Part 5

3.4K 367 7
                                    

" phi~ " seru praew ditengah keterkejutannya. Biasanya singto akan menghubunginya terlebih dahulu, ini sebuah kejutan karena malam ini praew bisa berduaan dengan sang kakak.

" bagaimana kau bisa ada disini? "

" karena aku merindukan adikku ini " jawab singto yang disusul oleh pelukan si adik. Namun baru beberapa detik ia mendekatkan diri dengan kakaknya, penciuman praew begitu sensitif terhadap aroma yang keluar dari mulut singto.

" phi~ kau mabuk? bukankah besok kau ada kelas? " ujarnya menjauhkan diri namun singto malah semakin mendekatkan dirinya dengan praew kemudian memeluknya dengan erat.

" biarkan phi seperti ini praew " bisik singto purau, ia tidak ingin diceramahi disaat hatinya sedang terluka. Mengenai ayahnya, singto tidak terlalu mengkhawatirkan hal itu karena beliau tidak akan pulang dalam waktu dekat ini kecuali.. kalau praew mengadukannya.

" Phi ingin tidur sebentar disini, bolehkah? "

Praew menghela napas pasrah, perlahan tangannya bergerak untuk mengendurkan pelukan itu dan beralih untuk menatap sang kakak dengan intens.

" aku akan membuatkan sup untukmu, masuklah ke kamar! " singto tahu kalau adiknya tidak akan mengatakan apapun pada ayah mereka, praew begitu memperhatikan diri singto lebih dari dirinya sendiri.


¤¤¤


" kemana lagi aku harus mencari bukunya? " krist terus menggerutu tak jelas, ia sudah lelah mencari buku sialan itu berhari-hari, apa tidak ada satupun buku yang mirip diseisi perpustakaan fakultas ekonomi ini.

Ckrek

" apa yang kau- " kedua mata krist melotot saat melihat wajah singto berada tak jauh darinya.

" sedang mencari sesuatu? "

" bukan urusanmu " krist berjalan kesisi lain, padahal ia kira singto tidak akan menemuinya lagi setelah ucapan kasar yang diberikannya waktu itu. Ia lupa kalau seorang ketua hazer tidak akan pernah menyerah begitu saja, harga dirinya terlalu tinggi bahkan mentalnya terlalu kuat. Hanya sebuah gertakan saja tidak akan mempan menumbangkan diri singto semudah dengan apa yang ia bayangkan.

" photo itu... kau harus menghapusnya " krist berucap tanpa melihat singto sedikitpun, ia harus memfokuskan diri untuk mencari buku-buku tugasnya sebelum waktu istirahat berakhir.

" photo apa? Aku mengambilnya untuk mempromosikan fakultas kita " jawab singto beralasan, tentu saja alasannya itu tidak masuk akal karena model pengiklanan tidak dipilih dengan cuma-cuma.

" tapi kau belum meminta ijin padaku " seru krist tak terima.

" kalau begitu aku meminta ijin sekarang " selalu seenaknya, krist sudah cape menghadapi orang seperti pria menyebalkan itu.

" sebagai gantinya.... " singto menggantung ucapan tersebut, membiarkan kerutan didahi krist semakin banyak.

Tangan kanan singto yang semula berada dibelakang kini berada tepat didepan krist dengan segelas ice pink milk kesukaan pria manis itu.

" .....ini untukmu " lanjutnya menampilkan tatapan sok polos yang membuat krist ingin muntah ditempat.

" kau mau meledekku? "

Singto menaikan kedua bahunya dengan sengaja, ia tak masalah jika krist tidak mau menerima pemberiannya itu yang pasti singto sudah berusaha sebaik mungkin untuk membuat pria didepannya senang.

" terima kasih " ucap krist setengah tak ikhlas.

Krist tidak mengerti kenapa singto bersikap baik padanya, kenapa pria itu selalu berada didekatnya, apa mungkin karena harapannya selama ini kalau ia ingin seperti singto jadi tuhan memberikan jalan seperti ini? Tapi kenapa harus sekarang? Kenapa disaat hatinya bimbang tuhan mengabulkan doanya? Lagipula untuk sekarang ia tidak berminat menjadi ketua hazer setelah tahu kelakuan buruk singto.

" jadi buku apa yang sedang kau cari? "

" sesuatu yang menjelaskan seperti  ruang lingkup ekonomi publik di daerah setempat atau semacamnya " sebenarnya krist tidak mau menjawab pertanyaan bodoh itu, karena menurutnya singto tidak akan membantu apapun.

" aku punya buku yang seperti itu " krist menatap singto penuh selidik, apa dia sedang dipermainkan? Apa singto sedang mencoba menggodanya?

" aku punya " jawab singto sekali lagi,
Ia mencoba meyakinkan krist kalau ucapannya kali ini bukan sebuah kebohongan. " kau butuh untuk hari apa? Nanti aku bawa "

" kalau bisa siang ini tugasku sudah selesai "

" oii kenapa kau tidak bilang dari kemarin " singto berujar gusar. Menurut krist reaksi pria itu terlalu berlebihan, bukankah ini tugasnya bukan tugas singto? Lagipula ini bukan salah krist kalau tidak memberitahu singto dari jauh-jauh hari, memangnya siapa yang tahu kalau singto punya buku yang ia cari.

" ayo ke asramaku! Kita kerjakan disana "

HAH? KITA?

¤¤¤

Krist memutar pandangannya kesekeliling, kamar singto jauh dari ekpetasinya selama ini, tak ada benda apapun disana, almari kayu tersebut hanya dipenuhi buku-buku tebal yang tersusun rapi bak sebuah perpustakaan. Krist pikir kamar ketua hazer itu akan dipenuhi benda-benda koleksinya namun tak ada satupun benda lain selain buku-buku pelajaran. Apa singto seorang kutu buku?

" kau mau makan sesuatu " krist tersadar saat pria yang berumur satu tahun lebih tua darinya itu mempersilahkannya duduk kemudian menawarkan sesuatu.

" tidak perlu " jawabnya sambil menggeleng pelan.

" maaf sedikit kotor, biasanya aku tidak tinggal di asrama " krist membuka mulutnya hingga berbentuk huruf O tanpa suara, pantas saja kamar tersebut terlihat tak pernah diurus, sekarang krist tahu jawabannya.

Ia mendudukan diri dikursi belajar dekat kaca jendela, memperhatikan sekali lagi kamar asrama singto.

" kau punya buku sebanyak ini? " tanya krist mengeluarkan rasa kebingungannya. Singto hanya tersenyum ditengah acara mencari buku untuk krist pinjam.

Tak ada satupun bingkai photo dikamar itu, padahal krist tahu kalau singto sangat menggemari dunia photografi, ternyata seperti inilah sosok yang selama ini ia kagumi.

" pasti akan susah mencarinya satu persatu tapi aku akan membantumu "

Singto berjalan kearahnya dengan beberapa buku yang ia sebutkan saat diperpustakaan tadi, krist yang melihat tumpukan buku tersebut menghela napas resah.. Waktu istirahatnya tinggal beberapa menit lagi tapi ia harus mencari jawaban dari buku setebal itu. Apa ia bisa?

Singto sudah mulai duluan, ia mengambil alih buku pelajaran krist kemudian mencari jawabannya di antara buku-buku tebal tersebut. Tanpa sadar senyuman krist mengembang, singto lebih terlihat mempesona jika sedang diam seperti ini.

" terima kasih, phi " singto mendongkakan wajahnya, ini pertama kalinya ia mendengar krist sesopan itu. Mungkin inilah awal yang baik untuk mereka berdua.

" aku suka dengan panggilan itu, teruslah memanggilku phi "

-TBC-

NEVER THOUGHT - MY FEELING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang