G - || Empat

3.6K 82 7
                                    

"Lagi mikirin aku yah, Baby?"

Deg.

Ya Tuhan, kenapa harus deg-degan seperti ini? Tidak bisakah aku biasa saja. Oh my!

                           🌸🌸

"Kak Gabriel dari mana aja sih?" Tanyaku.

"Kenapa, Baby? Udah kangen aja yah kamu sama aku." Jawabnya dengan percaya diri.

"Gadis tanya sama Kak Gabriel. Kakak dari mana aja?" Tanyaku, lagi.

"Ada sedikit keributan di Kantor Kakak, tapi nggak usah dipikirin itu cuma masalah sepeleh." Ucapnya sambil membelai-belai rambut panjangku.

"Beneran?"

"Iya, Baby. Kamu kenapa tiba-tiba nanya Kakak seperti ini, hm?" Tanya Kak Gabriel.

"Emang Gadis nggak boleh nanya Kak Gabriel?"

"Boleh, aku bahkan sangat menyukai Adikku jika sudah seperti ini. Sungguh menggemaskan." Kata Kak Gabriel.

"Maksud Kakak?" Tanyaku.

"Hm, sudah lah. Apa boleh Kakak nyium pipi Adik Kakak sendiri ?" Ucap Kak Gabriel, tapi ini terdengar seperti menyindir permasalahan sore, tadi.

"Iya." Kataku. Oh my! Kenapa aku sangat tampak lemah jika sudah menatap mata Kak Gabriel, seakan-akan mata itu selalu menuntutku untuk berkata ya untuk Kak Gabriel. Ya Tuhan.

Cup.

"Baby, kamu tahu? Kamu sangat manis malam ini." Katanya.

"Jadi, Gadis manis hanya malam ini saja." Ujarku dengan wajah kesal.

"Nggak, Baby. Tapi malam ini kamu terlihat sedikit berbeda." Ucap Kak Gabriel.

"Iya lah, Gadis kan pakai piyama yang Kakak belikan untuk Gadis. Baru kali ini Gadis pakai, padahal sudah 2 minggu lalu Kakak beli piyama ini." Kataku dengan senyuman manis. Ketika melihatku tersenyum Kak Gabriel pun langung membalas senyumanku.

"Kamu lagi ngapain, Baby?" Tanyanya.

"Oh ya. Hm, Gadis lagi nyuci piring kotor nih. Kakak belum makan?" Ucapku.

"Belum, Baby." Katanya, setelah mengatakan itu aku langsung berbalik kembali dan melihat wajahnya apa ada kebohongan ataupun tidak. Tapi ternyata yang ku dapatkan, hanya tatapan sedih yang dibuat-buatnya. Huh, Kak Gabriel. Selalu saja seperti ini. Dasar!

"Ya udah, Kakak duduk gih. Gadis masakin makanan lagi yah buat Kakak?" Tanyaku sambil mendorongnya pelan, agar duduk di kursi meja makan.

"Iya, Baby. Aku sangat ingin memakan makananmu. Sudah jarang sekali kamu memasak akhir-akhir ini." Ucapnya.

"Iya lah, Kak. Gadiskan lagi persiapan UNBK, wajar-wajar aja kalau Gadis nggak sempat bantuin Ibu masak. Gadis kan belajar." Kataku. Setelah mengatakan hal itu, aku tidak mendengar lagi suara Kak Gabriel. Mungkin Ia sudah malas berbicara, mengingat Kakak sangat kelelahan. Mengurus Kantor misalnya, belum lagi banyak musuh-musuh yang berada di luar sana. Hm, aku sayang sekali kepada Kak Gabrielku ini. Walaupun usil, tapi Kakak adalah Kakak terhebat yang pernah Gadis temui dan tanpa sadar aku mulai menyukaimu Kak. Bukan sebagai Kakak, tapi sebagai-- Aishh. Sudahlah, semakin aku memikirkan semuanya semakin besar pula perasaan yang ku pendam ini.

"Kamu melamun lagi, Baby?" Setelah mendengar suara itu, aku pun memutuskan untuk berhenti memikirkan hal-hal yang tidak wajar.

"Nggak Kak. Kakak nggak lihat nih, Gadis kan lagi masak buat Kakak. Oh ya, kenapa Kakak langsung ke dapur tadi? Harusnya kan Kakak ke kamar dulu." Ucapku.

"Tadi Kakak nanya ke Ibu, Baby kakak lagi dimana. Terus Ibu jawabnya Baby kakak lagi didapur." Ujarnya. Dasar Kak Gabriel. Entah mengapa, setelah mendengar hal tersebut membuat kedua pipiku memanas.

"Kamu kenapa, Baby?" Hah, sejak kapan Kak Gabriel sudah berada dibelakangku ? What! Semoga saja kakak tidak melihat pipiku memerah tadi.

"Eh, nggak kenapa-kenapa Kak." Ucapku sewajar mungkin.

"Tapi pipi kamu tadi merah merona, Baby. Apa kamu gugup berdekatan denganku, hm?" Tanyanya.

"Nggak lah Kak. Kakak ada-ada aja deh." Jawabku.

"Tapi kalau kamu nggak gugup, kenapa masakan kamu bisa hangus seperti ini." Oh my! Tapi kenapa sedari tadi aku tidak mencium bau hangus, Kak Gabriel sangat-sangat mengganggu pikiranku. Sampai berakibat fatal seperti ini.

Aku pun menuju wastafel, dan menaruh makanan yang kubuat tadi. Kenapa bisa hangus sih? Oh my!

"Hm, kakak maafin Gadis yah. Kakak nggak bisa makan karena kecerobohan Gadis. Tapi Gadis bisa masak buat kakak lagi." Kataku dengan semangat yang masih tersisa.

"Nggak usah, Baby. Jujur aja kakak udah makan diluar tadi. Tapi karena kakak mau makan masakan kamu, kakak bohong aja bilang ke kamu kalau kakak belum makan." Ucapnya

"Hm, maafin Gadis yah Kak. Maafin Gadis, Gadis ceroboh." Setelah mengatakan hal itu, entah karena angin apa membuatku ingin sekali mengeluarkan air mata yang saat ini mencoba untuk keluar dari tempatnya.

"Baby, don't cry okay?" Kak Gabriel pun menangkup wajahku dan mengusap bekas air mata yang turun dari kedua pipiku. "Kamu nggak salah, Baby. Yang salah itu kakak, karena kakak membuatmu gugup dan berakhir dengan masakanmu yang gosong."

"Ih kakak apa-apaan sih. Gadis nggak gugup tahu."

"Iya-iya, besok jam 5 pagi kita berangkat ke Bali." Kata Kak Gabriel.

"Asik. Gadis jadi nih ulang tahun di Bali?" Tanyaku antusias.

"Iya lah, untuk apa kakak pesan 3 tiket ke Bali kalau bukan karena ulang tahun kamu."

"Yeey.. Gadis sayang sama kakak." Ucapku dengan semangat 45.

                             🌹🌹

-AN

Pendek? Sengaja, next chapter bakalan seru karena di chapter tsb, Gabriel akan...














































Nggak akan apa-apa😅

Maaf-maaf☺

Terima kasih sudah membaca
Vote dan Comments yah😊
Itu sangat-sangat berarti untuk saya😀

-WyneswendhaR

GadisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang