Menjelang tengah malam, tetapi mata cantik gadis ini, yang bukan lain Seorang Nayen masih belum bisa terpejam juga. Fokusnya masih kepada langit-langit kamarnya. Matanya sudah lesu sekali, tetapi kejadian tadi siang tak bisa membuatnya memejamkan matanya.
"Akhhhh..." Teriaknya sambil mengacak-acak rambutnya seperti orang gila saja.
"Ngantuk bundaaa.... Tapi Nayen ngga bisa tidur, ikhhh bete." Sedikit saja ia melamun, kenangan ia bersama Vano tadi pasti datang lagi dan itu membuatnya setres. Dia tak menyangka, kejadian tersebut akan terjadi dalam hidupnya. Dan, yang paling sulitnya mau bagaimana nanti ia menghadapi Vano disekolah?
"Tau ah pusing....." gumamnya sambil berusaha memejamkan matanya.
***
"Loh anak bunda kenapa itu, ko udah kaya anak panda aja sih matanya," seru bunda saat Nayen keluar dari kamarnya tuk menuju tempat makan.
Segera Nayen meraba-raba kedua matanya."Serius bun?" Tanya Nayen panik.
Bunda mengangguk."Iya, memangnya kamu ngga liat kaca tadi?" Tanya bunda yang dijawab dengan gelengan oleh Nayen.
Buru-buru Nayen berlari ke kamarnya lagi dan menuju ke cermin. Dan benar saja, sekarang dirinya lebih terlihat seperti zombie hidup, apalagi kantong matanya ini yang sudah menyerupai panda. Mau nangis deh Nayen rasanya.
***
"Itu mata lo...kenapa?" Sungguh Nayen merasa bosan dengan pertanyaan yang diberikan oleh orang-orang untuknya. Pasalnya pertanyaannya itu loh! itu-itu lagi... itu-itu lagi."Kamu minta aku colok ya!" Dengan siaga pria itu langsung menghindar dengan tampang watadosnya.
"Eh-eh nyantai bu," serunya sambil cengengesan."Iya ini gue pergi nay... Astaga, lo pms ya!" Akhirnya Bima. Sang ketua kelas, menyerah dan lebih memilih pergi karna melihat wajah Nayen yang sudah tak enak dipandang.
"Hai nay," seru Aletta sambil merangkul Nayen. Edua bola mata Aletta membesar saat Nayen menengok."I-itu..."
"Jangan bikin mood aku jelek deh ta." Nayen sudah tau apa yang akan dipertanyakan dengan Aletta. Pasti pertanya itu lagi! Mangkanya ia malas membahasnya.
Dengan patuh Aletta menutup rapat mulutnya dan mengangguk mengerti."Lo lebih baik pake make up gue dulu deh nay, ngga tega gue sama muka lo itu?" Saran Aletta yang langsung dibalas gelengan.
"Ngga mau, masa kesekolah make up sih ta. Nanti kalau ketahuan guru gimana." Ucapan Nayen membuat Aletta berdecak jengah.
"Yaelah ngga akan nay, lo percayain aja sama gue. Udah mening kita ke kamar mandi dulu yu. Emang lo ngga takut anak-anak kabur ngeliat muka lo yg kaya gitu?" Ejek Alleta membuat Nayen menggerutu. Tetapi mau tak mau mengikuti langkah Aletta, karna dirinya malas berdebat dan dia sangat mengantuk. Dia ini type yang tak bisa tidur larut malam. Jadi begini hasilnya, mengantuk. Bahkan ini belum seharin. Bagaimana nanti dikelas, semoga ia tak ketiduran. Amin, dan akhirnya Nayen dengan pasrah ditarik oleh Aletta begitu saja.
"Nay, lo make make up ya?" Tanya Rasga, teman sekelas Nayen yang duduk tepat dibelakangnya.
"Iya ga, aku keliatan dempul ya? atau aneh ya? tuh kan ta, Rasga aja sadar, gimana guru nanti?!" Serbu Nayen begitu saja kepada Aletta yang sedang santai memainkan gadgetnya.
Aletta langsung membalikan badanya kebelakang dan melototi Rasga. Membuat pria itu menjadi kikuk sambil tersenyum pelan.
"Eh ngga ko nay, lo ngga keliatan dembul maupun aneh. Malah lo keliatan nambah cantik," ucap Rasga sambil tersenyum malu. Aletta dan teman sebangku Rasga—Niko, mendengus.
"Iya muka lo ngga yang aneh-aneh ko. Malah sekarang lo lebih keliatan fresh daripada tadi pagi." Tiba-tiba Bima menghampiri meja Nayen dan main celetuk saja.
Nayen yang melihat kedatangan Bima, hanya menatap tajam pria itu sambil memajukan bibirnya sebal.
"Yaelah nay, masih ngambek aja sih lo! Maaf deh ya, lagian serius ko. Sekarang lo cantikan, dan tenang aja lo ngga keliatan kaya pake make up ko. Lo masih terlihat natural."
"Iyalah siapa dulu yan makeupin. Aletta gitu loh," ujar Aletta dengan bangganya. Dan yang lain mendengar seruan Aletta hanya memutar bolanya malas.
"Udah-udah, ada guru tuh masuk!" Seru Axel, masih fokus dengan contekan yang ia pegang.
"Yaudah balikin berarti buku aku xel, udah ada guru kan,"ucap Nayen.
"Iya sabar ya cantik, dikit lagi nih nanggu. Lo masa tega ngebiarin gue di hukum sama bu karung goni," jawab Axel sambil masih mencatat. Tatapanya masih serius ke buku catatannya, sampai yang lain hanya tertawa lucu melihat tingkah axel yang menulis terburu-buru seperti itu.
Waktunya istirahat. Sebagian siswa beramai-ramai tuk menuju kantin. Sama halnya dengan Aletta yang sudah memasang senyuman bahagia, tidak sabar untuk mengisi perutnya yang sudah berteriak kelaparan.
"Buruan nay, gue udah laper nih," ucap Aletta tak sabar.
Nayen yang masih membereskan bukunya hanya tersenyum tipis."Iya ta sebentar... Nih udah, yu!" Setelah itu Aletta menggandeng lengan Nayen sambil mereka berceletuk lucu menuju kantin.
"Mau beli apa nay? biar gue yang mesen," ucap Aletta saat mereka sudah sampai di kantin. Nayen terlihat berfikir sejenak."Gue bakso aja deh, kaya biasa ya ta," jawab Nayen. Dan Aletta membuat pola tanda OK ditanganya.
"Hai, sendiri aja?" Nayen yang sedang sibuk dengan hpnya mendongak dan melengkungan senyuman saat melihat seorang yang menyapanya ialah Raskan.
"Oh hai juga ka," jawab Nayen sambil tersenyum.
"Kamu sendirian aja?" Tanya Raskan.
"Ngga ko, aku sama Aletta, Tuh." Tunjuknya ke arah Aletta yang sedang memesan bakso. Raskan mengikuti arahan Nayen dan mengangguk samar.
"Mau gabung sama aku ngga makan sama teman-teman aku?" Ajak Raskan.
"Loh kamu udah punya teman disini toh ka?" Ledek Nayen membuat Raskan mencubit pipi Nayen gemes.
"Ya punya dong, tuh mereka disana! Kamu gabung yu." Nayen menatap ke arah kerumunan siswa di meja paling pojok kanan, yang merupakan teman-teman Raskan. Terdapat enam orang disana, terdiri dari lima cowo dan satu gadis yang Nayen lihat. Mereka terlihat sedang tertawa seru disana.
"Ngga deh makasih ka, aku sama Aletta disini aja." Tolak Nayen halus, tak mau membuat Raskan kecewa.
"Yah, kenapa?"
Nayen tersenyum sebelum menjawab."Gapapa ko, lain kali aja ya. Gapapa kan?" Bujuk Nayen dengan senyuman lembut. Berharap Raskan mengiyakan keinginannya.
"Jangan masang tampang gitu dong nay, kan aku jadi ngga kuat, AWW..." Raskan mengusap-usap lenganya yang baru saja dipukul Nayen dan akhirnya terkekeh bersama Nayen.
"Cubitan kamu sakit nay... Jahat!" Rajuk Raskan. Nayen melotot kaget dan menepuk lengan Raskan pelan sambil terkekeh."Lebay, kamu." Nayen memanyunkan bibirnya.
Lagi-lagi Raskan tertawa sambil mencubit kedua pipi Nayen dengan begitu gemas, sampai sang empunya mengaduh sakit."Yaudah, aku ke temen-temen aku dulu ya. Bye capar!" Ujar Raskan sambil ancang-ancang tuk kabur. Karna sedikit lagi Nayen yang sudah ingin mencubit dirinya. Masalahnya Cubitan Nayen tuh sadis!
"Caper?" Seru Nayen saat Raskan sudah berjalan jauh.
Raskan yang sudah berada di mejanya kembali, menoleh kebelakang."Calon pacar," Teriaknya sambil mengedipkan sebelah matanya. Membuat Nayen mendelik sebal campur malu karna kini semua orang langsung riuh dan tak banyak yang berbisik-bisik.
"Bikin ulah apa lagi si cowo gaje itu nay?" Celetuk Aleta, tiba-tiba datang sambil membawa makanan mereka.
"Ha?" Seru Nayen sambil menoleh cepat ke Aletta.
Aletta berdecak."Lupain, Lebih baik kita makan sekarang. Kalo dibahas yang ada kita ikutan gila kaya tuh cowo!" Jawab Aletta sambil memakan makanannya. Nayen hanya bisa mengangguk dan kembali menengok ke meja Raskan. Saat mendapati pria itu masih menatapi dirinya. Buru-buru dirinya membuang muka dan memakan makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What is love? [TAHAP REVISI]
Ficção AdolescenteGue harap lo ngaca, sebelum suka sama gue." Vano melemparkan sobekan kertas itu ke arah Nayen sebelum berjalan pergi dengan tatapan tajam nya, membuat Nayen memejamkan mata nya dengan perasaan sakit. Selepas Vano pergi. Nayen meneteskan setetes air...