Setelah kejadian tangis menangis ia bersama Aletta. Membuat matanya saat ini agak sedikit bengkak. Saat ini ia izin ke UKS sampai pelajaran selesai, karna memang badannya sedikit agak drop.
Nayen melangkah sangat amat pelan, menuju ke arah parkiran untuk mengambil motornya yang diberikan bundanya sebagai kado ulang tahunya tahun lalu. Setiap pijakannya diiringi dengan helaan napas yang tak begitu panjang tapi sangat memilukan baginya. Cengkraman pada tali tasnya begitu kuat. Tak terhitung sudah berapa lama ia melamun dan tak memperhatikan jalannya.
Sampai akhirnya ia merasa sudah berapa di parkiran yang hampir kosong, hanya tersisa beberapa kendaraan saja.Kedua bola matanya menatap kesekitar dengan pandangan kosong, sampai tiba-tiba ada yang menghalangi pandangannya. Nayen mengerutkan sebelah alisnya.
siapa dia? pikirnya dalam hati.Seperti mengerti apa yang dipikirkan dirinya. Pria itu tersenyum sambil mengarahkan tangannya kearahnya." Hai? Kenalin gue Raskan. Lo Nayen bukan? Salam kenalya Nayen! Gue harap kita bisa jadi teman." Selesai berucap dengan begitu lancarnya. Pria itu masih tetap tersenyum sambil menggoyang-goyangkan tangan kearahnya.
Walaupun raut wajahnya masih terlihat bingung, Nayen menerima uluran tangan tersebut." Hai juga, dan kamu siapa?"
Dengan senyuman yang masih mengembang, Raskan menjawab." Seperti yang tadi aku bilang ke kamu, aku Raskan."
Nayen mengangguk mengerti." Lalu, ada apa kamu nyamperin aku? dan kenapa juga nada ucapan kamu berubah jadi aku bukanya gue lagi seperti tadi yang kamu ucapkan ke aku?" Tanya Nayen tak mengerti
Raskan berdehem sebentar." Gue cuma ngikutin ucapan lo aja ko." Raskan tersenyum. Sebenernya Nayen sedikit agak bingung dengan pria ini.
"Dan gue kesini karna mau kenalan sama lo." Lanjutnya.
"Kenalan?"
"Hm, kenalan..." ucapannya terhenti saat dirinya tiba-tiba menyadari suatu hal. Raskan segera menyipitkan matanya. Seketika ia menarik Nayen begitu saja. Membuat sang empunya melotot kaget.
"Astaga!! kamu mau bawa aku kemana? Jangan bilang kamu mau nyulik aku ya? Hei, ko kamu diam aja sih?! Jawab dong kalo aku lagi ngomong. HEI!!"
Nayen langsung meringis saat merasakan keningnya membentur sebuah punggung yang begitu lebar dan nyaman. Nyaman? tunggu dulu, sepertinya ada yang salah dengan otaknya.
"Kamu tunggu sini, aku kedalam sebentar." Nayen terdiam saat Raskan mendudukannya disebuah bangku dengan paksa dan sekarang dia menyuruhnya berdiam diri sendiri disini. Nayen menatap toko didepannya dengan diam.
Dirinya tersentak saat merasakan air dingin menyentuh pipinya." Itu buat mata kamu yang udah mirip zombie. Dan ini kamu minum dulu obatnya buat ngeredain panasnya." Nayen masih terdiam sampai akhirnya Raskan duduk disampingnya dan langsung membukakan obat yang langsung diberikan padanya. Dengan begitu polos ia mengambil obat itu dan menelannya. Saat ia ingin mengambil sebotol air untuk minum. Pria ini sudah lebih dulu mengambilnya dan membukakanya untuknya. Nayen masih terdiam sambil menatap pria ini yang baru saja ia kenal beberapa jam lalu.
"Jangan kebanyakan ngelamun, nanti kesambet." Guraunya sambil terkekeh. Dengan telaten ia mengambil kapas dan merendamkanya dia kapas. Dan tanpa di duga-duga. Lagi-lagi pria ini membuatnya terpaku. Dengan lembut Pria ini mengompres matanya dengan lembut. Dan bodohnya dirinya hanya diam tanpa mengelak dan malah bertanya hal yang tak penting dari yang seharusnya ia tanyakan ke pria ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
What is love? [TAHAP REVISI]
Teen FictionGue harap lo ngaca, sebelum suka sama gue." Vano melemparkan sobekan kertas itu ke arah Nayen sebelum berjalan pergi dengan tatapan tajam nya, membuat Nayen memejamkan mata nya dengan perasaan sakit. Selepas Vano pergi. Nayen meneteskan setetes air...