Motor hitam kesayangan Sultan bergerak pelan disepanjang jalan mendekati komplek Pondok Pesantren Al Quds. Navya yang membonceng dibelakang memintanya untuk memelankan laju motor. Didepan gang komplek Al Quds putri, Navya justru meminta Sultan untuk membalik arah menjauhi Al Quds. Sultan benar-benar dibuat bingung olehnya.
"Kita pulang aja, Tan." Pinta Navya sesaat motor hitam Sultan memasuki gang kecil menuju asrama putri.
"Loh nggak jadi jenguk Salma ?" tanya Sultan penasaran. Bagaimana tidak, tadi siang Navya repot-repot kerumahnya hanya karena memintanya untuk menemani jenguk Salma di pesantren. Dan itu bukan Navya yang biasanya. Kemana Navya yang katanya canggung dengannya?
"Nggak jadi. Ayo pulang aja." Dengan dirumbung rasa penasaran dibenaknya, Sultan tetap menjalankan motornya mengikuti keinginan Navya.
Hening. Navya sedari tadi hanya diam. Sultan sudah beberapa kali membuka topic pembicaraan, namun Navya hanya menanggapinya singkat. Gurat keceriaan yang biasanya ditampakkan gadis itu, sore ini juga tidak terlihat. Sepanjang usia nya, Ia selalu bersama gadis itu. Untuk mengetahui bahwa gadis itu ada sesuatu bukanlah suatu perkara sulit baginya.
Sultan ternyata mengambil rute jalan pulang yang berbeda dengan saat berangkat. Navya merasakan sentuhan hembusan angin yang menerpa wajahnya. Ia memejamkan matanya. Mencoba menikmati kesejukkan udara sore yang –mungkin—akan menyejukkan hatinya juga.
Tapi, tanpa sangka Sultan justru malah memarkirkan motornya dipinggiran jalan beraspal sedikit yang diampit oleh sawah dikanan kirinya. Darimana Sultan tahu ada tempat yang masih menyajikan pemandangan hamparan sawah ditengah banyaknya bangunan pencakar langit?
"Kok berenti?" Tanya gadis itu seraya turun dari motor dan mengikuti langkah Sultan. Melihat Sultan yang mendudukkan diri menghadap sawah membuatnya mau tidak mau ikut memposisikan duduk disamping Sultan. Namun masih dengan sedikit jarak yang memang sengaja Ia ciptakan.
"Kalau gue tanya kenapa, pasti lo bakalan jawab nggak papa. Gue hafal banget sama lo soalnya," ucap Sultan santai. Tangannya terlihat memainkan rerumputan disekitar kakinya.
"Jadi, gue mau ngomong kalau lo ada masalah, lo bisa cerita ke gue. Gue nggak maksa sih, tapi gue maksa banget." Raut wajah Sultan dibuatnya menjadi sok serius. Navya tertawa kecil melihat ekspresi Sultan.
"Gini-gini, gue abang kan disini?" kata Sultan dengan menunjukkan ke-belagu-annya.
"Lo nggak bawa HP ya ? Kebiasaan banget sih nggak bawa barang penting kayak gitu." Melihat Navya yang masih membungkam, Sultan akhirnya mengganti topik pembicaraan.
"Kan kamu udah bawa." Balas Navya santai. Sultan tak habis pikir dengan jawabannya Navya.
"Kenapa? Bunda nanyain ya pasti?"
"Nggak," jawab Sultan singkat. "Bunda cuma ngasih tau kalau ada temen-temen lo dirumah." Sultan melihat keterkejutan dari gadis itu. Senyumnya mengembang saat otaknya berhasil berpikir.
"Kalau lo nggak siap nemuin mereka, gue bisa kok cari alasan buat bikin mereka pulang." mendengar hal tersebut, mata Navya seketika berbinar.
"Gimana caranya ?" tanya Navya penuh rasa ingin tahu.
Sultan berseringai lebar, "ada syaratnya dong."
Navya seakan sudah paham dengan permainan Sultan ini. Seorang Sultan tidak mungkin menyerah untuk bisa membuatnya membuka mulut perihal masalahnya.
"Nggak jadi deh."
Seringaian Sultan semakin melebar, "Yakin nggak jadi? Kalau gitu ayo pulang." Navya menggeram. Sultan menang banyak hari ini. Lagipula tak masalah kan jika membagi masalah dengan abang sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Weird
SpiritualKita memang selalu memiliki rencana. Terutama akan masa depan hidup. Tapi, bukankah semua sudah tertulis di Lauhul Mahfudz-Nya jauh sebelum kita diciptakan? Allah menentukan takdir, namun Allah memberi kesempatan kita untuk bisa merubahnya. Sekali l...