G - || Tujuh

3.1K 57 1
                                    

Jangan sider ya..

            Aku, Gadis, dan Ibu, memasuki ruangan besar yang aku yakini itu akan menjadi ruangan perayaan Ulang Tahun Gadis ku itu. Tapi siapa sangka jika yang aku bayangkan akan menjadi Ulang Tahun ter-istimewanya malah yang terjadi adalah sebaliknya, apa Ibuku melupakan kalau Gadis sangat ketakutan jika lampu di matikan?

Aku kebingungan memikirkaan semuanya, lalu ku dengar Gadis mulai terisak dan memanggil-manggil namaku dan Ibu.

Aku dengan sigap melanjutkan langkahku yang sempat berhenti tadi dan memeluknya dengan erat. Aku menyalurkan kehangatan lewat pelukanku, agar Gadis bisa sedikit lebih tenang. Tapi tiba-tiba aku merasakan ada yang berusaha untuk menarik Gadis dari pelukanku, untung saja lenganku menahannya. Sesaat aku merasakan keheningan, setelah itu aku mendengar suara sepatu berlari menjauh dari tempatku dan Gadis sekarang.

Karena takut akan terjadi apa-apa, aku membawa Gadis sedikit menjauh dari posisi kami berdua sebelumnya.

Aku kebingungan dengan keadaan sekarang, apa yang sedang Ibu rencanakan? Kenapa Ibu sampai lupa kalau Gadis sangat takut bila lampu dipadamkan.

Aku merasakan ada yang tidak baik dengan semua ini.

Gadisku? Oh astaga! Aku harus cepat keluar dari tempat ini, keringat dingin bercucuran dilengannya dan aku merasakan itu. Dan apa ini, ada yang menonjol ditengah pelukan kami. Walaupun gelap, tapi aku masih bisa merasakannya.

Ah, rupanya ia sudah dewasa. Gadisku sudah dewasa. Tubuh mulusnya, kaki jenjangnya, dan lekuk tubuh menggoda yang di milikinya membuat fokusku menghilang.

Oh shit! Harusnya aku tidak memikirkan itu sekarang, lagi pula Gadis adalah Adikku sendiri.

Setelah mengatakan suatu hal padanya, aku pun bergegas pergi dari ruangan besar dan gelap ini, dan mencari saklar lampu utama.

                           ***

Aku hanya mampu menatap Gadis beserta teman-teman Ibu dari luar ruangan itu, Gadis tampak tidak menyukai pesta yang diadakan kali ini.

Raut wajahnya sangat menunjukkan hal itu, aku ingin sekali masuk ke dalam ruangan besar itu, tapi aku rasa tidak perlu. Toh, ada Ibu di dalam sana. Tapi, Ibu tampak biasa-biasa saja, ia tampak menghiraukan Gadis.

Aku melihat Gadis mengedarkan pandangannya seperti mencari seseorang, tak lama kemudian ada seorang pria tua yang menghampirinya, ku lihat sesaat mereka bertatapan lalu setelah itu Gadis tampak berbicara dengannya. Oh ya, itu adalah Mr. Deralt Ambre. Beliau yang kemarin sore mendatangi kantorku dan mengatakan hal-hal membingungkan.

Seperti kalimat yang dilontarkannya kemarin yang sungguh mengganggu pikiranku 'Berhati-hatilah dengan orang disekitarmu, ia bukan musuh, melainkan orang yang akan menghancurkanmu, lebih tepatnya menghancurkan orang yang kamu sedang lindungi saat ini. Mungkin semua ini terdengar konyol, karena saya tiba-tiba mengatakan hal-hal seperti ini, tapi dengarkan saya kali ini saja untuk pertama dan terakhir kali, hanya kamu yang bisa menyelamatkannya. Terima kasih atas waktunya, saya permisi.' Setelah beliau mengatakan hal itu, ia bergegas pergi meninggalkan Kantorku, ketika aku mengejarnya ia hanya melirikku sesaat kemudian berlalu dengan langkah lebar.

Hal itu sempat membuatku menyangkut pautkan kejadian lampu yang dimatikan dengan perkataan beliau. Tapi hal itu sangat tidak mungkin.

Siapa yang di maksud oleh Mr. Deralt itu? Siapa orang terdekatku itu? Siapa yang ku lindung---i GADIS.. ya Gadislah yang sedang aku lindungi, astaga! Bahkan aku melupakan fakta itu, saat ini dan untuk selamanya aku akan selalu melindungi Gadis, sampai kapan pun. Tapi siapa orang terdekat itu? Siapa mereka? Atau siapa dia?

Ketika sedang memikirkan hal-hal yang membuatku bingung, aku mendengar suara sepatu perempuan yang mulai mendekat dan.. Gadis? Jangan sampai dia melihatku disini, lantas aku melebarkan langkahku dan pergi secepat mungkin dari tempat persembunyianku.

                             ***

Aku berjalan menuju penginapan yang kami bertiga tempati, dengan langkah gontai aku memasuki penginapan. Setelah menutup pintu lantas aku ke dapur berniat mengambil secangkir coklat panas, mungkin akan sedikit membantu memulihkan tubuhku. Aku sangat menyukai coklat panas, bahkan aku sangat sering meminta Ibu membuatkan ku secangkir coklat panas. Aku pernah menyuruh Gadis untuk membuatkan ku coklat panas ketika Minggu pagi waktu itu, tapi Ibu melarangnya dan berakhir dengan Ibu yang membuatkan ku coklat panas waktu itu.

Entah karena alasan apa Ibu melarangnya, mungkin Ibu tidak mau aku menyusahkan anak gadis Ibu.

Sesampainya aku di pantry penginapan, aku mendapati Gadis sedang berdiri membelakangiku, dengan perut berbunyi karena kelaparan.

Ah, rupanya Gadis-ku belum makan malam.

Apa dia tidak makan di ruangan tadi? Sudah pasti tidak, lihatlah sekarang wajahnya terlihat lesuh.

Dan.. apa ini? Ia memakai kain tipis seperti ini. Seperti tidak punya baju saja, ini sungguh menyesakkan. Membuatku mengerang frustasi, Oh shit!

Setelah mengucapkan beberapa kata, aku lantas pergi ke Balkon. Meninggalkan Gadis yang masih diam mematung mencerna perkataanku.

Terima kasih sudah membaca
Vote dan Comments yah😊
Itu sangat-sangat berarti untuk saya😀

-WyneswendhaR


GadisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang