Keesokan hari, di sekolah Tesya. Dia terlihat memasuki sebuah kelas sebelas di sekolah itu.
“Pagi Sya, kok murung banget muka loe?”
Ery sahabat Tesya menyapa saat menyambut kedatangan Tesya di kelas.“Ahh masa, mungkin karena gue lagi dapet kali ya. Ehmm, gue ke kantin dulu, mau sarapan.”
Kontan Ery langsung memberondong Tesya dengan berbagai pertanyaan karena dia nggak seperti biasanya.
“Lohh, kok. Loe belum sarapan dari rumah Sya? Kok bisa ? Terus tumben, biasanya loe nggak mau pergi ke kantin kalo nggak gue temenin. Loe juga nggak nyuruh gue untuk ngomentari dandanan loe hari ini? Gimana rambut loe? Gimana bedak loe? Gimana tatanan seragam loe? ha?”
Pertanyaan Ery semakin membuat Tesya murung karena dia merasa inilah kaca yang selama ini dia butuhkan. Bukan kaca yang penuh dengan pujian hangat. Tanpa menjawab pertanyaan Ery, Tesya langsung bergegas keluar kelas.
Di suatu lorong yang menghubungkan kelas Tesya dan kelas dua belas juga kantin, Tesya ketemu sama sesosok cowok gagah berparas putih bersih. Diketahui dia bernama Rega.
Bukan rasa kagum atau senyuman yang Tesya berikan, namun saat mereka berpapasan, Tesya justru memalingkan pandangannya ke sudut sekolah yang lain dan nggak ada kontak sama sekali dengan cowok itu. Saking konsentrasinya memalingkan wajah, Tesya tak menyadari kalau di depannya ada sebuah bangku.
Darrghhhh…….dia menabrak sang bangku dan dia terjengkal di lantai. Point plus untuk Tesya karena tiba-tiba ada seorang cowok yang berlari kencang dari belakang Tesya dan tampaknya dia tak punya rem yang cukup cakram sehingga kaki Tesya menjadi korban injakan cowok itu.
“Awwwhhh, kurang ajaarr. Kesini loe, cowok brandalan !!”, teriak Tesya.
Tiba-tiba Rega berbalik dan menghampiri Tesya.“Bukan cowok itu yang salah. Tapi kamu. Siapa suruh sombong nggak mau lihat jalan. Sini aku bantu berdiri.”
Dengan tatapan halus cowok itu membantu Tesya berdiri.
“Ahh, aku nggak butuh bantuan kamu. Lepasin tangan aku sekarang atauuuuu....”
“Atau apa? Udah dehh ini bukan saatnya untuk jaim atau sejenisnya. Aku nggak akan biarin kamu jalan sendiri karena aku tau kamu nggak sanggup. Diam dan biarin aku antar kamu ke UKS.”
Ternyata Tesya nurut dengan kata-kata Rega dan mereka pun pergi ke UKS yang agak jauh dari TKP itu.
“Udah kamu istirahat aja di sini sampai mendingan, dan aku akan memberitahu guru kelas kamu.”
Kata-kata Rega membuat Tesya terhanyut ditambah tatapan Rega yag enggan lepas dari mata Tesya, namun dia tetap pada pendiriannya untuk mengacuhkan cowok itu. Jadi, tanpa jawaban dia membiarkan Rega pergi.
Setelah bel pulang sekolah berdering, Ery yang mengetahui keadaan sahabatnya, langsung bergegas pergi ke UKS. Tak disangka dia berpapasan dengan Rega di pintu masuk UKS.
“Loh Ga, loe juga tau kalau Tesya di sini ?”, tanya Ery. “Iya Ry, tuh anak gak pernah berubah ya soal ego nya. Sampai dia celaka sendiri. Hufthh..Tesya Tesya.”
Saat itu Tesya sedang tertidur dengan balutan perban di kakinya. Bukan perban karena luka, tapi perban untuk penghayatan bahwa dia sedang dalam keadaan kurang baik. Hemmh, itulah Tesya.
Saat Rega dan Ery masuk, Tesya sedang tidur, mereka tidak mau membangunkannya.
Tanpa ragu, Rega langsung mengangkat tubuh Tesya menuju mobilnya yang sudah siap di gerbang sekolah.
Tak ketinggalan Ery membantu membawakan barang-barang Tesya. Lalu mobil silver itu pun berangkat menuju rumah Tesya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbaik Untukku (CERPEN 2011)✅
Romance(Complete Story) 1- CERPEN SEKALI BACA tentang masa SMA. -remaja -romance sekitar 5000 kata