Buru-buru Nayen menghabiskan makanannya. Hatinya bergemuruh hebat, mendapati pria yang sedari tadi menatapnya dengan aneh. Hati nayen bergemuruh hebat. Ya, Vano pria yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan yang tak bisa Nayen artikan. Setelah terlihat makanan Aletta habis, Nayen langsung menarik lengan Aletta.
"Lo apa-apaan sih nay?" Seru Aletta tak suka, baru saja ia ingin menyedot minumannya tapi keburu ditarik oleh Nayen.
"Aku gebelet ta, anterin aku ya,"jawab Nayen memasang ekspresi gundahnya membuat Aletta menghela napas.
"Udah sana cepetan! Gue tunggu sini aja ya," suruh Aletta saat mereka sampai didepan kamar mandi. Nayen mengangguk, buru-buru masuk ke kamar mandi. Saat sampai di dalam, bukanya buang air kecil. Dirinya malah menuju wastafel dan membasuh mukanya yang merasa panas. Nayen menatapi pantulan dirinya di cermin sambil memegang dadanya. Ia berfikir perasaan ini sudah hilang, tetapi ternyata dia salah. Jantung ini masih berfungsi saat berhubungan dengan Vano.
Saat merasa detakan jantungnya mulai perlahan tenang, Nayen berjalan keluar sambil membuang napas.
"Astaga!" Nayen terpaku saat melihat bukan Aletta yang ia lihat melainkan sosok Vano yang sedang berdiri didepannya.
"Loh, Aletta mana?" cicit Nayen pelan sambil menatap Vano.
Vano mengangkat sebelah alisnya."Sahabat lo yang bawel itu, yang lo maksud? Tadi gue liat dia kaya buru-buru, mangkanya gue kesini nyamperin lo," jawabnya santai.
"Apa?" Kagetnya.
Bukannya menjawab pertanyaan Nayen, Vano malah menarik lengan Nayen erat."Ikut gue!"
Panik, Matanya melotot tajam saat mendapati tanganya di genggam Vano. Apalagi ini jantungnya, sempat-sempatnya bermasalah dalam situasi seperti ini. Nayen masih menatap lenganya yang digenggam Vano sampai ia tak sadar kalo dirinya dan Vano sudah berhenti berjalan. Vano menatap Nayen sebentar sambil tersenyum kecil sebelum akhirnya berdeham. Membuat Nayen kaget dan tersadar, mukanya memerah saat mendapati dirinya sedang ditatap oleh Vano.
"Mmm... Vano? kamu mau apa ngajakin aku kesini?" Akhirnya Nayen membuka suara terlebih dahulu. Karna ia melihat tak ada tanda-tanda Vano akan membuka suara duluan.
"Jangan pernah deketin Raskan, ngerti?" Ucapnya dengan santai tetapi bermakna bagi Nayen.
"Kenapa? Kamu ngga ada hak buat ngatur aku ya Vano!"
Rahang Vano mengeras."Gue ngga perduli. Intinya gue ngga suka lo deketin sahabat gue. Jauhin dia, dan jangan pernah berdekatan sama dia lagi."
"Maaf Vano, aku ngga bisa. Kalo cuma ini yang mau kamu omongin ke aku. Aku duluan." Baru saja Nayen melangkah tetapi langsung dicengkal Vano. Mata Nayen membulat saat Vano menghimpitnya ke tembok.
"Vano, kamu apa-apaan!" Seru Nayen kaget.
"Bener-bener ya lo! Gue nyuruh lo buat jauhin Raskan, kenapa susah banget buat lo? Segitu berartinya kah dia buat lo?" Ucapan tajam Vano membuat Nayen takut. Ia hanya diam menatap Vano yang mengeluarkan ekspresi marah.
"Tapi kenapa? kenapa aku harus? Ngga ada alesan untuk aku jauhin Raskan van," ucap Nayen pelan sambil menatap Vano sendu.
Seolah tersihir dengan tatapan Nayen, Vano sedikit melonggarkan cengkaramannya di bahu Nayen."Gue ngga tau gue kenapa, tapi gue ngga suka saat lo deket sama cowo lain. Maupun itu sahabat gue sendiri," jawab Vano sambil menundukan kepalanya.
"Sebenernya apa maksud kamu Vano? Kenapa sekarang kamu bertingkah seolah-oleh peduli sama aku, saat aku sudah mulai bisa lupain kamu."
Mata Vano melotot, buru-buru ia berucap." Jangan! Jangan pernah berani ngelupain gue. Lo cuma boleh natap gue, hanya gue Nayen."
Rasanya Nayen ingin menangis saat ini juga."Kamu Ngga bisa egois van, aku ngga tau apa yang mempengaruhi otak kamu sampai-sampai kamu bertindak hal seperti ini. Tapi disini bukan cuma kamu yang ingin bahagia, akupun sama. Lagipula inget van kamu udah punya kekasih, dan ngga sepantasnya kamu bersikap ke gadis lain seperti ini. Jadi aku mohon mulai sekarang jauhin aku, anggap aku ngga pernah datang dalem hidup kamu." Setelah mengucapkan hal tersebut Nayen melepaskan cengkraman Vano dan berjalan meninggalkan Vano.
Tetapi lagi-lagi lengan Nayen dicengkram Vano. Vano membalikan tubuh Nayen dan lansung dikecup bibir mungil yang membuat Vano selalu gila itu. Perlahan Vano menggerakan bibirnya sambil mencengkram kedua sisi pinggang Nayen. Merasa Terbuai Nayen mulai ikut menggerakan bibirnya, waktu merasa berhenti disekitar mereka. Tanpa ada yang berniat berhenti mereka tetap menikmati ciuman tersebut seperti enggan untuk berhenti.
Sampai akhirnya Nayen tersadar dan langsung mendorong Vano kencang, Nayen terengah-engah sambil memegang dadanya. Vano hanya diam menatapi Nayen yang shock dengan kejadian barusan.
"Vano... Kamu!!" Napas Nayen tercekat." Jangan pernah temuin aku lagi Vano." Setelah mengucapkan hal itu Nayen langsung berlari meninggalkan Vano yang mengacak-acak rambutnya frustasi.
Dilain tempat, seseorang yang telah melihat kejadian yana barusan terjadi. Diam membeku sambil mengepalkan tanganya kencang."Dasar jalang!! Gue akan bikin perhitungan sama lo nay, karna berani-beraninya goda pacar gue," serunya sambil menahan amarah yang membuncah.
KAMU SEDANG MEMBACA
What is love? [TAHAP REVISI]
Fiksi RemajaGue harap lo ngaca, sebelum suka sama gue." Vano melemparkan sobekan kertas itu ke arah Nayen sebelum berjalan pergi dengan tatapan tajam nya, membuat Nayen memejamkan mata nya dengan perasaan sakit. Selepas Vano pergi. Nayen meneteskan setetes air...