[Jaehwan] Copet

42 11 5
                                    

Bus mulai berangkat dari depan kampus. Di dalamnya, ada Jaehwan dan Minhyun yang tampak lesu seperti jeli yang tak punya tulang.

Apalagi Jaehwan.

Kesedihannya berkali lipat daripada Minhyun karena selain kuis Morphology yang lumayan melelahkan kinerja otak, rupanya ada hal lain yang membuatnya kalut.

"Hyun, gue mau cerita."

Minhyun yang baru saja memejamkan mata pun kembali membukanya seraya melirik Jaehwan dengan was-was.

Ya habisnya, Jaehwan tuh kalau cerita, ujung-ujungnya sering jadi gosip!

"Ah mau ngegosip, kan? Males, ah."

Akibatnya, Jaehwan sewot. "YEU! Serius ini mah!"

"Ya udah. Apa? Buruan dah gue mau tidur."

Jaehwan menarik napas sebelum cerita. Jika di luar mendung, maka Jaehwan di dalam bus sudah menghasilkan hujan. Dia mendesah dan mengelap air mata di wajahnya dengan kaus yang dikenakan. Lagi sensitif dia, tuh.

"Waduh, lo kenapa? Ditolak lagi?" tanya Minhyun. Dia salah ngomong ngga, sih?

Jaehwan menggeleng. "Jadi ... hape gue ilang, Bro. Hape yang belum genap seminggu gue beli. Hape yang amat sangat gue perjuangkan untuk dibeli. Hape yang demi beli itu gue jadi rajin nabung. Hape yang--"

"Loh kok bisa?" potong Minhyun atas kalimat Jaehwan yang sepertinya tiada ujung.

"Hiks." Isak tangis Jaehwan. "Jadi, kemarin pas pulang tuh gue turun di tempat biasa. Nah sebelum turun, ada yang dorong-dorong gue dari belakang. Pas turun, si bapak yang dorong-dorong tadi nggak ikut turun. Gue curiga dong, ya. Habis itu gue cek tas dan hhh ... hape gue nggak ada."

"Ya lo kebiasaan, sih, naruh hape di tas bagian paling depan! Lo ngasih umpan bagus ke orang-orang kayak gitu!"

Jaehwan makin pundung. Sudah kehilangan ponsel, dimarahin Minhyun juga.

Tapi, ya, memang benar.

"Iya juga, sih," jawab korban berinisial J yang masih menampakkan raut sedih. "Hari-hari sebelumnya bapak udah ngomelin gue gara-gara ngeyel. Disuruh taruh hape di bagian paling dalem tas tapi gue nggak mau. Mungkin karena itu, gue dihukum lewat musibah ini."

Minhyun menaikkan alis dan mengulum senyum tipis, lantas menepuk-nepuk pundak temannya tersebut. "Sabar, ya, Jae. Lo harus ikhlas."

"Susaaah."


"Orang kayak gitu, tuh, sebenernya ngga dapet apa-apa, Bro. Sukses tapi dalam hal yang buruk. Dapet sesuatu, tapi nggak berkah. Lo nggak usah lah kesel sama orang kayak gitu, apalagi iri dia berhasil dapetin hape lo karena sebenernya he got nothing, dan lo bakal dapet something kalo lo bisa ikhlas. Begetooo, Pak Eko."


Jaehwan manyun, meski begitu berusaha mencerna ucapan Minhyun dengan baik.

"Ntar, meski nggak tau kapan, lo bakal dapet rejeki yang lebih baik lagi. Dikasih hadiah dari Allah lewat hal-hal yang nggak lo duga. Optimis aja lah kayak usaha lo walaupun udah ditolak Nayla. Hahahahaha--iya, maap."

"Asem, ya, lo. Ngamen aja sana."

Jaehwan yang duduk di dekat jendela pun melempar aondangan ke luar sana, di mana rintik hujan mulai memukul pelan kaca jendela bus.

Perkara hilangnya ponsel, Minhyun benar. Dia harus ikhlas, meski perlahan.

"Oh, iya, Jae, bokap gue bilang, dia mau pesan lele buat acara keluarga Minggu depan. Kira-kira seratus ekor, lah. Nanti gue konfirmasi lagi ke bokap. Diolah sekalian. Bisa nggak?"



Dan ini salah satu yang dinamakan hadiah tak terduga.


...

Well, pengalaman Jaehwan di sini berdasarkan kisah nyata seorang teman.

Jadi, kalo bawa barang berharga, ditaruhnya di tempat yang aman yaa. Main hapenya dikurangin, lalu jangan nyepelein nasehat ortu. Hoho.





Ada Apa di Dalam Bus?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang