Jangan sider..
--Happy Reading--
Tepat pukul 12 siang aku, Ibu, dan Kak Gabriel tiba di penginapan yang sangat dekat dengan pantai. Ugh, rasanya sangat nyaman dan menyenangkan sekali berada di Bali. Untung saja kakak memilih penginapan yang sangat dekat dengan pantai, dan oh ya disini juga terdapat kolam berenang dengan berbagai fasilitas yang mewah. Membuat kolam berenang yang terletak di tengah-tengah penginapan terlihat sungguh mengagumkan.Sekarang aku berada di Balkon penginapan yang akan kami bertiga tempati. Aku sungguh menginginkan saat-saat seperti ini, beban pikiran yang selama ini selalu aku pikirkan perlahan-lahan menghilang begitu saja. Ditempatku berpijak sekarang saja sudah sangat indah bila dipandang mata. Apalagi pemandangan pantai yang terlihat begitu nyata dibalik kaca mata yang bertengger manis dihidung kecilku.
Ingin rasanya aku mengeluarkan segala kegundahan hati yang selama ini aku pendam, meluapkan segala hal-hal yang tak wajar aku rasakan kepada Kak Gabriel. Dan... lagi-lagi aku selalu saja memikirkannya.
"Suka, Baby?" Tiba-tiba aku merasakan tangan menyelinap dari balik pinggang rampingku. Dan aku tahu siapa pemilik tangan yang sedang memelukku dengan erat dibalik punggung mulusku, Kak Gabriel. Kalau bukan kakak siapa lagi, masah Ibu, sangat tidak memungkinkan.
"Hm." Gumamku.
"Aku tidak mau mendengar jawaban seperti itu." Geramnya.
"Baiklah-baiklah, Gadis suka dengan penginapan ini, dari atas sini kita dapat melihat seluruh pemandangan dari bawah sana dan pantainya sangat indah." Ujarku mengomentari seluruh yang aku lihat dari atas sini.
"Terima kasih." Katanya. Hah, apa kakak baru saja berterima kasih? Seharusnya kan aku.
"Kenapa kakak berterima kasih?"
"Karena kamu menyukainya."
"Siapa?"
"Siapa apanya, Baby?"
"Hm, nggak. Ya udah, kakak munduran dikit ih, Gadis mau lewat. Ternyata disini bisa gerah juga." Kataku sambil berjalan melewatinya.
Aku langsung memasuki pantry yang berada di penginapan ini. Bermaksud mencari Ibu karena ia tidak terlihat di kamar, tadi.
"Mencari Ibu, Baby?"
"Kak Gabriel? Bukannya kakak di Balkon tadi?" Tanyaku.
"Iya, kenapa? Kamu nggak suka kakak jalan-jalan ke dapur ini?"
"Nggak gitu, duh kakak selalu saja menyulitkan Gadis." Kataku.
"Baby, kakak tidak pernah menyulitkan kamu. Kakak selalu mempermudah apa yang sedang kamu pikirkan." Katanya.
"Memang kakak tahu apa yang Gadis pikirin?" Tanyaku.
"Iya, sangat tahu." Jawab Kak Gabriel.
"Apa?"
"Aku."
"Sungguh percaya diri ya, dan sangat disayangkan Kak Gabriel, apa yang kakak ucapkan tidak seperti yang sedang Gadis pikirkan." Ujarku dengan ekspresi mengejek.
"Hahahaha, lihat saja Baby. Sekarang memang kamu bisa berbohong, tapi nanti, kita nggak akan pernah tahu." Kakak pun pergi meninggalkan ku, yang masih terdiam setelah mendengar perkataannya.
Kenapa aku merasa seperti ini, sakit yang entah dari mana asalnya tiba-tiba menelusup didalam hatiku.
Membuat pernapasanku sedikit menyesakkan, kata-kata Kak Gabriel yang membuatku seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis
Ficción GeneralKisah ini, menceritakan tentang seorang wanita bernama Gadis. Dia memiliki seorang kakak laki-laki dan dia sangat menyayanginya. Akibat rasa sayangnya yang berlebihan, perasaan yang entah sejak kapan itu mulai tumbuh dan membuat mereka, Kakak- berad...