1

261 26 1
                                    

Navya Kamilia.
Apa perlu seseorang mengingatkan nya bahwa hari ini adalah hari pertama disekolah barunya? Bukan Navya namanya jika disetiap pagi tidak ribut dan ribet. Mulai dari bangun kesiangan, atau segala aktivitas yang 'lamban' dijalaninya.

Bunda berulang kali mengetuk pintu kamar gadis bungsunya itu. Nihil. Tidak ada respon dari dalam. Bunda masih mencoba. Ia meraih ponsel yang diletakkannya diatas meja makan. Berusaha menghubungi nomor ponsel milik Navya. Kebiasaan, Navya selalu lupa untuk membuka kunci pintu kamarnya. Terlebih jika sudah datang bulan. Kewajiban sholat yang tidak ditanggungnya selalu Ia lampiaskan pada bangun siang. Salah. Bangun kesiangan.

Bunda mendesah gelisah sambil tetap ber-ikhtiar membangunkan Navya. Sampai pada detik keberapa, suara deheman kecil Navya terdengar di telinga Bunda.

“Navya udah bangun kok, Bun.” suara Navya terdengar parau. Gemericik air pun sudah mulai terdengar dari dalam kamarnya. Bunda bernapas lega karena Navya ada kesempatan untuk tidak terlambat hari ini. Bunda sangat pusing jika melihat raport kedisiplinan milik putri bungsu kesayangannya itu. Namun, Ia senang karena hanya si bungsu itulah Ia bisa membanggakan diri didepan tetangga.

“Semalem Navya lupa buat gak ngunci pintu kamar.” ucap Navya sambil meraih segelas susu buatan Bunda. Bunda tersenyum simpul.

“Lain kali Bunda bakalan ngajarin kamu buat bisa ciptain mind-set mu supaya bisa bangun pagi.” Navya mendengus. Sebenarnya Ia selalu bangun disepertiga malam guna tahajud, tapi apa ada mata nya selalu ngantuk setelah sholat tahajud.

“Hari ini kamu disekolah baru. Baik baik ya nak.. Jaga diri. Bunda bakal selalu doain kamu, nak.” Bunda menasehati. Baginya, nasehat Bunda itu seperti ekstasi atau sabu-sabu. Selalu bikin candu.

Navya mengulum senyum nya. Kemudian mencium tangan Bunda khusyuk dilanjut mencium pipi wanita tersayang nya itu. Wajah Bunda selalu cantik, walau dibalik nya menyimpan banyak beban masalah. Bunda selalu tersenyum dihadapannya tanpa banyak yang tahu jika Bunda menangis ditiap malam nya. Bunda selalu kuat meski sebenarnya Bunda tidak mampu untuk kuat. Itulah alasannya. Alasannya pindah sekolah.

Selamat tinggal, Pondok Pesantren Al Quds.
Oh, Hai SMA Dirgantara 1. Semoga jiwa ku tetap terpaut dalam syahdu berilmu di Al Quds.

✨✨✨

“Assalamualaikum semua.” semua tatapan mata mengarah pada sumber suara. Navya disana. Diambang pintu dengan napas yang tidak beraturan. Seseorang yang Ia tebak guru mendekati nya.

“Kamu murid baru yang masuk hari ini?” tanyanya. Ia tersenyum malu seraya mengangguk kecil.

“Udah saya tungguin dari tadi. Ya, anak-anak hari ini kita kedatangan teman baru. Baiklah, kamu silahkan memperkenalkan diri.” mendengar instruksi guru itu, akhirnya Ia berusaha percaya diri memperkenalkan tentangnya.

“Nama saya Navya Kamilia. Saya pindahan dari Al Quds. Saya berharap teman-teman bisa menerima saya untuk menjadi teman kalian.” tiba-tiba sebuah tangan terangkat. Cukup jelas bahwa pemilik tangan itu akan bertanya sesuatu pada nya.

“kenapa udah di Al Quds terus pindah kesini? Lo ke DO?”

Skak.
Tidak mungkin Ia menceritakan alasannya kan?

“Udah pasti lah ke DO” ucap seseorang menimpali yang justru mengakibatkan yang lain ikut mem-beo.

“Lo nakal apaan sampe bisa ke DO? Ketauan jalan bareng pacar? Atau ketauan chatingan sama cowok? Atau jangan jangan lo ketauan nyuri?!” ujar seorang gadis berambut gelombang gantung. Seseorang tolong bantu jelaskan siapa cewek yang lisannya sangat pedas itu.

“Wah wahh.. Gak bisa dibiarin nih,” ucap yang lain menimpali. Kelas menjadi riuh sedang Ia hanya bisa menunduk didepan kelas. Sampai pada akhirnya pak guru itulah yang menenangkan mereka yang 'ceriwis' itu. Itupun dengan sedikit bentakan. Disekolah sebelumnya Ia tidak pernah mendapat guru yang suka membentak, jadi ini pengalaman pertama. Catat.

Kembali ke Navya. Gadis itu tengah berdiri seraya menatap ragu bangku nya. Seorang pria yang asyik dengan headset duduk dibangku dekat bangku miliknya. Tak bisa diindahkan lagi karena memang hanya tersisa satu bangku. Dan itu dekat pria berheadset. Ia mencoba menarik bangku nya agar sedikit menjauh dari pria itu. Dan tanpa Ia sadari, sejak tadi seorang gadis berkacamata memperhatikannya.

“Lo bisa duduk di bangku gue, biar gue yang duduk disini.” gadis berkacamata itu berbisik. Ia mengangguk dengan sedikit perasaan tidak enak.

“Makasih banget.” balasnya.

✨✨✨

Navya menatap buku catatan nya yang penuh dengan coret coret an. Ia mengamati kelasnya. Sepuluh IPS 2. Tidak ada yang berjilbab selain dia. Tidak ada ritual berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai. Tidak ada 'sekat' antar lawan jenis. Sebenarnya itu biasa di sekolah luar, namun apakah ini patut dibudayakan? Ia mengusap wajah dengan sedikit air minum nya. Lalu setelahnya Ia menghela napas.

Tenang Navya, ini baru kisah seminggu. Masih ada sebulan dan setahun.

Karena, asal kamu bersyukur, ikhlas dan sabar maka kamu akan mendapat kebahagiaanmu walau tak sesuai keinginanmu.

Bukankah membahagiakan orang lain itu suatu kebahagiaan dihatimu? Maka, inilah aku sekarang. Bunda bahagia, jadi tidak ada alasan ku untuk sedih.

Sekali lagi, hidup itu memang terkadang tidak adil.
Namun, Allah akan selalu adil.

Selamat malam.
Kisah klasik Navya.

💦💦💦




Hai.
I came back :)
Untuk nulis ini, dibutuhkan support. Hope you like it.
Eh, aku bakal banyak taruh untur keagamaan disini. So, bantu di benarkan jika ada salah.

Terimakasih - Arigatou - Gomawo - Syukron - Thankyou.

Stay WeirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang