G - || Delapan

2.9K 68 2
                                    

Jangan sider please...

-Happy Reading-

              Senin pagi, tepatnya hari ini, aku dan Kak Gabriel pulang ke rumah kami, di Bandung.

Ibu tidak mengikuti mobil kami berdua, katanya, ada urusan mendadak.

Aku tidak mempermasalahkan hal tersebut, dan Kak Gabriel? Setelah hari dimana kakak mendapati ku dengan perut kelaparan di dapur penginapan. Ia berubah drastis.. sangat.

Kakak tidak mengusiliku lagi, dan tidak menciumku lagi, selama dua hari ini. Hm, tapi aku tahu ini cuma permainan berikutnya lagi. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh otak hebatnya itu. Selalu saja berhasil menggodaiku.

Aku tidak tahan dengan keterdiaman kakak didalam mobil ini, dengan pikiran jahil aku lantas mencubit pipi kirinya dengan cekatan.

Ia hanya menoleh sebentar, setelah itu kembali fokus kejalan raya yang sedang kami lalui ini. Apa-apaan ini? Biasanya kakak akan mengusiliku.

"Kakak apaan lagi.. Gadis tahu kakak pasti mau ngusilin Gadis lagi kan? Udah deh, kakak nggak usah sok-sokan nggak mau ngajak Gadis ngomong." Ujarku.

"Ekhem.." Kak Gabriel hanya berdehem menanggapi ucapanku. Ishh!

"Kakak kenapa sih? Gadis tuh nggak suka yah kakak giniin Gadis, semenjak hari di pantry itu kakak nggak ngomongin Gadis lagi! Emang Gadis salah apa sama kakak?!" Kataku dengan suara keras.

Setelah mengatakan kata-kata yang entah kenapa membuatku ingin mengucapkannya, aku memasang wajah marah padanya. Siapa yang tidak marah, diusilin sampai baper setelah itu yang didapatkan hanyalah sebuah harapan gantung, yang entah apa tujuannya sekarang.

Itulah yang aku pikirkan. Apa yang ia rencanakan kali ini? Apa kakak tidak menyayangiku? Apa kakak tidak ingin mencium pipiku lagi? AKU MERINDUKANNYA! SEMUA... OH MY GOD!!! Siapa saja tolong Gadis?!!

Aku tidak memperdulikan kakak lagi, aku langsung saja mengalihkan tatapanku keluar jendela mobil. Untung saja diluar sana cukup indah bila mata memandang.

Jalan ke rumahku memang seperti ini, dipenuhi dengan keindahan alam yang masih sangat nyata dan asri. Entah Ibu atau Ayah yang memilih tinggal di komplek ini. Ah sudahlah, setidaknya jalan ke komplek ini masih indah bila dipandang dari pada memandang Kak Gabriel yang hanya memasang wajah tanpa ekspresi-Nya itu. Aku kesal.

Usai sampai digerbang rumah, aku sontak saja membuka pintu mobil dan membantingnya keras, aku sempat mendengar Kak Gabriel akan memanggilku tapi setelah itu aku mendengar kakak membuang nafasnya kasar. Aku sangat ingin tahu apa yang sedang kakak pikirkan sekarang. Aku sangat-sangat dan mungkin sangat banyak ingin tahu.

Aku tidak menyukai hal seperti ini. INGINKU BERKATA RINDU!!! Oh Gadis... baru saja dua hari, keyakinan dari mana aku yakin kakak juga tidak tahan dengan keadaan seperti ini. Aku pernah melihatnya menatap fotoku yang memakai dress merah muda saat itu umurku masih 15 Tahun, tapi tubuhku tidak menunjukkan seperti itu. Entah karena faktor apa yang membuatku sedikit berisi dibagian-bagian tertentu.

Waktu itu aku melihat kakak mengusap wajahnya dengan kerut di dahinya, mungkin kakak sedang dalam situasi bingung atau apa lah itu. Tapi aku yakin, kakak juga tidak tahan dengan keadaan seperti ini, mungkin.

Ah.. sudahlah Gadis! Untuk apa kau memikirkan hal-hal seperti ini, jujur saja aku mencintainya...
Aku takut, sangat takut. Karena perasaan ini tidak seharusnya ada. Adik yang mencintai Kakaknya sendiri, tepatnya seperti itu.

Aku harus berusaha bersikap wajar, tapi apa? Terus terang aku tak mampu. Jantung hati yang selalu berdetak dengan ritme yang tak biasa, selalu saja seperti itu ketika bertemu tatap dengan Kak Gabriel... tapi apa lah daya Gadis hanya lah seorang Adik yang tidak pantas merasakan perasaan yang tidak biasa ini.

Kakak menjengkelkan. Gadis benci.. kakak tidak adil. Kenapa harus Gadis yang merasakannya? Ya Tuhan! Kabulkan doaku kali ini, BANTU GADIS MOVE ON SECEPATNYA...

                           ***

Gadis tidak tahu justru yang sangat tersiksa saat ini ialah kakak-Nya. Terlihat dari wajahnya yang sering mengerang memikirkan tubuh molek Adiknya sendiri.

Saat ini mereka berdua dalam situasi yang mengherankan, bod*h! Tidak mau mengakui apa yang dirasakan oleh keduanya. Setidaknya sekarang seperti itu. Entah apa yang akan terjadi diantara kedua Adik-Kakak tersebut.

Gabriel bingung dan sempat mengeluarkan suaranya sedikit, ketika melihat Gadis turun di depan gerbang rumah mereka. Tapi ketika mengingat ia tidak boleh berbicara sementara waktu dengan Gadis, ia mengurungkan kembali keinginannya.

Gadis sungguh menguntungkan, diantara banyaknya wanita, hanya Gadis yang bisa membangkitkan sisi gelap sang Kakak, yang ia kubur dalam-dalam ketika Ayahnya meninggal dunia, waktu itu.

Saat itu Gabriel ingin sekali menyentuh Gadis, tapi untunglah ia bisa menahannya dengan ego yang masih tersisa.

Ia sungguh ingin melakukannya lagi, kejadian dulu, peristiwa dulu-Nya, atau bisa dibilang kebiasaan dulu. Tapi, dengan Gadis seorang tentunya. Gadis salah besar.. dengan memakai baju tidur tipis saat itu, dengan lengan bertali dan celana pendek.

Tanpa Gadis sadari ia-lah yang salah besar disini. Dengan memberikan sebongkah harapan ingin memiliki--dengan artian lain tentunya.

                         🌹🌹

Jangan sider ya please...
Saya sangat bermohon- untuk mem-vote cerita ini
Semoga suka ya😊

-WyneswendhaR

GadisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang