"Nay, are you okay?" Tak henti-hentinya Aletta menanyakan keadaan Nayen. Tetapi Nayen tetap bungkam.
Fix! Aletta menyerah, dia lebih memilih mendiamkan Nayen dahulu dan fokus ke bu Mitha yang sedang menerangi pelajaran.
"Nayen!!" Tuh kan baru beberapa detik ia mencoba tuk tak memperdulikan sikap Nayen. Ini malah ada orang yang lebih ganas daripada dia.
"Nayen, kamu tidak mendengarkan ucapan saya ya?" Hening, tetap masih tak ada jawaban. Ibu Mitha yang tadi berucap, langsung emosi." NAYEN!! Keluar kamu sekarang dari kelas saya. Saya tak mentolerkan untuk siapa saja siswa yang tidak fokus seperti kamu dikelas saya." Suara tajam Bu Mitha membuat Nayen terlonjak. Ia menatap sekitar, dan ternyata semua teman-temannya sedang tertuju padanya. Aletta yang berada di sampingnya hanya menggeleng lemah sambil tersenyum menguatkan Nayen.
"Maaf bu, saya permisi." Nayen langsung beranjak dari bangkunya dan berjalan keluar kelas. Ia tak tahu mau kemana, ia hanya mengikuti langkah kakinya berpijak kemanapun membawanya.
Bugh...
Tak tahu kesialan apa yang menimpahnya, sepertinya dirinya suka sekali terjatuh. Baru saja Nayen berusaha berdiri, sudah ada yang mendorongnya lagi. Ia mencoba menghembuskan napasnya sambil mendongak ke atas tuk melihat siapa yang dengan sengaja mendorongnya.
"Sasa?" Kagetnya.
"Kenapa? ngga terima gue dorong? Mangkanya jangan murahan kalo jadi cewe!" Ucapnya kasar. Nayen terbengong dengan sikap Sasa yang baru pertama kali ia lihat ini.
"Maksud kamu apa sa? Aku ngga ngerti,"tanya Nayen bingung.
"Ngga usah munafik deh lo ya! Denger nay, lo pikir gue ngga lihat apa yang lo lakuin ke pacar gue dibelakang sekolah kemarin. HAH!! Dasar murahan, berani-beraninya lo cium cowo gue." Dengan kasarnya Sasa menarik rambut Nayen dengan kencang. Tatapan Sasa berkilat tajam, emosinya sudah diatas puncak. Ia sangat ingin membunuh gadis murahan satu ini saat ini juga. Tetapi ia sadar sekarang ia berada dimana. Dengan tanpa perasaan, Sasa melepaskan cengkramannya pada rambut Nayen dan mendorong Nayen dengan begitu kasar.
"Bitch!!" Ucap Sasa tajam sebelum meninggalkan Nayen sendirian dikoridor.
Selepas kepergian Sasa, Nayen hanya terdiam membisu dengan keadaan yang masih bersimpuh di lantai koridor. Tak selang berapa lama kemudian, air matanya bercucuran sedikit demi sedikit. Untung saja, saat ini keadaan koridor sangat sepi. Entah, apa jadi dirinya kalau ada yang melihat keadaanya saat ini.
Sekuat tenaga ia berusaha untuk bangun, tapi belum sempat ia berdiri kokoh. Dirinya sudah ambruk tak sadarkan diri.
"Nay, Nayen?" Sayup-sayup Nayen dapat mendengar ada yang memanggilnya. Dengan perlahan ia membuka kelopak matanya. Saat kedua bola matanya terbuka sempurna. Ia mendapati Aletta didepannya dengan raut wajah khawatir.
"Astaga nay, jantung gue berasa copot tau ga, saat tadi dapet telepon dari dokter yang jaga di UKS kalau lo pingsan saat menuju kesini." Aletta beucap dengan terburu-buru."Sebenernya apa yang terjadi sama lo sih nay, sampe pingsan gitu?" lanjutnya dengan tak sabaran. Mencoba untuk mendapatkan jawaban dari Nayen secepatnya.
"Maaf ya bikin lo khawatir. Gue ngga apa-apa ko, cuma kecapean aja tadi."
"Jadi ini alesan lo diem terus dikelas? Astaga nay kenapa lo ngga bilang dari tadi sama gue? Gue juga dengan bodohnya ngga tau keadaan lo tadi. Maafin gue ya nay." Nayen mendekap Aletta.
"Jangan salahin diri lo. Ini sepenuhnya salah gue, karna ngga jaga kesehatan gue sendiri. Maaf ya udah bikin lo khawatir," ucap Nayen sambil mendekap Aletta.
"Ini udah jam pulang sekolah?" Tanya Nayen sambil melepaskan dekapannya.
Aletta mengangguk."Iya mangkanya gue kesini. Nih, sekalian gue bawa tas lo juga," jawab Aletta.
"Makasih ya ta, gue ngga tau harus apa lagi untuk balas kebaikan lo ke gue."
"Apaansi lo! Lo itu sahabat gue nay, udah sewajibnya gue jagain lo dan sebaliknya. Iyakan?" Nayen terkekeh disambut gelak tawa Aletta.
***
Dering ponsel miliknya tak henti-hentinya berbunyi. Hatinya bergetar, memilih mengabaikan panggilan tersebut.Dan tepat pada panggilan ke lima belas. Akhirnya panggilan itu berhenti, Nayen langsung memalingkan wajahnya ke arah ponselnya itu dan menatap benda tersebut dengan pandangan sendu.
Dan hari ini, detik ini. Ia kembali menangis, walaupun secara fisik, bukan Vano yang membuatnya seperti ini, tetap saja Sasa adalah seseorang yang berarti bagi Vano.
Dengan kasar, ia mengelap bibirnya dengan punggung tangan sambil terisak.
Sasa benar, dia wanita murahan. Tak seharusnya kejadian tadi terjadi, dia sungguh menyesal. Dia bener-benar menyesal.
Dia memang tak mengerti Mengapa Vano melakukan hal itu, tetapi satu hal yang pasti. Nayen harus menjauh dari Vano, dia harus sebisa mungkin menjaga jarak dari pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
What is love? [TAHAP REVISI]
Genç KurguGue harap lo ngaca, sebelum suka sama gue." Vano melemparkan sobekan kertas itu ke arah Nayen sebelum berjalan pergi dengan tatapan tajam nya, membuat Nayen memejamkan mata nya dengan perasaan sakit. Selepas Vano pergi. Nayen meneteskan setetes air...