eps.17

62 8 0
                                    

Bukankah Cinta itu

Hari ini matahari terbit sangat cepat tidak seperti biasanya dia bermalas-malasan untuk bangun dari tempatnya. Seperti biasa aku mencuci motor metik kesayangan untuk mandi pagi hari ini motor yang selalu menemaniku disetiap waktu susah atau senangku. Rutinitas harianku adalah membuat sarapan dan membangun semua orang tapi, kali ini berbeda abangku yang paling kece abis udah bangun tidak seperti biasanya kali ini dia benar-benar kacau. Entah, apa yang mengganggu fikirannya?kurasa dia tidak tidur semalaman.

"Pagi Tam"sapanya yang menarik koran dan meminum kopi buatannya sendiri.

Aku melihat layar handphoneku. Ini hari sabtu jadwal dia masih kerja tapi, dia malah duduk santai didepan rumah seakan banyak beban. Waktu juga sudah menunjukan angka 7.

"Kamu nggak berangkat sekolah"tanyanya yang melihatku masih sibuk dengan motorku. "Ini hari apa sih?"tanyanya.

Aku terdiam sejenak sebelum melanjutkan mencuci motorku yang hampir selesai. Harusnya, tanpa tanyapun dia tahu dengan membaca koran pagi ini.

"Tam, soal kakak temen kamu yang."

"Kak Rain maksud bang Rendy, sebenarnya nggak tahu pasti sih dia itu depresi atau terauma."

"Rain"aku hanya mengangguk pelan dan melihat wajahnya berubah jadi khawatir.

"Bang Ren, nggak kerja."

"Bisa nggak temuin aku sama dia"

Pertanyaan Abangku membuatku berfikir sejenak, aku melihat dia yang penuh harapan ingin melihatnya. Aku rasa, aku mengingat sesuatu yang pernah menimpa dia 2tahun yang lalu.

☁☁☁

Suara roda brankar begitu kencang dan bau obat yang menyengat sangatlah tajam. Dia terus berlari membawa pasien itu untuk segera ditangani. Saat itu dia benar-benar merasakan menjadi dokter yang sesungguhnya. Jas putihnya mulai berlumuran darah dan dia masih terus menggerakan alat pernafasan itu agar dia mampu tersadar.

Sesekali dia melihat wanita yang berada dihadapannya yang menangis dan seakan dia ingin kekasihnya itu tersadar dalam kritisnya. Isakan tangis itu seakan mampu memekikkan telinga namun, dia hanya terdiam hingga berada didepan ruang operasi.

Dia menariknya dan berlutut dihadapannya membuat Rendy terdiam dan berusaha untuk membuat dia berdiri tapi, dia seakan tak mau untuk berdiri. Harapan yang terpancar jelas dimatanya membuat Rendy hanya terdiam tanpa berkata apapun.

"Aku mohon selamatkan dia, aku rela menukar nyawaku untuknya. Jadi, aku mohon selamatkanlah dia."ucapnya dengan air mata yang bercucuran.

"Akan aku usahankan"

"Raina, udah ya"ucap wanita parubaya itu membuatnya terdiam.

Hujan yang mengguyur diluar sangatlah deras, dia hanya mampu terdiam dengan lampu ruang operasi yang terus menyala. Dia terus menggerakan tangannya kecemasan jelas terlihat di matanya. 

Didalam dokter dan team medis yang tengah berusah untuk menyelamatkan nyawanya monitor pendeteksi jantung mulai menunjukan jantung yang tidak stabil. Membuat wajahnya mulai cemas, hingga suara monitor begitu nyaring yang memperlihatkan garis lurus. Pria itu meninggal di jam 22.58.20 dan membuat semua yang berada didalam merasa tak berdaya namun, segalanya telah dikerahkan. Tuhan lebih sayang padanya.

KITA DAN WAKTU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang