DELAPAN

1.6K 30 0
                                    

UAN pun tiba.

Seperti permintaan Rega sebelumnya, Tesya  bersiap diri menyambut kedatangan Rega di depan rumahnya. Kali ini dia bersiap lebih pagi karena nggak ingin Rega telat dalam UANnya.

Rega membukakan pintu mobil untuk Tesya dengan senyum lebar yang lama tak dia tampakkan.

Sampai di sekolah, Rega segera masuk kelas dan meninggalkan Tesya di mobil. Tapi Rega sudah memberi kebebasan pada Tesya untuk tetap dalam mobil atau pergi ke mana Tesya ingin pergi selagi menunggu Rega.

Tesya lebih memilih tinggal dalam mobil ditemani segala gadget yang ia bawa. Tanpa sengaja dia membuka laci mobil Rega yang  tak tertutup rapat  di depannya. Dan dia pun menemukan selembar kertas gulung, lalu membacanya…

Matahariku, kau matahariku sayang
Kau jauh, tapi jarak yang kau beri justru menyadarkanku bahwa engkau begitu berharga
Kehangatanmu tak seperti dulu, tapi tatapanmu masih terang dihatiku
Sepi mengganggu hari, karena tak ada tawa yang kau beri
Walau kini engkau bukan milikku, tapi kenapa hadirmu masih menggetarkan hati
Sayang, bantulah aku cari jawabnya.


Tesya hampir meneteskan air mata saat dia berfikir itu untuknya. Namun segera dia berdalih bahwa itu adalah untuk orang lain dan bersikap tidak menemukan apa-apa ketika Rega menghampirinya di mobil lalu mengantarnya pulang.

Hal itu terus berlanjut dengan lembar baru  di setiap harinya.

Isi dari lembaran itu pun tak jauh dari ungkapan hati Rega yang sedang galau dan tetap tanpa nama tujuan. Tesya bersikap seolah ia nggak membaca apapun saat Rega di sampingnya.

Hingga di hari terakhir UAN, Tesya membaca lembar baru kembali…

Kali ini, tak tau lagi apa yang harus ku katakan
Terima kasih untuk segalanya sayang, dengan kau disini, itu sudah lebih dari semangatku
Jika kau tak lagi dapat ku gapai, maka jadikan aku sebagai masa lalu
Masa lalu yang tak kau lupa dan tak selalu kau ingat
Namun dirimu, akan menjadi penghias hatiku, Selamanya
Aku sayang kamu Tesya.

Darrghh, kali ini Tesya nggak bisa nahan air matanya lagi yang udah  pengen jatuh sejak beberapa hari lalu.

Air mata yang menyadarkan, sebegitu berharganya dia hingga selama ini Rega tak juga melupakannya. Namun segera dia menyudahi itu semua saat Rega menghampiri.

“Kamu kenapa, Sya ?”

“Nggak papa. Oh ya, sekarang kita pulang?”

“Ah, masa buru-buru pulang sih. Kamu mau kan nemenin aku jalan sebentar aja.”

“Mau kemana?”

“Aku pengen ke sekolah kamu (sekolah gratis). Lama nggak ke sana. Aku juga kepingin lihat perubahan apa yang udah kamu buat. Hehe !!”, sambil menjalankan mobilnya.

“Ah nggak ada apa-apa kok, sekarang aku cuma bantu-bantu ngajar aja.“

“Wah itu bagus dong. Nggak semua orang mau repot kayak gitu lho.”

Tak lama, mereka sampai di sekolah itu yang udah nampak sepi. Setelah memarkirkan mobil, mereka nyari tempat duduk untuk ngobrol dan sebuah ayunan menjadi pilihan.

“Sya, menurut kamu, gimana kalo aku nerusin kuliah ke Jakarta?”

“Haah, kok jauh amat. Bukannya di Bandung juga banyak universitas yang bagus?”

“Iya. Tapi ada satu hal yang mengharuskan aku untuk ninggalin Bandung. Ini demi diriku sendiri. Aku butuh ketenangan hati dari segala hal.”

“Segitu penting kah?”

“Sangat. Bukannya aku pengecut, ingin lari dari masalah. Tapi aku harus, karena ini sudah terlalu berat untukku.”

Tesya pun merasa bahwa dirinya lah yang membuat Rega nggak nyaman selama ini hingga ia ingin pergi ke luar kota. Dengan meyakinkan hatinya sendiri juga, dia memberi dukungan pada Rega.

“Aku yakin keputusanmu ini sudah kamu pikirkan dengan baik. Jadi, semoga kamu sukses, meraih apa yang kamu inginkan. Menjadi seorang arsitek handal.”

“Ehh, kamu masih ingat soal itu.”

“Pasti lah. Aku akan selalu mendoakan kamu.”, dengan membalik badannya, Tesya menghapus air matanya kembali yang hampir menetes.

Tuhan, apa ini akhir dari kisahku dengannya?
Jika itu yang terbaik untukku, beri aku kekuatan untuk melepasnya
Jangan lagi tanamkan ragu dihatiku.

Percakapan haru itupun berlangsung hingga sore. Lalu Rega mengantar pulang Tesya sampai  di depan pintu rumahnya dengan kata perpisahan.

“Makasih ya Sya, mau jadi temen ngobrolku hari ini. Juga buat semua bantuan kamu selama aku UAN. Bye!!

Terbaik Untukku (CERPEN 2011)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang