[Jihoon] Genit

29 5 0
                                    

Kau bisa temukan ragam karakter kondektur di setiap bus yang berbeda. Mungkin mereka ramah, galak, keras kepala, suka curhat, atau bisa jadi ... genit.

Sebelum sholat Jum'at, Jihoon sudah berada di atas bus arah pulang. UAS hari ini melelahkan sekali, jadi Jihoon putuskan untuk naik bus dari terminal supaya mendapat tempat duduk (rata-rata bus langsung penuh kalau naik di depan kampus). Mahasiswa semeter empat itu duduk di urutan ke dua dari belakang bersama seorang bapak sementara di bangku paling belakang, kondektur bus sedang menghitung uang.

Bus melaju pelan bahkan setelah keluar dari terminal. Maklum, penumpang biasanya ramai di daerah ini sebelum memasuki tol. Jihoon menyandarkan punggung pada sandaran bangku, melipat kedua tangan di depan dada, dan memejamkan mata.

"Jihoon!"

Membuka mata, dahi Jihoon langsung mengerut begitu sinar mentari menusuk netranya. Beruntung pepohonan rindang yang dilewati bus menyelamati mata si tampan dan imut ini dan saat itulah, dia melihat pemilik suara yang tadi memanggil.

Rupanya Gina. Di belakangnya ada Nayla, Rahma, dan Dira. Mereka naik lewat pintu depan bus dan duduk di bangku panjang di belakang.

"Mana yang lain? Biasanya ramean?" tanya Rahma.

"Lagi ada kegiatan masing-masing. Ada juga yang udah pulang duluan. Kalian duduk di depan aja sana, masih kosong," kata Jihoon memperingatkan. Bukan apa-apa, duduk di bangku belakang bagi wanita seringkali agak berbahaya, lagipula di depan juga masih ada beberapa bangku yang kosong. Dia pun bersedia bertukar tempat kalau masih kurang bangku di depan sana.

Tetapi bukannya pindah, mereka malah duduk dengan nyaman di belakang. Rahma yang terkenal doyan makan malah sudah memesan mangga untuk dibeli dari pedagang di bus.

"Sekali-sekali, sih, Hoon," sahut Nayla. Kalau Jaehwan lihat, dia pasti menolak mentah-mentah alasan Nayla.

Jihoon melirik Dira yang paling pendiam di antara ketiganya, lalu kembali menghadap depan. Sebenarnya mau menawarkan untuk tukar tempat supaya gadis itu tidak duduk di belakang, tapi kemudian urung.

Lelaki tersebut akhirnya terlelap dan tidur hampir separuh jalan.

Begitu membuka mata dan melihat ke belakang, Jihoon terkejut karena tidak menemukan tiga teman satu jurusannya selain Dira yang terdiam di pojok arah pintu keluar. Sementara di deretan depan, semua bangku terisi penuh.

Kondektur yang Jihoon lihat di awal tadi melirik beberapa kali ke arah Dira sambil tersenyum aneh.

"Neng, mahasiswa baru, ya?"

Kan...

Dira menoleh dan menjawab singkat, "bukan, Bang."

Abang kondektur malah mendekati Dira dengan hiasan senyum di wajah. "Terus ... semester berapa? Kamu nanti turun di mana?"

"...."

"Neng...."

Merasa tidak nyaman, Jihoon mengusap wajah untuk mengumpulkan nyawa, kemudian tanpa ba bi bu pergi ke belakang dan mengambil tote bag Dira yang tergeletak di bawah bangku untuk dibawa ke tempat duduknya.

"E-eh? Jihoon!"

Dira yang juga mengenakan almamater seperti Jihoon spontan berdiri dan begitu sampai di dekat teman sekelas sekaligus teman kakaknya tersebut, Jihoon berucap, "duduk di sini aja." Singkat seraya menunjuk bangkunya dengan dagu.

"Apa?"

"Duduk di sini aja, Dira."

"O-oh?" jawab Dira gugup karena sebenarnya masih ketakutan dan merasa tidak aman di belakang sana, apalagi setelah teman-temannya turun lebih dulu di tempat yang berbeda. "Kamu gimana?"

"Gampang, lah. Bentar lagi juga lo turun, kan?"

"I-iya. Makasih, ya, Ji."

Jihoon membalas dengan senyum tipis dan menangkap raut kesal di wajah kondektur tadi.

Tidak ada perbincangan setelah itu sampai mereka turun bersama.

"Naik angkot juga, Ji?"

"Iya, tapi yang ke arah sana," jawab Jihoon menunjuk ke arah berlawanan.

"... kamu sengaja kebablasan, ya?"

Jihoon menggeleng.

"Hati-hati, jangan lupa do'a," katanya masih saja singkat dan dihiasi senyum tipis. "salam buat bang Minhyun."

.
.
.
.

Woojiiin, ini si Jihoon nitip salam ke Minhyun biar dapet restu kali niiih? Waduh, code zero!

/Plak

Hai, buat kalian yang membaca ini, semoga kita selalu dalam lindungan-Nya, ya. Ini cuma cerita kecil dari keseluruhan cerita yang pernah aku lihat, aku dengar, dan aku alami. Yang ramah sama yang genit keliatan dong bedanya.

Oiya, mohon maaf lahir dan batiiiiin! :'D

Ada Apa di Dalam Bus?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang