Jangan sider please..
Sudah satu bulan lamanya, Gabriel menghiraukan Gadis. Tanpa perhatian, tanpa ciuman manis di pagi hari, dan tanpa keusilan yang mengusik Gadis.
Membuat Gadis semakin merindukan kakak-Nya itu disetiap harinya.
Berkali-kali Gadis mencoba melupakan Gabriel, namun hanya kerinduan yang ia dapatkan. Mencoba melupakan Gabriel sama saja dengan mencintai-Nya disetiap detiknya.
Sungguh menyiksa, Batin Gadis.
Ia tidak tahu harus berusaha sekuat apa lagi, karena hal itu akan menambah daftar beban pikirannya. Dengan lapang dada, Gadis membiarkan apa yang ia rasakan mengalir begitu saja, walaupun sakit hati dan kecewa karena tidak mendapat perhatian kakak-Nya lagi.
Entah apa yang merasuki pikiran Gabriel. Ia dengan tiba-tiba merubah sikap jahilnya kepada Adiknya itu, selepas mengatakan kalimat membingungkan di dapur penginapan minggu yang lalu ketika masih berada di Bali.
Saat ini Gadis sedang berada di Sekolah-Nya. Dengan kedua tangan yang menyilang sebagai penahan kepala Gadis.
"Kenapa, dis?" Tanya Septi, teman sebangku Gadis sekaligus sahabat seperjuangan-Nya.
"Hah? Hm, memangnya Gadis kenapa?"
"Kamu sedari tadi ngelamun Gadis.." Ucap Septi.
"Gadis lagi mikirin masalah kakak." Cicit Gadis dengan wajah sendunya.
"Oh... Kak Gabriel lagi, kenapa? Kakak kamu kan ganteng nggak mungkin punya salah sama kamu" Kata Septi cengengesan, diakhir perkataannya.
"Duh.. Septi mah, bukannya bantuin Gadis malah muji-muji kakak" Ujar Gadis dengan wajah ditekuk.
"Iya, maaf-maaf. Ya udah, memangnya Kak Gabriel buat salah apa sama kamu?"
"Hm.. kakak nggak ngusilin Gadis lagi." Gumam Gadis.
"Bagus dong.. kan nggak ada yang ngejahilin kamu lagi, dis." Kata Septi dengan senyum hangat diwajahnya.
"Ih.. Septi nggak bantu banget."
"Ha, nggak bantu apa lagi sih Gadis-ku yang imutnya pakai sambalado."
"Kalau pakai sambalado Gadis pedes dong. Ih Septi, apaan sih kamu. Gadis kan imutnya nggak pakai sambalado, tapi pakai senyum manis Gadis." Kata Gadis dengan senyum mengembang.
"Oh.. jadi sekarang udah bisa lupain masalah Kak Gabriel. Cepet ya," Ucap Septi. "Padahal, mau senyum aja susah banget, tadinya." Tutur Septi.
"Tau ah, Septi bikin Badmood Gadis aja," Gadis kembali duduk tegak, dan merapikan seragam sekolahnya yang lumayan kusut "Daripada Gadis kesel sendiri, mendingan Gadis ke toilet dulu." Dengan wajah masam, Gadis melangkahkan kaki jenjangnya meninggalkan Septi yang masih mematung dengan wajah keheranan.
"Ya Tuhan, begitu besar pengaruh cinta bertepuk sebelah tangan yang engkau berikan kepada-Nya, si Gadis yang terkena dilema karena nggak diusilin kakak-Nya." Tutur Septi ketika Gadis melewati pintu kelas mereka.
***
"Ibu."
"Ibu."
"Ibu, Gadis udah pulang. Ibu dimana?" Teriak Gadis, ketika tidak mendengar sahutan dari Ibunya.
"APA!" Bentak Ibu Gadis, dari arah dapur dan mendatangi Gadis yang sedari tadi memanggil-manggilnya. "Kamu cepat sana ganti baju, gantiin Ibu masak bentar lagi kakak kamu pulang. Ibu capek banget, dari dulu Ibu muluh yang masak, kamu kapan?!" Bentaknya lagi, membuat Gadis takut dengan perubahan Ibunya yang mendadak.
"Hm, iya. Maafin Gadis ya, tadi teriak-teriak Gadis pikir Ibu lagi di Taman samping."
"Hm, sana-sana. Kamu cepetan ganti bajunya, Ibu nggak mau tahu pokonya hari ini kamu lanjutin masakan di dapur, mau ada tugas karena ujian kek, pokoknya kamu yang masak. Ibu capek." Ujar Ibu Gadis, perubahan yang sangat drastis menurut Gadis. Apa Ibunya kembali lagi seperti dulu? Tidak-tidak! Ibunya yang sekarang adalah Ibu yang baik hati dan penyabar dalam segala kondisi, Batin Gadis.
"Tapi kan, Gadis dulu sering bantuin Ibu kalau lagi masak, kenapa Ibu ngomong gitu?"
"Udah deh Gadis, kamu buang-buang waktu tahu nggak, lihat sekarang jam berapa? LIHAT INI! KAMU MANJA BANGET, SANA GANTI BAJU KAMU." Usir Ibu Gadis, ia sangat-sangat muak dengan sikap manja Gadis. Sudah bertahun-tahun ia bersabar melawan sikap manja Gadis kepada-Nya. IA SANGAT TIDAK MENYUKAI GADIS, SANGAT.
Tap tap tap..
Dengan langkah gontai Gabriel melewati Ibu dan anak itu.
Fakta mengejutkan, Gabriel mendengar semua apa yang dikatakan oleh Ibunya kepada Gadis.
Gadis saja yang tidak tahu, pulang dari Sekolah-Nya. Gabriel sudah mengikuti Gadis, ia berniat memasuki rumah ketika mendengar Gadis memanggil Ibunya untuk yang ketiga kali. Tapi sesuatu menahannya.
Teriakan Ibunya. Ketika ia berucap lelah kepada Gadis, ketika ia membentak Gadis dengan suara lantangnya. Suara bertahun-tahun yang lalu, suara mengerikan yang diberika Ibunya kepada Gadis, hanya kepada Gadis.
Ketika sampai di depan pintu kamar yang di tempati Gabriel, ia membanting pintu kamarnya dengan kasar dan keras.
Gabriel... marah besar.
🌹🌹
-AN
Chapter selanjutnya khusus buat bang Gabriel yakhhsss😉
Vote and Comments
Jangan sider please😓
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis
Ficción GeneralKisah ini, menceritakan tentang seorang wanita bernama Gadis. Dia memiliki seorang kakak laki-laki dan dia sangat menyayanginya. Akibat rasa sayangnya yang berlebihan, perasaan yang entah sejak kapan itu mulai tumbuh dan membuat mereka, Kakak- berad...