Apa yang di pikirkan oleh Ibu? Ibu mengulanginya? Ibu mengingkari janjinya? Ibu berbohong padaku!
Aku sangat tidak menyukai sifatnya itu, membuat Gadis kecewa dan takut kepada Ibu.
Padahal aku sangat berharap agar saat ini Ibu bisa berada didekat Gadis. Melindunginya, membuatnya sedikit nyaman dengan perhatian yang Ibu berikan terhadap Gadis.
Aku sengaja sedikit menjauhi Gadis, bahkan sangat tidak ingin berdekatan dengannya. Karena dia... Argh! Aku sangat bodoh, bodoh! Selalu saja seperti ini.
Gadis, kau telah membangkitkan sisi gelap yang selama ini aku sembunyikan dengan rapat. Kau.. kau harus bertanggung jawab.
Aku sangat bingung dengan semua ini, dari sekian banyak wanita di dunia ini. Kenapa harus Adikku yang membuat gairah liarku muncul dari tempat persembunyiannya, kenapa?! Oh shit!
Aku membanting lampu tidur yang berada diatas meja kecil, aku marah dengan diriku sendiri. Adikku.. haruskah dirimu, Baby? Kenapa bukan Karin saja? Sekretaris seksi-ku di Kantor.
Haruskah engkau Gadis?
Setelah merasa puas dengan membanting barang-barang yang berada di kamarku, aku membawa badan lelahku kedalam kamar mandi yang terletak didalam kamarku.
Rasanya, hari ini sungguh melelahkan.
***
08:00. Aku keluar kamar dengan memakai kaos putih polos yang menempel ketat di badanku, beserta celana puntung yang menggantung di pinggangku.
Aku berjalan menuju dapur, dan mendapati Ibu dan Gadis sedang duduk bersama dengan menatap makanan didepan mereka yang belum tersentuh sedikit pun.
Aku mengambil tempat duduk di samping Gadis, yang membuatnya menatapku dengan tatapan bingung. Aku hanya membalasnya dengan senyum yang satu bulan terakhir ini menghilang begitu saja.
"Ka--kakak?" Gumamnya.
"Yes, Baby?"
"Ehmm.. ka--kakak? Ehmm.." Aku tahu apa yang akan dikatakannya tapi Gadis saja yang membuatnya semakin lama.
"Hm sudahlah, kamu kenapa belum makan, Baby? Apa kamu tidak lapar?" Setelah mengatakan itu aku menyentuh perutnya dan sedikit bergesekan dengan sesuatu yang membuatku gila. Sontak saja aku melepaskan tanganku yang tadinya berada diperutnya, Gadis menatapku bingung.
Seharusnya aku sedikit berhati-hati dengannya. Argh!
"Ka--kakak kenapa? Apa Gadis salah lagi?" Tanyanya dengan wajah kebingungan.
Baru saja aku akan menjawabnya, tapi Ibu buru-buru berkata dengan senyum ceria diwajahnya. "Hm Gadis, sudah ya. Kasihan kakak kamu, kakak kan udah laper banget, iya kan?" Aku tahu itu palsu, Ibu mungkin berpikir aku tidak tahu apa yang sedang ada dipikirannya saat ini, aku sudah berpengalaman dalam hal tersebut.
Aku menyembunyikan kepada Ibu bahkan hanya aku yang tahu, kalau aku pernah berlatih dan menjadi salah satu detektif terkenal di Inggris.
Pada saat usiaku menginjak tujuh tahun, aku mengikuti Paman Ben ke salah satu pelopor yang terkenal dengan nama Mr. Tjay. Paman Ben adalah saudara tiri Ayah yang tinggal di Inggris dengan segala kesederhanaannya, membuat Ayah bisa mempercayai saudara tirinya itu, Paman Ben sangat baik, tapi entah karena apa, malam itu ketika aku dan Paman pulang dari supermarket terdekat tiba-tiba Paman mengeluarkan darah di bagian dadanya. Dan ternyata ada seseorang yang sengaja menembak Paman Ben.
Aku tidak tinggal diam, dengan niat dan usaha yang begitu keras. 8 Tahun di usia yang sangat dini aku menjadi dekektif yang bisa memecahkan masalah di Kota Inggris, dengan bantuan Mr. Tjay tentunya. Beliau mengajarkanku tentang pemecahan-pemecahan masalah yang mudah bahkan terkuat sekali pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis
General FictionKisah ini, menceritakan tentang seorang wanita bernama Gadis. Dia memiliki seorang kakak laki-laki dan dia sangat menyayanginya. Akibat rasa sayangnya yang berlebihan, perasaan yang entah sejak kapan itu mulai tumbuh dan membuat mereka, Kakak- berad...