E P I L O G U E

159 9 0
                                    

Haiii ini adalah akhir dari 'Into the eyes'. Maaf banget partnya pendek. Karena epilog emang ga boleh banyak-banyak. Akhir kata aku cuma mau bilang thankyouu karena selalu mengikuti kisah Raga&Ara.

Semoga ini adalah akhir yang kalian harapkan. Hahahaha. DAN SEMOGA GADA TEROR LAGI :(

Oh iya. Jangan lupa putar yang dimulmed! Tapi baca ceritanya setelah ada suara gitar yaaa!

See you. With love, putputth.

🥀🥀🥀

365 hari berlalu...

Raga menatap gundukan tanah didepannya. Terakhir kali dia kesini kemarin beberapa hari yang lalu.

365 hari, setiap pagi yang berlalu selalu menikamnya, hingga ke pusat kehidupannya.

Dia menatap telapak tangannya yang memutih, suhu udara pagi yang begitu dingin.

Ingin dia berteriak, agar seseorang yang begitu dirindukannya kembali. Ingin dia memohon pada tuhan agar kembali mengambil penglihatannya dan mengembalikan gadis itu.

Kepalanya selalu terngiang dengan kata-kata terahir gadis itu.

Ucapan-ucapannya kemudian Raga hubungkan menjadi sebuah simpulan.

Sejak awal, gadis itu telah merencanakan yang terbaik.

Harinya tidak seceria dulu, dia mematahkan semua janji yang telah dibuat. Dia melanggar janjinya pada pendonor matanya.

Raga ingin sekali berteriak. Seluruh organ tubuhnya memanas ketika dia terbangun dan kembali menyadari bahwa tidak akan ada lagi pelukan selamat pagi.

Tidak akan ada lagi.

Dia merindukan pelukan dan suara gadis itu. Meski semua orang bilang gadis itu melihat hal yang dia lihat.

Meski semua orang bilang bahwa gadis itu hidup didalam dirinya, Raga masih tidak mempercayainya.

Raga selalu meyakini bahwa suatu hari nanti gadis itu akan datang padanya. Dan meminta maaf telah meninggalkannya.

Setiap detik yang dilalui Raga terasa hambar. Gadis itu selalu menepati janjinya, gadis itu selalu berkata bahwa dia akan memberikan Raga sesuatu yang dia jaga.

Dan Raga menyadari kebodohannya. Gadis itu memberikan dunianya. Sesuai dengan ucapan gadis itu.

Raga melipat tangannya hingga memutih, "Arrgghhhh..." dia berteriak. Terlalu sakit untuk menjalani harinya.

Kini ungkapan tentang semua wanita sama saja, itu berlaku.

Terakhir kali dia dikhianati oleh mantan pacarnya hingga menyebabkannya buta, dan kini dia dikhianati oleh pacarnya hingga menyebabkan dia dapat melihat.

Raga tidak pernah menyadari akan hal ini. Dia tidak pernah meminta gadis itu memberikan semua yang dia miliki.

Tapi Raga adalah alasannya. Gadis itu yang bilang padanya.

Terakhir kali dia meraba wajah gadis itu, gadisnya sendiri yang berkata you are the reason.

Ingin sekali Raga kembali kemasa itu dan membatalkan operasi mata yang dijalaninya.

Tapi takdir berkata lain. Satu-satunya hal yang membuatnya memiliki semangat hidup, satu-satunya hal yang menjadi alasan dia ingin melihat, malah menghilang dari hadapannya.

Kini Raga memang bisa melihat. Dia dapat melihat semua warna dan apapun saat dia membuka matanya.

Tapi, Raga selalu yakin. Selama ini dia tidak benar-benar melihat.

Raga hanya seperti robot. Dia akan tersenyum disaat dia harus. Dan tertawa di saat dia harus.

Raga tidak pernah menangis lagi. Karena dia masih punya tekad untuk membalaskan sesuatu.

Raga mengusap lembut nisan dihadapannya, "Sekali lagi Raga harus bilang, rest in peace Opah. Raga janji akan mengurus perusahaan dengan baik."

Raga mengadahkan kepalanya, dia menatap langit mendung yang sudah meneteskana air hujan.

"Yakin saja, kamu akan kembali padaku. Memohon untuk tidak dilepaskan lagi, Ara."


DON'T FORGET TO LIKE, COMMENT, AND SHARE!

Into The Eyes(✔️)REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang