0.1 setetes air mata

468 32 0
                                    

Yang dilakukan Nayen sedari tadi hanya diam sambil menunduk. Kebisingan sangat terdengar di kelas. Bahkan banyak anak murid yang keluar kelas hanya untuk mampir ke kantin. Ini di karenakan pak Joko tak bisa hadir di pelajaran kali ini. Membuat satu kelas bersorak kegirangangan. Apalagi pelajaran pak Joko ini terdapat di pelajaran terakhir.

Netranya menatap kedepan, yang dimana terdapat para kelompok gadis sedang sibuk dengan peralatan make up mereka.

"Ngapain lo liat-liat yen? Pengen? Tapi gausah deh, soalnya muka lo pasti sama aja mau makeup ataupun ngga, ga ada bedanya," Sindir Clista membuat teman-temannya ikut tertawa mengejek Nayen.

Nayen langsung tertunduk diam. Jujur dia sakit hati dengan ucapan Clista yang selalu menghinanya. Tapi Nayen bisa apa? Dirinya terlalu penakut.

Clista yang melihat Nayen tertunduk takut semakin tertawa senang. "Ck, Nayen-Nayen tolong ngaca aja ya. Muka lo itu ngga ada pantes-pantesnya pake make up. Bukannya tambah cantik, yang ada tambah jelek muka lo." Clista tertawa bahagia bersama teman-temannya karna berhasil menghina Nayen.

Tak terasa setetes air mata jatuh di pipi Nayen. Clista dan yang lain, yang melihat hal tersebut bukannya merasa iba, bertambah senang mengejek Nayen.

"Yahh tuan putrinya nangis guys."

"Udah-udah ah kasian. Itu ngga liat mukanya nambah jelek loh kalau ditambah nangis gitu," seru Amara sambil menahan senyumannya.

Netttt..

Suara bel menandakan pulang sekolah. Diam-diam dirinya menghembuskan napas lega sambil bergegas pergi dan berlari meninggalkan kelas. Saat dirinya terdapat di pintu kelas dia mendenger jelas hinaan yang masih Clista dan teman-temannya lontarkan untuknya. Tapi Nayen tak memperdulikannya dan tetap melangkahkan kakinya pergi.

Air matanya tak henti-hentinya keluar. Nayen terduduk sambil terisak di terminal bus. Tatapan aneh dan tak perduli didapatkan Nayen saat ini. Hal tersebut sudah biasa. Pikirnya.

Tangisannya berhenti saat terdapat sebuah tissue terulur untuknya. Pandangannya dia arahkan kesamping.

"Buat lo, gue liat daritadi lo ngga berhenti-henti nangis," ucap seorang gadis yang memakai seragam yang sama persis dengannya. Tangannya belum terulur tuk mengambil tissue itu. Badannya masih kaku, dia tak meyangka ada yang ingin berbicara dengannya.

"Ambil aja sih, pegel nih tangan gue," keluhnya.

"E-eh iya maaf." Nayen tersadar dan langsung mengambil tissue itu sambil tersenyum. "Makasih ya," ucap Nayen yang hanya di bales gumamam olehnya.

Saat bus terlihat Nayen masih menatapi gadis itu yang saat ini sudah nyaman duduk di dalam bus dengan wajah tenang. Nayen melihat itu di luar bus, karena bus yang dia naiki berbeda dengan gadis itu. Senyuman kecil terukir di bibir Nayen.

Dia bahagia. Walau hanya dengan tindakan kecil seperti itu, dia harap kebahagian selalu datang kepadanya.

***

"Udah pulang sayang?" Tanya bunda saat Nayen melewati dapur.

"Eh bunda, assalamuaikum bun. Maaf ya Nayen ngga liat ada bunda." Nayen merasa bersalah. Buru-buru ia menghampiri bundanya dan mencium tangan bundanya.

Bunda Nayen tersenyum. "Waalaikumsallam, gapapa ko. Cuma bunda mau bilang jangan kebanyakan melamun ya sayang." Elusan di kepalanya ia rasakan. Nayen tersenyum dan menatap bundanya lama. Dia bimbang, dia ingin mengatakan semua ke bundanya, yang telah ia alami saat ini. Tetapi hatinya terlalu takut. Ia bukan termaksud seorang yang dengan mudah menceritakan masalahnya. Dia terlalu tertutup. Dan ia akui itu.

What is love? [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang