10

72 11 3
                                    


Nav, lo dimana?

Diva menatap gusar ponselnya. Baik Firda maupun Bianca juga melakukan hal yang sama. Menanti Navya yang tak kunjung kembali. Jam besar yang tertempel di dinding salah satu sudut kantin sebentar lagi akan berbunyi. Jam itu sengaja disetel alarm pengingat disetiap berakhirnya jam istirahat.

"Bentar lagi kita masuk kelas. Mungkin Nav udah dikelas kalik." Ucap Bianca yang membuat Diva dan Firda serentak menoleh kearah jam tersebut.

"Nggak mungkin. Masak iya dia ninggalin kita tanpa kabar gini?" balas Diva. Ketiganya kembali bingung.

"Yaudah deh gini aja. Kita semua balik ke kelas dulu. Bisa jadi Nav emang udah balik ke kelas," saran Firda. "Kalau dia nggak ada di kelas nanti, kita cari dia pulang sekolah." lanjut Firda yang akhirnya menuai persetujuan dari Diva dan Bianca.

**

Dengan langkah tergesa, Firda menyusuri balkon lantai dua. Jarak kantin dengan letak kelasnya bisa dibilang cukup jauh. Kelasnya yang berada dilantai dua sedang kantin yang berada di sudut paling pojok lantai satu memaksanya harus berlelah-lelah dulu untuk mencapai kantin. Dan sekarang Ia harus melangkah terburu agar cepat sampai dikelas sebelum guru yang mengajar masuk. Ia tidak ingin dapat poin hanya karena terlambat masuk kelas.

Napas Firda tersenggal-senggal. Kedua tangannya memegang lutut menciptakan posisi seperti orang yang sedang ruku'. Namun, seketika senyumnya mengembang saat melihat bangku samping tempat duduknya sudah terisi. Navya disana. Menatap kosong buku tulis yang sedikit ada coret-coretannya.

Tanpa pikir panjang, Ia segera menghampiri Navya dan juga singgasananya.

"Nav," panggilnya dengan napas yang masih sedikit belum terkontrol. Namun, tidak ada respon dari Navya.

"Hey, Nav." Panggilnya sekali lagi dengan mengguncang pelan bahu Navya. Yang kali ini, Navya berhasil menoleh kearah nya.

"Eh, Firda," Navya tampak sedikit gelagapan dan segera menyembunyikan buku tulisnya. "Firda, maaf kamu tadi nyariin aku ya? Aku tadi-" baru saja Navya mau menjelaskan alibi nya, namun tiba-tiba Firda memotong ucapannya,

"Lo habis nangis, Nav?" mendengar pertanyaan Firda, sontak Navya langsung mengusap matannya.

"Ha? Enggak kok," Navya mengeluarkan alibi nya.

"Mata lo merah, hidung lo juga merah, suara lo serak. Iya nggak salah lagi lo pasti habis nangis kan?" Firda mengamati Navya secara detail. Dan juga, Navya tidak mungkin meninggalkannya tadi di kantin kalau tidak ada sebabnya.

"Jujur sama gue, Nav." Pinta Firda dengan sedikit pemaksaan lembut.

Navya masih diam seraya sesekali menarik napas dan membuangnya secara teratur. Terlihat seperti orang yang berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah.

Tiba-tiba kedatangan Ardan si ketua kelasnya mencuri focus semua orang, termasuk focus Firda yang sedari tadi berada pada Navya. Navya pun sama. Ia langsung ikut menatap Ardan yang berdiri didepan papan tulis dengan selembar kertas ditangan kirinya.

"Siang ini, pelajaran Matematika kosong karena pak Toni harus nganterin anaknya kerumah sakit," jelas Ardan yang mengundang sorak gembira dari anak kelas.

"tapi, Beliau nitip tugas. Gue tulis didepan habis itu kalian bisa ngerjain tugasnya dirumah. Boleh kerja kelompok asal nggak contekan. Yang penting, besok waktu pelajaran Matematika semua tugasnya udah harus selesai." Sorak anak kelas semakin membahana.

"Harap dijaga ketengannya, kasian kelas sebelah." Hani, si ranking satu menyahut. Yang sahutannya sukses membuat kelas mendadak hening.

Setelah semua menulis tugas Matematika, secara perlahan kelas berangur sepi. Menyisakan beberapa siswa saja yang -mungkin-masih malas pulang. Termasuk Navya dan Firda yang masih terpaku di posisi nya masing-masing.

Stay WeirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang