecil, mengisyaratkan bahwa nggak ada permusuhan antara mereka. Begitu juga Rega, dan itu berlangsung terus menerus.

Demi perubahannya, Tesya nggak berhenti di situ. Dia selalu berusaha memperbaiki hidupnya. Mencoba hal tersulit yaitu nggak membebani orang lain.

Hal itu juga disadari mami Tesya. Setiap pagi dia nggak lagi teriak minta disiapin segala keperluan ke sekolah.

Sekarang dia melakukannya sendiri termasuk menata bekal makan untuk dia pribadi. Tesya juga mulai nurunin emosinya. Dia nggak suka teriak-teriak seperti dulu.

Konsep awalnya adalah berteriak hanya akan memperburuk pita suara. Hingga dia terbiasa dengan berkata lembut dan menyadari bahwa hal itu membuat dirinya lebih baik.

Selain itu, dia mulai konsen dengan sekolahnya. Belajar setiap malam, oke. Pekerjaan Rumah (PR), beres. Ulangan, lumayan. Pujian dari guru, pasti lah. Ery pun tambah bangga dengan keadaan sahabat tersayangnya itu.

Yang tak ketinggalan adalah sekarang dia bukan hanya sebagai donatur di sekolah gratisnya, tapi di sana dia juga berperan sebagai pengajar. Dia mengajar tentang hal yang nggak terlalu sulit dan udah familiar dengan dirinya setiap hari yakni ngajar KOMPUTER.

Setidaknya, itu udah ngebuktiin keseriusan dia untuk berubah jadi manusia yang lebih berguna.

Setiap hari minggu, dia nggak lagi pergi ngabisin uang jajan, tapi ngabisin waktunya untuk membantu sesama, terutama di sekolah gratis itu.

Melihat tingkah laku adiknya yang semakin nggak biasa, suatu minggu Andre membuntuti Tesya saat akan pergi ke sekolah gratisnya. Dari sanalah Andre menyadari bahwa topeng adiknya begitu tebal hingga nggak terlihat apa yang ada di dalam hati adiknya itu.

Mungkin kaget, mungkin bangga yang Andre rasakan. Lalu dia mengklarifikasi hal itu pada Rega dan Rega pun membenarkannya. Bahwa Tesya memiliki sikap sosial yang nggak bisa diremehkan.

Andre pun menceritakan apa yang dia saksikan pada kedua orang tuanya. Bangga, pasti itu yang dirasakan orang tua Tesya.

Terbaik Untukku (CERPEN 2011)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang