9

76 16 4
                                    


Firda menutup buku paket ekonomi nya dengan dengusan kesal. Guru ekonomi nya sudah tua dan sangat kulot pemikirannya membuat Beliau mendidik para murid dengan cara mengajar yang masih sama seperti jaman dulu. Banyak tugas, banyak ulangan, dan sangat keras seperti sering memukul serta melempar spidol atau bahkan penghapus papan tulis hitam yang sengaja Beliau bawa dari rumah.

Kalau saya ngelemparnya make penghapus spidol itu gak bakal sakit, jadi saya bawa penghapus kapur dari rumah biar kerasa sakitnya.

Begitulah kata Beliau saat awal perkenalan dulu, kata Firda yang menceritakan hal tersebut pada Navya.

"Gila aja tuh guru. Bisanya ngasih tugas seabrek, gak mikir apa ya kita juga punya banyak tugas lain?" gerutu Firda yang dibalas senyum oleh Navya.

"Sekali nya ngasih tugas berasa nya kayak baca materi satu buku." Lanjutnya.

Navya memegang bahu Firda, mengusapnya pelan seraya berucap, "Udah, jangan ngejudge mulu. Gak baik."

"Yuk kantin." Ajak Navya sambil meraih tangan Firda. Firda mengangguk dan mengikuti ajakan Navya.

**

Meja kantin akan selamanya dalam kondisi penuh. Firda mengedarkan pandangannya menyapu seluruh penjuru kantin. Kata Bianca, dia sudah duduk disalah satu meja kantin. Dari kejauhan manik mata Navya menangkap kecil tangan Bianca yang melambai kearahnya. Navya menyenggol Firda yang masih sibuk mencari keberadaan Bianca.

"Mereka disana, Fir. Ayo." ucap Navya seraya menunjuk meja depan warung siomay Pak Idris yang Bianca tempati.

Firda terlihat sumringah saat juga mendapati wajah Bianca. Keduanya langsung bergegas menghampiri Bianca yang sedari tadi pasti sudah menunggu mereka.

"Lama banget sih dikelasnya." Kata Diva saat kedua nya sudah sampai dihadapan mereka. Navya dan Firda segera duduk menyesuaikan diri diantara Bianca dan Diva.

"Biasalah pelajaran Ekonomi." Balas Firda kesal.

"Oh oke oke, gue paham." Bianca menimpali. "Lo berdua mau pesen apa ? Gue sama Diva tadi udah pesen siomay. » tanya Bianca.

Firda mengangkat bahu, "Gue ngikut lo aja, Nav. Lo yang pesen ya ?" ucap Firda diikuti cengiran khas nya.

Navya mengangguk seraya tersenyum dan meninggalkan mereka sejenak untuk pesan makan siang. Tak bisa terelakkan juga olehnya, bahwa pelajaran Ekonomi tadi teramat menguras tenaga nya.

Navya mengantri di warung soto milik Bu Eni. Kantin SMA Dirgantara ini sistemnya sama seperti food court dikebanyakan mall. Yang dijual juga banyak variasinya. Dan tentunya juga, mayoritas makanan dan minumannya pas untuk kantong anak sekolahan.

Saat sampai gilirannya, tiba-tiba seorang wanita mendahului dan mengambil antriannya. Navya sempat terkejut melihat betapa percaya diri nya dia yang menyerobot antriannya. Namun, Navya tidak mau mengambil pusing dengan kejadian tersebut. Ia memundurkan kaki nya sedikit. Memberi ruang cewek itu untuk memesan makanannya. Navya memilih mengalah daripada menimbulkan keributan. Toh, itu juga hanya masalah sepele. Tak masalah baginya.

Tapi, secara tiba-tiba juga Mahesa muncul tepat dihadapannya dan sempat melirik kearahnya sebentar. Navya makin memundurkan langkahnya. Memberi ruang juga untuk Mahesa yang berdiri didepannya. Mahesa tampak memegang bahu cewek yang menyerobot antriannya tadi,

"Lo jangan seenaknya ngambil antrian orang dong." Ucap Mahesa. Terdengar halus tapi menusuk.

Cewek itu melempar tatapannya pada Navya kemudian tersenyum remeh, "Sorry, gue buru-buru."

"Lagian gue kira lo tadi penjual juga." Mata cewek itu meneliti Navya dari atas sampai bawah. Membuat Navya merasa sedikit risih. Sedang Mahesa menatap geram sang cewek.

"Berhenti nunjukin senioritas." Tukas Mahesa singkat.

"Makanya, kalau style jangan sampai beda sama murid yang lain. Kan gue jadi gak tau kalau ternyata lo murid sini juga." Ujar cewek itu sambil melenggang pergi setelah mendapatkan pesanannya.

Perkataan cewek tadi sukses menyentil perasaannya. Ia dengan susah payah menahan air matanya agar tidak tumpah. Ia mendangakan kepalanya dan masih menemukan Mahesa dihadapannya. Menatap nya terang-terangan dengan tatapan yang sulit diartikannya.

"Ma-makasih kak, aku duluan." Kata Navya gugup yang kemudian segera menjauhi Mahesa dan memilih pergi ke toilet. Ke tempat dimana Ia bisa menangis. Tanpa ada yang mengetahuinya.

**

"Emang edan tuh si Sherin." celetuk Rian saat Mahesa sudah kembali ke meja gerombolannya. Ternyata Mahesa cs sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Navya atas usulan Adam.

"Lihat deh, Navya tuh." Adam mengalihkan pembicaraan seraya menunjuk Navya yang Nampak sedang mengantri di warung bu Eni. Warung favorit Mahesa.

"Kenapa?" Tanya Rian sambil masih membagi fokus terhadap siomay dihadapannya.

"Heran aja. Kok PD amat ya punya style begituan."

"Ya emang masalah buat elo?" kali ini Kevin menimpali.

« Ya enggak sih, tapi gue kan jadi kepo gitu. Sebenernya dia siapa dan kenapa dia pindah nya kesini? Kenapa gak kesekolah lain yang emang mayoritasnya jilbab an besar. Iya kan?"

"Gue pesen makan dulu. Lo semua mau juga gak?" Mahesa yang sedari tadi menyimak akhirnya angkat bicara.

"Oke, seperti biasa." jawab Kevin menyahut. Mahesa mengangguk dan meninggalkan mereka yang masih asyik membicarakan Navya.

Tinggi Navya ternyata hanya hampir sebahu nya. Mahesa mengambil posisi berdiri dibelakang gadis itu. Yang sama sekali tidak disadari gadis itu. Navya lebih banyak menunduk nya. Sesekali gadis itu melihat sekitar. Entah kenapa Mahesa tidak bisa menahan untuk tidak memperhatikan Navya.

Secara mengejutkan, tiba-tiba Sherin yang notabene teman senior nya datang dan menyerobot antrian milik Navya tanpa permisi. Reaksi Navya justru diluar dugaan nya. Gadis itu malah memilih mundur beberapa langkah yang membuatnya juga mau tidak mau ikutan melangkah mundur. Gadis itu tetap diam saja. Mahesa geram. Disini sama sekali tidak berlaku senioritas.

Mahesa mengambil alih bagian. Ia maju dihadapan Navya guna menegur perilaku Sherin yang sangat tidak dewasa itu. Tapi ternyata, Sherin sama sekali tidak menghiraukan tegurannya. Yang dilakukan Sherin malah menghina Navya. Dan Mahesa tahu, gadis itu pasti sakit hati mendapat perlakuan buruk dari Sherin.

Sorot kesedihan benar-benar terlihat dari mata Navya saat gadis itu mengucap terima kasih untuknya.

"Trus tadi Sherin ngomong apa aja? Nav nya kok langsung pergi gitu aja?" dan sepertinya ketiga temannya itu begitu penasaran dengan Navya.

Mahesa yang ditanyai malah hanya diam.

"Gue duluan. Masih ada yang harus gue urus." Kata Mahesa pamit kepada ketiga temannya.

"Eh lo belum jadi makan, Hes." Balas Rian.

"Gue makan nanti aja. Duluan, bro." Setelah itu Mahesa benar-benar menghilang dari kantin. Adam yang masih dilanda penasaran itu juga ikut menyusul Mahesa. Meninggalkan Kevin dan Rian yang masih bingung dengan kelakuan kedua sahabatnya itu.

******************************************************************************************************************************************************


Hai :)

Kali ini cuma bisa nulis under 1K words maafkeun..

hope you like it :):)

Salam Sayang,

Saya si Penulis.

Stay WeirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang