Kisah ini, menceritakan tentang seorang wanita bernama Gadis. Dia memiliki seorang kakak laki-laki dan dia sangat menyayanginya. Akibat rasa sayangnya yang berlebihan, perasaan yang entah sejak kapan itu mulai tumbuh dan membuat mereka, Kakak- berad...
Aku merebahkan tubuh lelahku di atas tempat tidur super-empuk ini. Pesta Ulang Tahunku kali ini sungguh tidak menyenangkan, aku pikir akan se-menyenangkan anak-anak seusiaku, yang merayakan Sweetseventeen-- mereka dengan party dan berbahagia bersama orang yang mereka sayangi.
Tapi aku tidak. Mulai dari acara me-matikan lampu itu, yang membuatku ketakutan bahkan hampir pingsan...
-Beberapa jam yang lalu
Duuaarr...
"Happy Birthday to you.."
"Happy Birthday to you.."
"Happy Birthday, happy birthday, happy birthday to you.."
Apa-apan ini? Jadi aku dikerjain sama mereka. Tapi siapa orang-orang yang disekeliling Ibu? Dan... siapa pria itu? Dari perawakannya pasti ia sudah berumur 50-an lebih, keriput yang menghiasi wajah tuanya sangat mengerikan, menurutku.
"Selamat ulang tahun anak Ibu yang paling cantik." Kata Ibuku, apa Ibu melupakan bahwa aku sangat takut ketika lampu dipadamkan?
"Ibu." Seruku.
"Iya nak. Kamu bahagiakan? Ibu membuat kejutan yang tidak terduga untuk putri Ibu."
Aku hanya menunduk mendengar Ibu mengatakan hal itu. Kak Gabriel. Aku langsung mengedarkan pandanganku dan mencari keberadaannya, setelah meninggalkan ku tadi, aku tidak melihat kakak bahkan kakak tidak mengucapkan selamat ulang tahun untukku.
"Kamu mencari apa, nak?" Mendengar pertanyaan itu, sontak saja aku menoleh. Ternyata pria tua itu yang bertanya kepadaku, aku melihat tatapan yang meng-hangat ketika pria tua itu menatap mataku.
"Hm nggak ada, kenapa disini hanya terdapat 4 perempuan? Padahal ruangan ini sangat besar." Ucapku kepada pria tua itu.
"Tanyakan saja pada Ibumu itu, nak." Setelah menjawab pertanyaanku, pria tua itu lantas berjalan menuju pintu yang sebelumnya dilewati Ibu, ketika pertama kali kami bertiga mendatangi tempat ini.
Kak Gabriel kemana sih? Aku khawatir dengan keadaannya saat ini. Apakah dia tidak mau mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku?
Dengan langkah perlahan aku meninggalkan ruangan besar ini menuju tempat penginapan yang kami tempati.
Aku langsung membuyarkan lamunanku. Sungguh tidak baik bila terus di ingat, Ibu melupakan bahwa aku sangat takut ketika lampu dipadamkan? Apakah Ibu akan mengulangi kejadian itu? Kak Gabriel pun seperti itu, setelah mengatakan hal-hal tidak terkira yang menurutku sangat ambigu, ia menghilang dan melepaskan pelukannya kepadaku.
Dengan semangat yang kecil, aku membawa tubuh rapuhku kedalam kamar mandi. Sesampaiku dikamar mandi, aku membuka perlahan-lahan dress merah yang waktu itu aku dan Ibu beli, di Toko kesayangan Ibu.
Setelah membuka baju, aku mengguyur tubuhku dengan air dingin. Rasa lelah pun hilang, setelah merasakan air dingin yang mengguyuri seluruh permukaan tubuhku.
Usai acara ber-mandi ria, aku mengambil piyama yang sudah sangat lama tidak ku kenakan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini terakhir kali ku pakai sekitar 4 bulan yang lalu, dan waktu itu sangat tidak menarik kalau aku yang memakainya, tubuh kurus ku sangat tidak cocok bersanding dengan piyama ini.
Tapi sekarang, aku seperti wanita dewasa saja. Hah, aku kan sekarang wanita dewasa, tak terasa umurku sudah menginjak 17 Tahun. Tapi kebahagiaan tidak menemui ku, seperti anak lainnya-- yang merayakan sweetseventeen mereka dengan kebahagiaan.
Aku merasa sangat-sangat kurang. Tidak ada kebahagiaan, hanya ketakutan lah yang aku dapatkan.
Dengan langkah berat aku berjalan menuju dapur dan berniat untuk mengambil air minum.
Kruyuk.. kruyuk..
Aishh. Untung saja tidak ada yang mendengarnya berbunyi memalukan seperti ini.
"Lapar, Baby?" Kak Gabriel. Oh my! Kakak sering sekali datang secara tiba-tiba, apa kakak tidak menyayangiku? Oh ya kakak tidak menyayangiku, kalau kakak menyayangiku sangat tidak mungkin kakak meninggalkan ku yang ketakutan di ruangan besar itu.
"Kenapa?" Sahutku ketus. Aku merasakan dada Kak Gabriel menyentuh punggung mulusku, tapi dia sama sekali tidak memelukku dari belakang.
"Kenapa kau memakai baju seperti ini Gadis?! Kau sungguh menyusahkan! Kau tahu?!" Kakak pun pergi meninggalkan ku yang masih termenung mendengar perkataannya barusan.
Tidak perduli dengan perkataan Kak Gabriel, aku memasak mie instan agar laparku sedikit berkurang, tidak ada makanan lain lagi disini, hanya mie berbungkus kecil beserta beberapa minuman bersoda.
Ibu tidak pernah menyentuh dapur di penginapan ini, ia selalu keluar ketika akan makan. Padahal, dapur di penginapan ini cukup mewah, menurutku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selesai memenuhi asupan gizi yang tidak mungkin aku dapatkan. Iya, bagaimana mungkin aku mendapatkan gizi dari mie instan itu, bukannya mendapatkan gizi, bila terus dikonsumsi akan menimbulkan penyakit.
🌹🌹
-AN
Di Chapter selanjutnya akan ada POV Gabriel. Semua keluh kesah yang dirasain Gabriel bakal terkuak. Hohoho😅
Terima kasih sudah membaca Vote dan Comments yah😊 Itu sangat-sangat berarti untuk saya😀