eps.4

139 9 1
                                    

Kali kedua
(Cerita kita dimulai)

"Dia"gumanku

Aku tidak tahu apa yang merasuk tubuhku saat itu, seperti tersegat listrik bertegangan kecil. Aku benar-benar tidak tahu kalau dia berada disana ditempat yang sama di bawah atap sekolah yang sama lagi. Pertemuan kali ini bukan sekadar pertemuan di bulan bahasa lebih dari itu semua. Wah, apa yang sebenarnya terjadi?

Hening

Melangkah lagi, aku melangkah sebelum sekilas melihat Kania yang keluar kamar mandi. Mata kami salah menatap tak percaya bahwa biasa berada ditempat yang sama lagi. Seakan tempat ini adalah tempat dimana cerita itu dimulai. Tapi, apa mungkin perasaan itu masih sama. Dan tidak akan pernah berubah. Meski itu harus, berubah.

"Lo kenapa?"pertanyaan itu membuatku hanya menggeleng pelan dan berjalan duluan. "Habis lihat setan lu ya"

"Udah, biarin"ucap Nanda yang menepuk pundakku pelan.

Aku kembali terdiam menatap lurus kearah depan dengan tujuan yang aku sendiripun tak tahu kemana. Aku tidak tahu rasaku sebenarnya bahagiakah atau sedih menerima kenyataan bahwa aku tidak akan memilikinya.

☁☁☁

Aku berlari menuju arah yang tak aku mengerti mengejar Pandu yang sejak tadi terus mengangguku. Dia memang selalu begitu jika, aku bercerita mulutnya pasti kemana-mana tapi, aku juga tidak bisa untuk marah padanya meski aku ingin.

"Kesini nggak lo"teriakku padanya.

Dia malah terus menggodaku hingga aku tidak tahu bagaimana lagi bertindak pada anak itu?rasanya ingin aku jitak kepalanya agar dia lekas meminta maaf padaku. Tapi, dia malah berlari jauh.

"Kalau lo bisa nangkap gue, gue bakal diam."teriaknya.

Aku berlari hingga sampai dilorong kelas 10 Mipa, padahal disana suasana begitu ramai. Peralatan pensi juga diletakkan disana, dia terus berlari hingga menabrak dua orang cewek. Yang membuat salah satunya jatuh, aku coba membantu mereka tapi, aku harus kembali terdiam. Melihat siapa yang jatuh tersungkur karena.

"Lo nggak papa"

Hening

"Ka, lo nggak papakan"tanya temannya yang membantunya berdiri. Dia terus melihatku seakan tak percaya bahwa aku disana. "Kania, lo nggak papa"

"Nggak"

"Beneran lo nggak papa"tanyaku mencoba untuk menanyakan keadaannya.

"Nggak papa kok, lagipula jangan larian. Nggak takut nanti nabrak orang lagi"

"Maaf"

"Diterima, udah ayo Dis. Katanya mau lihat pensi. Permisi kak"

Dia berjalan pergi meninggalkan aku yang masih terdiam disitu, apa yang aku lakukan barusan?aku tampak bodoh didepannya. Aku sudah seperti orang gila saja. Astaga, aku ini kenapa?sulit untuk mempercayai semuanya.

"Ahss...gue lupa Pandu"

Aku langsung berlari mencari dia, aku harus mendapatkan dia. Sebelum mulutnya itu kemana-mana tapi, lagipula dia juga belum tahu siapa?apa aku tidak usah memberi tahu dia ya?tapi, dia pasti juga akan tahu.

KITA DAN WAKTU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang