Hari ini seperti biasa, dibangunin Ibu, diusilin Kakak. Kakak. Entah kenapa aku merasa berbeda setiap berdekatan dengannya. Mungkin karena wajah tampannya. Awalnya aku tidak yakin dengan perasaan ini.
Aku merasa, hal ini wajar dirasakan oleh Adik ke Kakaknya mengingat Kakakku setiap hari menjahiliku.
Saat malam pun sama. Ia pulang dari Kantor langsung ke kamarku. Awalnya aku terganggu, tapi semakin lama aku semakin menyukai kebiasaan Kakakku itu.
Mungkin dia merindukanku. Perasaan hangat menjalar ditubuhku. Ya Tuhan. Aku sangat menyayangi Kakakku itu. Dia baik. Sangat baik. Tapi dia usil sih. Ia bijak ketika di Kantor. Kalau sudah berhadapan denganku, dia berubah menjadi sosok nyebelin. Mencium pipiku berkali-kali. Aku bahkan tidak mampu menghitung berapa kali ciuman yang diberikannya.
Tapi aku menyukainya. Sangat.
Sebentar lagi usiaku akan menginjak 17 Tahun. Tiga hari dari sekarang. Lusa mungkin. Perayaan kecil-kecilan saja sudah membuatku bahagia. Bersama Ibuku sayang Kakak Gabriel. Kami bertiga. Aku sangat bahagia.
Awalnya Ayah selalu ada. Tapi saat kejadian kecelakaan itu, ayah meninggal dunia. Hatiku sakit sekali menerima kenyataan. Tapi inilah hidup. Senang atau pun nggak sudah itu konsekuensi kehidupan.
"Baby." Panggil Kak Gabriel. Itu dia Kakak Gabriel. Panggilan kesayangannya terhadapku. Entah mengapa aku menyukai panggilan itu seakan-akan-- Ah sudah lah dia kan Kakakku seharusnya aku berpikir yang wajar-wajar saja tentangnya.
"Ya?" Jawabku.
"Ibu panggil kamu tuh, bantuin katanya." Ujar Kak Gabriel.
Biasanya jika seperti ini ada yang tidak baik. Apalagi kalau bukan keusilan yang sedang direncanakan Kakak Gabriel tercinta, oh bukan! Lebih spesifiknya adalah rencana yang telah disusunnya. Oh ya, pantas saja dia tidak langsung masuk aku mengunci pintu kamarku, biasanya tanpa meminta izin dia sudah masuk kedalam kamarku. Begitulah Kak Gabriel.
"Oh gitu ya Kak." Kataku sambil tertawa kecil. Aku akan mengikuti rencananya kali ini. Dia yang memulainya. Jadi bukan salahku. Senangnya.
"Iya."
Setelah mengatakan 'iya' aku tidak mendengar lagi suaranya. Pasti dia sedang menungguku di luar tunggu saja-- sampai dia mencintaiku. Oh my! Aku memikirkan itu lagi. Huh. Ya Tuhan tolong aku menyingkirkan pikiran itu kali ini saja.
"Baby. Apa kamu mendengarku, hm?" Tanyanya dari balik pintu kamarku. "Aku masih menunggumu disini." Ucapnya lagi.
"Iya-iya. Kakak nggak sabaran ih." Jawabku.
Aku pun berjalan sambil memegang gulingku. Bukan bermaksud apa, aku sudah tahu rencana Kakakku kali ini jadi aku membawa gulingku saja, aku sedang malas menjadi korban. Ia pasti akan menggelikitikku. Itu sangat geli.
Aku pun membuka pintu dengan sangat dan sangat pelan. Setelah itu aku bersembunyi dari balik pintu dan mengeluarkan gulingku dengan tangan kananku.
Setelah itu aku tidak merasakan apa pun. Dengan setengah keberanianku yang ada aku mengintip. Dan... lagi-lagi Kak Gabriel mengerjaiku. Aku pikir ia akan mengambil selimut tipis yang sering dipakainya setelah itu dia akan mengurungku didalam selimutnya dengan menggelikitikku habis-habisan tapi sekarang? Dia pasti sangat senang. Wajahnya saja terlihat sangat bahagia dengan menahan tawa yang kapan saja akan dikeluarkannya. Aishh. Bodohnya aku terlalu percaya diri dengan pemikiranku kali ini. Aaaaa Ibu!!! Aku malu.
"Adikku sangat percaya diri rupanya yah. Hahahahah" Katanya dengan tawa yang semakin membuatnya terlihat tampan. Yah, Kakak Gabrielku memang sangat tampan dengan ekspresi apa pun itu.
"Hm. Sudah puas kah kamu Kak Gabriel? Selamat kali ini Kakak berhasil lagi." Ujarku dengan wajah yang ku buat-buat seperti terlihat malas dengan keusilannya kali ini.
Kak Gabriel berjalan mendekatiku. Setelah melewati pintu kamarku ia mengunci pintu itu. Dan aku? Tentu saja aku berjalan mundur. Ya Tuhan. Apalagi kali ini?
"Baby." Kata Kak Gabriel. Kali ini suaranya sangat berbeda terkesan sexy--Ah bukan sangat malah.
"Hm. Kak, apa Kakak nggak telat ke Kantor?" Tanyaku. Oh ya, sedari tadi Kak Gabriel menggunakan setelan kerjanya. Sangat terlihat tampan. Ya Tuhan lagi-lagi aku memikirkan hal-hal yang tidak wajar dipikirkan Adik oleh Kakaknya.
"Kenapa? Aku kan Ceo-nya. Siapa yang akan memarahiku ketika terlambat. Lagi pula ini masih jam 06.10 yang seharusnya terlambat itu adalah kamu, Baby." Kata Kak Gabriel. Sesudah mengatakan kalimat tersebut aku langsung menoleh ke atas nakas yang terdapat jam kecil dengan warna tosca.
"Oh iya Kak. Ya udah, aku mau ke kamar mandi. Nanti Gadis telat ke Sekolahnya." Ucapku. Mengingat posisi aku dan Kak Gabriel sekarang telah setengah berbaring diatas tempat tidurku.
"Kamu mau menghindariku, Baby?" Tanya Kak Gabriel.
"Tidak Kak, Gadis nanti telat. Entar dihukum loh sama Pak Juanda karena telat." Jawabku.
"Baby, aku tidak pernah mengajarkanmu menyebut nama pria lain ketika berdua denganku." Ucapnya.
"Hm Kakak. Mau Kakak apa? Nggak lihat apa Gadis udah keringetan. Ini karena Kakak terlalu dekat sama Gadis."
"Kiss." Ujarnya dengan cepat.
"Kakak tiap hari nyium Gadis mulu. Ibu aja nggak pernah minta nyium tiap hari sama Gadis." Kataku.
"Itu beda, Baby."
"Yah sudah tutup mata Kakak." Perintahku lembut.
Setelah mengatakan itu aku langsung mencium pipinya. Ketika aku akan menarik kepalaku, Kak Gabriel menarik kembali kepalaku agar wajahku dan wajahnya berhadapan. Sontak saja hal itu membuatku melototkan mataku. Bisa-bisanya dia.
"Ssh... slow Baby. I need you now." Katanya dengan suara yang masih terdengar-- sexy.
❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis
General FictionKisah ini, menceritakan tentang seorang wanita bernama Gadis. Dia memiliki seorang kakak laki-laki dan dia sangat menyayanginya. Akibat rasa sayangnya yang berlebihan, perasaan yang entah sejak kapan itu mulai tumbuh dan membuat mereka, Kakak- berad...