17. Penyelesaian.

140 12 2
                                    

"Kamu akan pergi?" Tanyanya padaku.

"Iya, ada beberapa urusan yang harus kuselesaikan dirumahku. Barulah aku akan kembali lagi kesini. Bersamamu,"

Ada guratan cemas diwajahnya. "Tapi besok aku akan dioperasi. Teruslah berada disisiku. Kumohon Ara.."

Ada rasa tidak tega karena aku harus menolak permintaannya.

"Tenang saja. Aku akan berada dirumah sakit besok saat operasimu. Aku akan berada disana," dia menggeleng.

"Tapi—,"

Aku mengecup keningnya lama. Membuatnya tenang dan ternyata manjur, dia diam.

Raga menarikku kedalam dekapannya. "Jangan lama. Duniamu sudah ada ditanganku sekarang," senyuman Raga membuatku tenang.

Benar, peganglah duniaku untuk selama-lamanya.

"Baiklah, aku pergi dulu.."

"Dadah pacar!" Teriak Raga. Aku menutup pintu kamarnya lalu menyender pelan.

"Selamat tinggal," bisikku.

Aku lalu turun kelantai bawah. Ada tante Liana yang berdiri disana.

"Kamu sudah tau yang harus kamu lakukan?"Tangan tante Liana gemetar.

Aku mengangguk. Tante Liana menarikku kedalam pelukannya. Dia mengetatkan pelukannya dan mengecup puncuk kepalaku.

"Tante akan mengatakannya hari ini," senyumku mengembang.

"Kalau begitu, Ara sudah bisa pergi sekarang," tante Liana menahan tanganku.

"Tolong ambilah ini. Tante mohon." Aku menatap lama amplop cokelat yang ada digenggaman tante Liana.

Rasanya tidak enak menolak tante Liana yang sudah memohon memelas kasih seperti ini.

"Baiklah," aku meraih amplop itu.

Saat langkahku hampir mencapai pintu, "Ara!" Aku berbalik.

"Terimakasih," tante Liana berujar. Aku mengangguk mantap.

Kulirik pada koper kecilku.

Semua sudah kubawa didalamnya. Aku tidak boleh meninggalkan sesuatu sekecil apapun.

Lalu, aku menahan taxi setelah keluar dari kediaman Raga. Besok adalah hari Raga akan dioperasi. Dan Aku harus juga ada disana.

Aku memasuki rumahku. Sisa-sisa kenangan papa masih ada disini. Dadaku sesak. Perih kembali meresap.

"Si Jalang baru pulang mah!" Rene berteriak. Bukan sapaan hangat melainkan salam selamat datang khas Rene.

"Duduk!" Perintah mama padaku. Aku duduk. Menuruti semua keinginannya.

"Tua bangka udah meninggal. Sekarang kamu gantiin tugas tua bangka cari duit terus ya!" Aku mengangguk.

"Mah, Rene, kalian duduk dulu sebentar. Ada yang ingin aku sampaikan."

Aku mengeluarkan amplop cokelat yang mengembung itu. Dan mata Rene dan mama membulat.

"Besok, aku udah nggak tinggal lagi disini." Wajah mereka terkejut.

"Terus kita makan gimana?!" Sinis Rene.

"Aku akan kasih kalian uang dan semua hak milik asuransiku. Tahun depan asuransiku cair. Dan jumlahnya nggak sedikit. Kalian bisa ambil semuanya asal jangan menyusahkanku untuk keluar dari sini,"

Mama dan Irene terlihat kaget saat mendengar perihal asuransi. Karena papa memang tidak pernah memberitahukan hal ini pada mereka.

Mendengar nama uang kusebut. Mereka mengangguk. "Boleh saja. Asalkan kamu jangan memintanya kembali."

Into The Eyes(✔️)REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang