eps.10

73 7 1
                                    

Hati
(like you, i don't know)

Hari telah berlalu bagaimana harapan itu?bagaimana rasa itu? Yah, mungkin aku benar-benar menyukainya. Menyukai dia, tak seperti dulu namun lebih dari itu. Namun, sanggupkah aku mengatakannya bahwa aku mencintainya atau rasa ini harus tertahan seperti drama percintaan yang selalu menyakitkan ujungnya. Aku juga tidak tahu yang pasti hatiku selalu mengatakan iya namun, mulutku selalu mengelaknya.

Setalah selesai banyak acara disini termasuk pensi yang membuat menguras waktu untuk latihan. Hari ini aku hanya menemani Fahri untuk latihan paduan suara dengan team paduan suara yang seperti hanya monoton saja. Namun, aku tidak pernah menyadari akan satu hal yaitu dia.

Aku melihat dia yang sedikit tersenyum saat belum menyadari kedatanganku. Aku kira dia tidak akan latihan hari ini karena ada remidial Fisika ternyata dia tidak ikut. Aku masuk dan melihat mereka latihan.

Beberapa menit berlalu aku hanya mengutak-atik hp yang hanya stalker ig tidak penting. Aku tidak tahu saat melihatnya dia asik menghadap jendela entah ada apa dibalik jendela itu. Andaikan cowok berentung sekali diperhatikan seperti itu. Apa dia punya hobi ngelihatin orang diam-diam ya?atau dia memang sedang suka dengan seseorang. Aku tidak paham saat itu hanya fikiran itu saja yang ada dalam otakku.

Aku mendekat kearah jendela mencoba mencari tahu, karena langsung mengarah kelapangan dan benar banyak ana cowok yang futsal disana. Namun, saat meliriknya dia sudah menghadap kearah lain lagi. Aku tidak mengerti sebenarnya dia itu menghindari apa?atau dia menghindar dariku kenapa? Aneh rasanya.

☁☁☁

Akhirnya aku berada diatas panggung lagi, aku tidak pernah mengerti disaat diatas panggung aku seakan menjadi diriku sendiri. Menemukan hidupku pada musik yang aku mainkan, aku tidak pernah bisa mengatakan hanya musik yang mampu menjawab hatiku. Rasanya lagu-lagu itu sudah memenuhi ruang dalam hatiku. Yang kelam dan kosong tak pernah ada yang mampu mengisinya.

Andaikan aku bisa melihat bintang disiang hari pasti senyum itu selalu hadir dalam setiap waktu. Namun, matahari lebih terang dari cahaya bintang yang hanya berkelip dilangit. Namun, saat ini ada yang membuatku membeku diam dipanggung. Bukan menjadi diriku sendiri melainkan orang lain, seakan aku tidak tahu diri siapa ini? Sebelum aku melihat dia yang duduk diantara kursi tamu. Aku melihat dia sambil bernyanyi entah kenapa bibir ini tidak bisa melukiskan senyum simpul yang Indah untuk sekadar menyapanya atau menutupi rasa gerogiku.

Perasaanku seketika berubah, aku sebenarnya menyukai dia atau hanya perasaan yang hadir kembali.

"Cinta itu seperti samudra, deburan ombak yang tenang kadang bisa membuat orang takut untuk mengarunginya."gumanku yang menatapnya. "Ketika seseorang jatuh cinta, maka dia harus siap, Siap terluka atau kehilangan. "

☁☁☁

Suara keyboard masih terdengar hujan diluar sudah mulai mereda, aku masih menikmati secangkir coffe yang membuatku merasakan kehangatan saat menikmati aromanya. Danu masih setia menungguku selesai mengejarkan schedule yang cukup padat juga. Dari mengurus cafe sampai harus bekerja, rasanya cukup menenangkan. Dan sedikit menceritakan tentang dia pada Danu.

"Sejak kapan lo suka padanya?"pertanyaan itu sontak membuatku tersenyum kecil. "Gue nggak butuh senyum"kesalnya

Aku hanya tersenyum melihatnya seperti itu tapi, aku tak pernah bisa memungkiri rasa rindu yang membuatku jadi seperti orang gila saat itu. Mungkin kehilangan dia untuk kesekian kalian membuatku mengerti. Bahwa cinta yang hanya aku diamkan tak akan merubah apapun. Mungkin aku akan menyakiti dia seperti yang lain. Kebaikan terhadap wanita memang terkadang selalu disalah artikan dengan perasaan.

"Rindu kadang curang, dia selalu datang disaat aku tidak memintanya."

Dia menatapku dengan tatapan heran dia tahu kalau mungkin aku sedang menyidirnya. Mungkin aku tidak pernah tahu bahwa aku benar mencintainya atau ini hanya perasaan yang membuatku jadi pecundang yang hebat.

☁☁☁

Liburan semester saat itu aku hanya diam dirumah atau sekadar keluar sebentar. Tidak ada tempat istimewa apapun untuk ku kunjungi. Kecuali jika memang diajak pergi, begitulah yang aku lakukan tanpa tujuan dan mungkin tidak ada tujuhan

Hingga hari liburku tak ada cerita tentang dia hanya kisah-kisah yang aku alami sendiri dan notifikasi dari orang-orang nggak penting yang mengisi bbmku. Hingga mereka akan bosan sendiri nantinya.

☁☁☁

Kembali kesekolah adalah hal yang menyenangkan, bisa bertemu teman pastinya dan dia. Mungkin benar, semangat seseorang untuk sekolah adalah orang yang dicintai juga berada disana.

Aku berjalan keluar untuk kamar dengan pakaian rapi, aku mengambil kunci motor diatas lemari.

"Pagi amat?"pertanyaan itu hanya membuatku tersenyum tipis. "Gue nggak tahu sih tapi, abis liburan biasanya ogah masuk ini semangat amat"

Aku hanya terus berjalan tanpa memperdulikan ucapan itu. Aku tidak mau ribut dipagi hari sama dia. Lebih baik aku yang mengalah saja, dari pada perang nantinya. Hingga Bapak ysng keluar dari kamar dan menatap kami berdua heran. Rumah sederhana didalam gang inilah yang membuat kami melihat dunia. Rasanya menyenangkan jika, rumah ini penuh dengan kasih sayang. Namun, sayang rumah ini hanya berisikan harapan-harapan yang membuatku ingin pergi dari harapan itu.

"Harapan, mungkin cinta yang aku miliki saat ini adalah harapanku sendiri."gumanku.

Dalam perjalanan fikiranku mulai tidak karuan hingga tanpa sadar dipersimpangan aku hampir saja menabrak orang. Karena fikiranku yang entah kemana.

"Waktu tak berpihak padaku, selalu saja aku yang merindu"gumanku.

Aku tertunduk dan mencoba mencari apa yang semestinya aku cari bahkan apa yang tidak aku cari. Rasanya sama saja, aku selalu merasakan hal yang sama namun, tak pernah bisa mendekat padanya.

☁☁☁

Aku ingin pergi namun, selalu saja tertahan disitu mencari akan siapa hati ini berhenti?kurasa petualangan cinta apa yang harus aku pilih? Berkelana dengan ribuan wanita atau berkelana sendiri mencari cinta sejati. Berkelana, kemana? Jika, yang aku punya hanya harapan untuknya. Namun, bagaimana aku mendekat? Aku tak mau kehilangan dia sama sekali dalam hidupku.

Teman?

Bagaimana bisa aku berteman?tak akan pernah ada pertemanan diantara kita. Jika ada, apa aku mampu menutupi rasa suka?kadang cinta itu datang disaat kita benar-benar kehilangan. Dan hari ini aku merasakan itu, rasa yang membuatku benar-benar kehilangan dia, bahkan senyum itu bukanlah untukku lagi.

Langkahku terus berjalan tanpa arah tujuhan hanya satu saat itu 'kelas' itu saja. Yang penting aku bisa berjalan kesana tanpa harus memikirkan perasaanku selama ini. Tolong berhenti kamu hadir aku lelah untuk menyalahkan diri. Aku pengecut yang tak mampu mengatakan "aku mencintaimu"

"Maaf"suara itu, aku melihat dia tertunduk takut karena menatapku. Tinggi yang hampir sama, dia tertunduk dengan wajah pucat pasif.

"Iya"

Aku berjalan pergi begitu saja, aku tidak pernah tahu kenapa aku selalu bersikap seperti itu?dingin. Sedangkan aku selalu memberi perhatian lebih kepada banyak wanita. Tapi, kenapa dia tidak bisa?aku tahu dia pasti akan ngomel setelah ini.

"Kak?"

"Iya"jawabku melihat dia yang mengejarku.

"Kak ada yang"

"Sorry, gue harus pergi"potongku. Saat aku pergi dia mencegahku dan melihatku dengan tanda tanya yang membuatku makin bingung sendiri.

☁☁☁

KITA DAN WAKTU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang