6. Raga dan Kari

178 16 0
                                    

Tante Liana menungguku dikursi taman dengan secangkir teh hangat disampingnya. Aku ikut duduk disamping kursi tante Liana.

"Ara," tante menyebut namaku. Entah kenapa, aura hangat tante Liana berubah sangat serius.

"Iya tante," balasku.

"Tante ingin kamu menyampaikan sesuatu yang terpotong tadi. Saat Raga ingin menyampaikan." Aku menghela nafas. Menetralkan jantungku.

"Aku menawarkan kesepakatan. Dan kesepakatan itu adalah,,, selama dua bulan, dia jadi pacarku dan aku akan meninggalkan rumah ini setelah dua bulan,"

"ARA!" Tante Liana melipat korannya. Menatap taman yang penuh dengan mawar.

"Tante. Aku bisa membuatnya bangkit. Kasih aku waktu dua bulan dan setelah itu, aku sendiri yang akan pergi."

Tante Liana menghela nafas.

"Kita juga punya kesepakatan Ara," aku menahan nafas.

"Pekerjaan yang menggunakan ketelatenan perasaan-"

"Tapi tidak melibatkan cinta." Lanjutku memotong ucapan tante Liana. Aku ingat betul kesepakatanku dengan tante Liana.

"Aku tidak akan menggunakan cinta." Ucapku. Mencoba menyakinkan tante Liana. Tante Liana menatap mataku.

Apabila tatapan bisa membunuh seseorang. Maka mungkin kini aku pasti sudah memiliki batu nisan.

"Apa kamu yakin?"

"Aku selalu yakin. Tapi, bisa aku tau mengapa cinta tidak dilibatkan?"

Tante Liana menggeleng. "Wanita itu meninggalkan Raga dengan alasan dia tidak mencintai Raga. Padahal dalam hatinya, dan matanya, aku melihat dia tidak pernah mencintai Raga sejak awal. Hanya uang. Wanita itu hanya butuh uang." Dadaku berdegup kencang.

Tapi semua wanita tidak sama.

"Raga cukup terluka dengan apa yang ada sekarang. Tolong jangan libatkan dia dengan hal-hak semacam itu. Itu akan membebaninya. Ara, kamu paham?"

"Ya aku paham. Hanya sampai dua bulan dan tante akan melihat sebuah perubahan besar. I'm promise!"

Tante Liana menggeleng tegas. "Janji ada untuk dipatahkan. Jadi jangan coba-coba berjanji. Aku perlu bukti." Aku mengangguk. Menaruh kedua tanganku diatas paha.

"Dia anak kandungku," mataku seketika menatap tante Liana dengan cepat. Mencari kebohongan dimatanya dan nihil, tidak ada.

"Tante," panggilku. Dan dia mengangguk.

"Tapi dia bukan anak bagas. Dia anakku dengan orang yang lain. Lelaki brengsek yang akhirnya membuat hidupku menderita hingga bertemu bagas." Tante Liana terisak.

"Sejak kecil, Raga tau bahwa ayahnya meninggal. Dia hanya punya Diana dan papa yang ada dirumah. Diana mengurus putraku dengan baik. Hingga akhirnya seperti ini. Aku yang selalu menyalahkan diriku karena tidak merawatnya."

Aku memberanikan diri mengelus pundak tante Liana. "Tante, jangan ditahan. Keluarkan saja. Hanya akan ada aku yang tahu,"

Tante Liana mengangguk. "Kamu tahu? Bagas menerima anakku, tapi tidak dengan keluarganya. Dan itu mengharuskan Raga kecil kuberikan kepada Diana. Bagiku, Raga akan mengenang wajahku bahkan saat dia menikah nanti. Dalam ingatannya akan ada wajah Diana ibunya. Dan syukurnya, kami kembar. Jadi, ketika dia melihat Diana sebagai ibunya, aku merasakan bahwa dia sedang menatapku."

Tante Diana bercerita banyak. Bahwa pada awalnya dia tidak pernah rela untuk melepaskan Raga, tapi itu semua demi nama baiknya, juga keluarganya.

Desakan opa Daniel.

Into The Eyes(✔️)REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang