eps.20

144 10 0
                                    

Berlabuh

"Perahu kertasku kan berlabuh, membawa surat Cinta bagimu. Kata-kata yang sedikit gila tapi, ini ada nya."suara itu membuat langkahku terhenti. "Perahu kertas mengingatkanku, betapa ajaib hidup ini. Mencari-cari tambatan hati, kau-"

Aku sedikit terkejut saat dia menyadari kehadiranku. Dia hanya melihatku dengan senyuman yang sama tanpa pernah berubah. Aku juga tidak tahu, kakiku melangkah kesini dengan sendirinya.

"Kak Tama, nyari kak Rain-"

"Nggak"potongku yang membuatnya menatapku heran.

"Iya kalau nggak nyari kak Rain,terus nyari siapa?"

"Kamu"seketika kata itu muncul begitu saja. Dia menatapku dengan tatapan tak percaya sebelum kembali kulihat senyum di wajah manisnya."aku hanya berusaha buat jujur aja, aku emang nyariin kamu."

"Ya udah duduk"ucapnya menyuruhku duduk disampingnya. Di bangku taman depan rumahnya. "Ih, dilihatin doang. Duduk atuh"

"Kok jadi sunda"

"Yah,nggak papa. Nggak boleh ya"

"Boleh kok."

"Terus kakak nyariin aku mau tanya keadaannya kak Rain."

"Kania, gue kesini cuma mau-"

Hening

"Mau apa?"

"Ehmm,nggak jadi deh."ucapku yang mengusap tengkuk leherku.

Entahlah, aku juga tidak tahu dengan hatiku rasanya aku ingin mengakhiri perasaanku tapi, aku tidak mampu. Aku tidak lebih dari seorang pecundang sekarang.

☁☁☁

"Gue serius, Pandu. Diana bakalan ngelabrak Kania, gue juga nggak tahu cuma itu doang yang gue denger"suara itu membuatku hanya terdiam. "Gue nggak yakin, tapi kalau Tama nggak dikasih tahu bisa-bisa-"

"Bisa apa?"

Mereka menatapku dengan mulut yang masih membungkam, aku menatap mereka dengan tatapan yang bisa dibilang mengerikan.

"Bisa apa?"suaraku kini meninggi namun, mereka masih tetap diam. "Mereka dimana?"

"Tam, kita jelasin dulu ya"suara Pandu tak aku pedulikan. Aku berlari mencarinya, berlari tanpa arah. Seakan seluruh sekolah aku putar'i hingga aku menemukan mereka di belakang bangunan baru.

Dia mengeluarkan air yang ingin disiramkan padanya namun, seketika ada yang membentenginya. Dan membuatku hanya terhenti di sana dengan hati yang tak aku pahami bahkan mengerti.

"Dimas?"suara lirih itu masih ku dengar begitu jelas.

"Hemm"suara dehem ku membuat mereka melihatku dan lekas mengaba-aba untuk menjauh dari tempat itu. "Mending lo bawa dia ke UKS aja, oh iya kering ini bajunya nanti lo sakit"ucapku berlalu begitu saja.

Aku meninggalkan mereka begitu saja tapi, aku tidak benar-benar pergi. Aku hanya bersembunyi dibalik tembok.

"Dim, nggak papakan"pertanyaan itu membuatku bernafas berat. "Kenapa kamu pakai pasang badan sih?aku itu nggak papa"

KITA DAN WAKTU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang