"Dimana nay?" Ucap Alleta disebrang telfon.
"Aku lagi di kelas pelangi ta, ada apa?" Tanya Nayen sambil membenarkan letak handphonenya.
"Gue otw kesana." Setelah itu.
Nut..nut.nut..
"Loh? Ko dimatiin," gumam Nayen menatap layar handphonenya dengan bingung.
"Ka Nayen? Ayo... Kita mulai lagi ka." Teriak seorang gadis dari kejauhan.
"Iya ya sebentar, kaka kesana," jawab Nayen sambil menaruh handphonenya di saku celana.
"Maaf ya, tadi kaka angkat telfon sebentar," ucap Nayen saat sudah berada di depan anak-anak yang saat ini sudah menantinya.
"Emm... gapapa ka, ayoo kita lanjutin menggambarnya. Maya udah genggam pewarna nih dari tadi," ucap salah satu anak kecil dengan rambut pendeknya.
"Iya ka, ayo ka ayo... Aku udah ngga sabar nih mau menggambar,"
"Iya ka... Ayoo..." seru yang lainnya.
Nayen yang melihat itu hanya bisa tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.
"Yasudah ayoo, kita mulaiya pelajaran menggambarnya. Disini ada usul mau menggambar apa?" Tanya Nayen membuat semua anak kecil yang sedang duduk didepan Nayen berfikir.
"Aku mau gambar pantai."
"Aku mau gambar polisi, karna cita-cita aku menjadi polisi."
"Kalau aku...aku, aku mau menggambar matahari yang besarrrrr sekalii. Sebesar ini." Kedua tangan kecil itu bergerak-gerak seperti membentuk sebuah lingkaran. Bahkan mulutnya sampai ia kerucutkan ke depan sampai yang lain tertawa termaksud diriku. Tingkahnya sangat lucu membuat yang lain ikut tertawa.
"Astaga, mulut dan wajahmu sudah persis seperti matahari Agi, hahaha." Teriak salah satu temannya membuat Agi cemberut.
"Diamlah Boby, kau tak sadar bahwa lebar badanmu juga sama persisnya dengan matahari," ucap Agi sambil memeletkan lidahnya ke arah Boby. Setelah perkataan Agi yang lantang itu, membuat semua anak-anak disini tertawa. Bahkan mereka sampai saling mengejek.
"Diam! Aku tak segendut itu..." Boby cemberut sambil menatap Agi marah.
"Ekhm." Deheman Nayen yang cukup keras membuat mereka semua diam seketika. Nayen menatap satu persatu anak didiknya dengan wajah datar. Berusaha menakuti mereka. Walaupun ia hanya bercanda melakukan ini semua, tetapi ia sengaja melakukannya.
"Agi meminta maaflah pada Boby," suruh Nayen sambil menatap Agi.
"Tetapi ka, Boby duluan yang memulai," bela Agi.
"Agi apa yang sudah pernah kaka katakan sama kamu selama ini? Kamu masih ingat bukan?" Tanya Nayen.
"Masih ka," ucap Agi sambil menundukkan kepalanya.
"Kalau begitu, meminta maaflah. Boby kamupun harus meminta maaf. Karna kamu juga salah." Bisa Nayen lihat Agi yang mulai berjalan menghampiri Boby. Anak-anak yang lain hanya terdiam sambil menatap ke arah Agi dan Boby yang saat ini sudah berhadapan.
"Maafin Agi ya Bob." Tangan Agi terulur, dan disambut oleh Boby. Membuat senyuman kedua anak tersebut mengembang. Detik selanjutnya mereka berdua berpelukan sambil tertawa bersama membuat Nayen tersenyum haru melihatnya.
"Keren juga ya lo."
"Ekh." Nayen terkaget, mendengar suara dari arah sampingnya.
"Loh ta, sejak kapan disini." Nayen bertanya, dengan kedua matanya menatap Aletta yang saat ini sorot matanya mengarah ke kedua anak kecil yang masih berpelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
What is love? [TAHAP REVISI]
Teen FictionGue harap lo ngaca, sebelum suka sama gue." Vano melemparkan sobekan kertas itu ke arah Nayen sebelum berjalan pergi dengan tatapan tajam nya, membuat Nayen memejamkan mata nya dengan perasaan sakit. Selepas Vano pergi. Nayen meneteskan setetes air...