05 - The Nerd Senior?

14 1 0
                                    

Happy Reading!

oOo

Keesokan paginya, Jenia menunggu notifikasi dari seseorang di ponselnya. Ia penasaran. Apakah Arion akan meneleponnya atau tidak. Entahlah, apa yang ia harapkan dari pria dingin seperti Arion.

Sambil sibuk mengolesi selai stroberi pada roti bakarnya, Jenia mencuri-curi pandang ke arah ponsel yang ia simpan tak jauh darinya.

Drrrt drrtt

Matanya dengan cepat menoleh pada layar ponsel yang menyala. Ia buru-buru mengeceknya dan ternyata itu hanyalah dari operator. Pft, ia menghela napas kecewa.

Jam sudah menunjukkan pukul 08.00. Waktunya ia pergi kerja. Akhirnya ia menyerah untuk menunggu. Memang tidak bisa diharapkan.

oOo

Akhir pekan sudah datang. Jenia mengalungkan tas selempangnya dan bersiap menuju stasiun kereta. Ia akan pulang ke rumahnya sekalian mengunjungi kedua orangtuanya.

Kaki-kaki kecilnya melangkah masuk gerbong kereta. Ia melihat ke sekeliling, dan beruntung ia menemukan kursi kosong. Jenia segera menduduki kursi tersebut.

Tak terasa, 2 jam sudah berlalu. Akhirnya ia sampai juga di kampung halamannya. Jenia keluar dari kereta. Ia menghembuskan napasnya dalam. Inilah yang ia rindukan. Udara segar khas tempat lahirnya. Gadis itu mengambil ponsel dari saku celananya.

"Ayah, aku sudah sampai!" Ujarnya ceria kepada sang ayah di seberang sana.

"Oh, putriku! Tunggu sebentar, ayah siap-siap dulu oke."

"Oke, ayah," katanya sebelum menutup telepon.

Sambil menunggu sang ayah menjemputnya, Jenia duduk di sebuah kursi stasiun. Untuk mengurangi rasa bosannya, ia memainkan ponselnya. Tibat-tiba, ia teringat teman-temannya di sini. Jenia merasa bahwa ia harus memberitahu kedatangannya.

Jenia mengambil foto keadaan sekitar, lalu ia mengirimkannya pada group chat sahabatnya. 'Adakah yang ingin bertemu denganku?' ketiknya.

Tak lama, group chat itu ramai. Jenia tersenyum memandang layar ponselnya. Ia sangat merindukan masa sekolahnya bersama sahabatnya. Kalau dipikir-pikir, ia sendiri di kota besar. Tidak menyenangkan.

"Jenia putriku!" panggil sang ayah dari kejauhan. Jenia mengalihkan pandangannya. Ia segera berdiri dan berlari menuju ayahnya. Kemudian, ia memeluk beliau erat penuh kerinduan.

oOo

Setelah berindu-rindu ria dengan ayah dan ibunya, Jenia meminta izin untuk bertemu dengan sahabat-sahabatnya semasa sekolah. Dan sekarang, ia sedang dalam perjalanan menuju kafe Matahari tempat ia dan sobatnya biasa berkumpul.

Dari kaca luar, Jenia bisa melihat sekumpulan sahabatnya sedang melambaikan tangan pada dirinya. Ia tersenyum dan balas melambai. Dengan segera, Jenia memasuki pintu kafe.

"Hai, guys!" sahutnya semangat.

"Jeniaaa!" jawab mereka. Satu per satu mulai berdatangan untuk memeluk dirinya. Sahabatnya ada 6 orang dengan 4 perempuan termasuk dirinya dan 2 laki-laki.

Dan momen mengenang masa lalu dimulai. Tak hanya itu, mereka juga mulai merecoki Jenia dengan banyak pertanyaan tentang kehidupan mandirinya di kota besar. Jenia bilang kalau ia merasa sendiri disana yang dimarahi mereka karena Jenia terlalu dimanja dulunya.

"Jen!" panggil Olivia padanya. Olivia berusaha membuat topik dengannya karena yang lain sibuk mengobrol kecuali mereka berdua.Olivia adalah sahabat terdekat Jenia diantara yang lain. Mereka sudah bersama dari sejak TK. Berbeda dengan sahabatnya yang lain yang baru ia temui saat SMP.

"Oliv, kau mengejutkanku."

"Aku rasa, aku tertinggal cerita," kata Olivia sembari mengendikkan dagunya ke arah ponsel Jenia. Ia bermaksud menyindir. 

"Tidak. Tidak ada cerita apapun." Jenia menyimpan ponselnya ke dalam tas. Lalu, ia menyedot minuman yang ia pesan.

"Pernahkah kau berhasil berbohong padaku, Jen?" tanya gadis itu dengan mata yang menyipit.

"Oke, Oliv. Aku hanya... Kau ingat Arion yang aku ceritakan? Pria itu membuatku bingung."

"Ya Tuhan, Jenia... Apakah kau sedang mengalami cinta monyet? Lupakan saja kalau tidak ada kepastian. Kau ini sudah kepala 2," omel Olivia.

"Apakah aneh kalau perempuan yang mendekati duluan?"

Olivia berpikir sejenak. "Tidak. Tapi tunggu, Jen. Aku jadi teringat sesuatu. Sebenarnya ini sudah lama ingin aku tanyakan padamu. Kau bilang, nama lengkap Arion itu Arion James Mason?" tanya Olivia balik.

Jenia mengangguk mengiyakan. "Memangnya kenapa, Liv?"

"Hei, guys. Apakah ada senior bernama Arion Mason di kampus kita?" Olivia tiba-tiba bertanya pada yang lain. Dan suaranya tersebut sukses mengheningkan keadaan.

Jenia merasa bingung. Apa maksud Olivia? Kalau dipikir-pikir, tidak rasanya. Ia tidak pernah mendengar nama Arion di kampusnya dulu.

Tiba-tiba, Leo berkata. "Oh, the nerd Arion maksudmu, Liv?"

Dan semuanya mulai merasa ingat. Akhirnya, keadaan kembali riuh. Namun tidak dengan Jenia yang terdiam. Ia yakin ingatannya masih bagus. Dan ia rasa, ia tidak mengenal seseorang bernama Arion di kampusnya. Benarkah Arion senior di kampusnya dulu?

"Jadi, aku tidak salah." Olivia menghembuskan napasnya pelan.

"Pria yang kau temui itu memang Arion senior kita, Jen," tegas Olivia menjawab keraguannya.

oOo

To be continued...

Yay! Akhirnya aku bisa update juga hehe

Don't forget to Vote and Comment! ^^

With luv,

Ailoils


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARIONIA (Arion & Jenia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang