Kata Woojin, bus jurusan kampus itu sebelas-dua belas sama roller coaster. Emang iya, ya?
"J--eh, lupa. Assalamu'alaikum! Jin, lo dimana dah?"
"Di hatimu."
"Serius ini mah. Jawab salamnya dulu, Mas."
"Wa'alaikumsalam. Iya bentar, lagi macet ya ampun. Sabar, ya, Tuan Muda Guanlin."
"Buruan. Dari tadi bus lewat nih. Mau ninggalin lo tapi gue nggak tau harus naik bus yang mana."
"Makanya sekali-kali merakyat, dong. Jangan naik alphard mulu. Giliran rusak, kelabakan kan. Bisa diculik lo kalo gini."
"Bawel."
"Bentar lagi nyampe nih. Gue di seberang. Mau nyeberang. Liat gue nggak? Arah jam tiga. Nah, iya. Lo baru aja liat orang gant--"
Biip.
Woojin keliatan misuh-misuh di seberang begitu sambungan teleponnya gue putus. Dan bener aja, dia langsung jitak kepala gue pas udah nyampe.
"Orang ganteng lagi ngomong malah diputus." Itu katanya. Sementara gue melempar pandangan ke depan sambil betulin topi dan masker yang gue pake.
"Kayak anak trainee lo. Ketutup bener pake masker topi segala," kata Woojin.
"Banyak debu. Panas," jawab gue santai.
"Tau dah yang biasa berlindung dibalik penyejuk udara. Lo minum antimo nggak?"
Kening gue berkerut, "Hah buat apa?"
"Takutnya mabuk gitu."
"Kan nggak minum soju, Jin."
Muka Woojin langsung bete dan gue nyengir kuda. Dia pun fokus ke arah kanan. Waktu ada bus jurusan labuan-kalideres dateng, Woojin jalan dan masuk ke dalam bus itu, sementara gue bengong.
"Guanlin ampun daah! Mau naik nggak lo? Tinggal aja deh, Bang!" seruan Woojin ke supir bikin gue kelabakan dan langsung naik ke bus yang mulai jalan. Alhasil tas gue malah nyeruduk kondektur bus di ambang pintu. Ampun, Bang!
Gue jadi ekornya Woojin yang ngikutin dia dari belakang. Dia duduk di deket kaca dan gue duduk di sampingnya. Dua bangku nomor lima dari depan.
"Oh, jadi ini, Jin, busnya?" tanya gue. Gue pernah hampir nabrak ini bus gara-gara ngerem mendadak.
"Iya. Lo siapin ceban ya."
"Oke."
"Habis bayar, gue mau tidur. Lo jangan ganggu gue. Bangunin kalo udah mau sampe. Lo hapal jalan, kan, Bro?"
"Iya kali. Kalo nyasar juga ada temennya ini."
"Tapi gue nggak mau nemenin lo."
Dih, sensi amat ini bocah.
Sepanjang perjalanan, busnya melaju dengan kecepatan tinggi. Nyalip puluhan truk dan mobil dan rasanya kayak di roller coaster. Bener deh.
Dan gue mual.
"Jin, Jin. Woojin. Ampun dah. Bangun!" Gue pukul Woojin dengan terpaksa.
"Alig! Sakit!" Dia protes. "Apaan dah?!"
"Punya kantong plastik?"
"Buat? Lo mabuk? Kan nggak minum so--"
"Serius."
"Nggak ada. Gue serius. Lo nggak biasa merakyat, sih."
Ampun dah bawaannya emosi mulu sama si Woojin. Tapi nggak boleh marah.
Bang Jaehwan apa kabar ya jadi temen kostannya ini orang?
"Yaa Allah gue mau muntah gimana nih?" Gue panik, sumpah.
"Makanya tidur. Tau-tau udah nyampe dah. Jangan dibuat rumit, Tuan Muda Guanlin. Lo masih perlu adaptasi sama bus merah ini."
Habis ngomong gitu, Woojin dengan seenaknya tidur sampe kepalanya miring-miring ke jendela. Nyenyak banget ya ampun. Tegaan ini orang sama temennya sendiri.
Ya udah. Gue coba merem-merem aja. ACC alias angin cepoy cepoy menelusup masuk lewat celah jendela yang kebuka, roller coaster masih melaju cepat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Lin, elah nyenyak banget dah sampe ngorok. Katanya mabuk lo."
"Hah?"
"Udah sampe nih. Bangun."
"Ah masa?"
"Nggak percaya ya udah. Nggak mau turun juga nggak apa-apa yang penting biarin gue lewat."
"Eh iya iya. Bentar. Duh pala gue pusing."
"Harus sering-sering lo naik beginian," ledek Woojin.
"Bisa layu duluan gue sampe kostan," jawab gue dan buru-buru turun karena busnya mulai jalan pelan. Badan gue rasanya nggak enak.
Gue kayaknya masuk angin deh. Bunda jauh lagi.
------
Dek Guanlin kasian :" /plak
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Apa di Dalam Bus?
FanfictionDalam bus, ada banyak kejadian yang mungkin terjadi. Makanya, berdoa biar selamat, biar ngga ditarikin uang lebih, dan biar dipertemukan sama jodoh itu penting. Judul lama: Murni | mausatu © origyumi, 2018