G - || Sebelas

2.6K 53 4
                                    

"Kamu harus menikah dengan wanita pilihan Ibu." Kata Ibuku. Apa-apaan ini? Perjodohan maksud Ibu, berpisah dengan keadaan seperti ini dengan Gadis sudah membuatku ingin gila, apa lagi berpisah dan menikah dengan wanita lain? Sepertinya aku sudah membakar tubuhku saat itu juga.

"Apa ini, Ibu?" Tanyaku mulai terpancing emosi.

"Ibu hanya ingin kamu bahagia, nak. Dengan menikah dan memiliki anak." Ucap Ibuku dengan entengnya.

"GABRIEL TIDAK SETUJU!" Kataku dengan bentakkan.

"Jaga bicaramu, Gab. Apa yang membuatmu membentak Ibu, hah? Anak macam apa kau ini?! DENGAN BERANINYA MEMBENTAK IBU!" Teriak Ibuku dengan ekspresi yang berapi-api.

"Maaf. Tapi Gabriel tidak setuju dengan keputusan Ibu, Gabriel akan memilih pasangan sendiri dan menikah dengan wanita yang Gabriel cintai. Bukan dengan wanita pilihan Ibu, karena Gabriel tidak pernah menginginkan perjodohan apalagi hal semacamnya." Ujarku dengan perasaan yang mulai tenang, yang sebelumnya sedang tersulut emosi.

"Tapi ini semua demi kamu, nak. Ibu tidak mungkin melakukan ini karena Ibu ingin membuatmu menderita. Dan Ibu ingin Gadis terbiasa tanpa kamu di sisinya, Gadis menjadi sangat manja selama ini. Apa kamu tidak melihat itu, nak? Menikahlah. Maka Gadis akan lebih bersikap dewasa dan tidak manja lagi." Kata Ibuku panjang lebar.

"Sudahlah, lebih baik Gabriel keluar saja. Rasa-rasanya suhu di ruangan ini menjadi lebih panas dari sebelumnya." Setelah mengatakan hal itu aku berjalan keluar dari perpustakaan rumah, dan berniat ke kamarku. Tapi sesuatu menghentikanku, suara tangisan.

Gadis?

Aku melihatnya sedang duduk dilantai depan tangga sambil memeluk lututnya dengan erat. Apa yang membuat kesayanganku itu menangis? Apakah Ibu lagi? Atau hal lain? Otomatis aku yang melihat itu langsung berbalik dan berjalan kearahnya dengan langkah tergesa-gesa. Sesampaiku didepannya aku langsung saja menggendongnya, dan membawanya kedalam kaamrnya. Tidak ada kata marah sedikit pun, malahan ia semakin mengeratkan pelukannya di leherku, dan membenamkan wajah putih-imutnya di dada ku.

Setelah sampai di kamarnya aku membaringkannya, dan berjalan ke arah pintu. Namun sesuatu menahanku, tangan mulusnya menghentikan langkah kakiku.

"Ada apa, Baby?"

"Ka--kakak mau kemana?" Pertanyaan macam apa itu? Oh aku tahu. Dengan senyum menggoda aku lantas menundukkan wajahku dan mendekatkan wajahku dengan wajah imutnya itu.

"Kenapa, hm? Padahal kakak cuma mau mengunci pintu kamar mu tadi, dan kembali disini." Ucapku dengan senyum devil yang menggoda.

"Oh." Kemudian ia berbalik memungguiku. Dengan langkah lebar aku menuju ke pintu kamar Gadis dan menguncinya, dan kembali lagi ke tempat tidur Queen size yang di miliki oleh kesayanganku itu.

Aku menindihnya dan membalikkan tubuh moleknya itu dengan pelan, ia menyuguhkanku dengan tatapan tajam--indahnya itu.

"Apa yang membuat Gadisku ini menangis, hm? Apa ada yang menyakitimu, Baby?" Kataku dengan suara lembut.

"Ehmm.. kakak.. kakak membuat Gadis sedikit sesak, menjauhlah kak." Gumamnya.

"Hm? I miss you, darl." Aku pun menelusupkan kepalaku kedalam leher mulusnya, mencium dan menghirup kuat wangi yang dikeluarkan leher mulusnya itu.

Ia tidak melakukan apapun. Harusnya ia menghentikanku, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Gadis menarik tengkuk ku, dan itu adalah kesempatan berlian untukku. Tidak ada penolakan darinya.

Aku melepaskan kepalaku dari leher jenjangnya, dan ia menatapku dengan kesal. Apa yang membuat Gadisku ini menangis? Ia masih belum menjawabnya.

"Kamu harus menjawab pertanyaanku, Baby?"

"Hm.. tadi--Gadis--hm.. Gadis.."

"Apa,hm?" Aku kembali mendekati lehernya, tapi kali ini aku menciumnya dan membuat dua tanda merah, yang sering dibuat oleh pasangan lainnya.

"Ih.. kakak Gadis geli." Cicitnya, membuatku tertawa melihat keluguannya.

"Kalau kakak yang ngelakuin sama kamu itu wajar, tapi awas saja kalau ada pria lain yang berani menciummu seperti ini, kakak tidak segan-segan menghukummu bahkan lebih dari ini, Baby." Kataku dengan suara serak.

Aku sangat tidak tahan dengan keadaan seperti ini, membuatku ingin lebih dari apa yang kulakukan sekarang. Gadis, apa yang kau lakukan kepadaku sehingga membuatku selalu ingin menyentuhmu dan menyentuhmu.

"Iya. Hm, kakak mau dijodohin ya sama Ibu?" Cicitnya, yang membuatku gemas dan langsung menciuminya lagi. Membuatnya mendorong dadaku pelan dan menatapku dengan tatapan yang ku rindukan, tatapan kesal-nya.

"Kakak mengabaikan pertanyaanku!" Ujarnya, dan menoleh kearah samping untuk menghindari tatapanku.

Aku menarik dagunya agar menatapku kembali, aku pun mencium keningnya lama. Setelah itu, aku kembali memasukkan kepalaku kedalam leher mulusnya dan kembali menghirup dalam-dalam wangi yang ada di lehernya. Wangi ini akan menjadi wangi kesukaanku, wangi Gadis-ku.

"Ih kakak. Jawab pertanyaan Gadis?!" Ucapnya setengah berteriak.

"Sstt.. kamu kenapa teriak-teriak? Untung saja kamar kamu ini kedap suara bagaimana kalau tidak, hm? Apa kamu mau Ibu masuk dan mendapati kita berdua dengan posisi seperti ini? Kita akan menjadi santapan Ibu, Baby."

"Memangnya kakak mau Gadis dihukum Ibu?" Tanyanya.

"Tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Asalkan kalau kamu benar, tapi kalau kamu salah, kakak akan membiarkan Ibu menghukummu," Ucapku, lalu bangkit dari posisi yang menindihnya tadi. "Jadi yang membuatmu menangis karena kakak dijodohkan oleh Ibu, begitu?" Tanyaku, sambil berkacak pinggang dihadapannya.

"Hm, iya?"

"Baby, percaya sama kakak. Kalau pun nanti kakak menikah, kakak tidak akan mengabaikanmu. Kakak akan selalu berada disampingmu, kakak tidak akan meninggalkan rumah ini dan pergi jauh bersama istri kakak, kakak akan tinggal bersama istri kakak dirumah ini." Kataku. Membuatnya menunduk, apa yang salah dengan perkataanku. Hal itu wajarkan, tapi aku rasa aku memang salah, aku merasakan diriku memberontak marah usai mengatakan hal itu.

Aku pun berjongkok dan meraih dagunya mendekat ke wajahku, ia menepis tanganku dan menarikku sambil berjalan kearah pintu. Aku mengerti maksudnya dengan langkah pasrah aku mengikuti tarikan tangannya.

"Apa yang kakak katakan tidak akan mengubah Gadis. Dan apa yang tadi kakak katakan? Kakak akan menghukumku karena pria lain menciumku? Itu tidak akan mengubah fakta, karena apa pun yang Gadis lakukan itu semua hak Gadis. Gadis akan bekerja dan setelah itu--menikah dengan pria lain." Setelah sampai di depan pintu ia mengucapkan sesuatu yang membuatku menggeram marah, tapi ia tidak membiarkan ku membalas perkataannya.

Gadis membanting pintu kamarnya.

Apa tadi menikah dengan pria lain? Awas saja jika aku tahu ia mempunyai rencana menikah dengan pria lain, aku akan melakukan sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sekali pun.

Ia yang menjadikanku seperti ini. Mengubahku. Memberikanku keinginan untuk memilikinya, menyentuh tubuh indahnya. Karena Gadis telah membangunkan sisi gelapku. Hobi yang selama ini aku kubur dalam-dalam, muncul karena Gadis-ku.

Dan ia harus menerima resikonya.

                            🌹🌹

GadisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang