Salahkan Super Junior karena merilis Lo Siento sampai Pitik akhirnya memutuskan untuk publish lebih cepat!
. . .
Pukul 7 pagi, masih banyak orang yang ber-jogging di taman dan bus sekolah yang menghampiri anak-anak tepat di depan rumah mereka.
Pukul 8, para pegawai kantoran berangkat kerja. Bus kota jadi lebih ramai pada jam itu. Soonyoung yang notabene sedang berangkat ke kantornya juga ikut menjadi korban keramaian. Ia harus rela berdesak-desakan di bus sampai kantornya yang berjarak 5 halte dari apartemennya.
Jauh bila ingin berjalan kaki. Bus hanyalah satu-satunya transportasi andalan baginya.
Setelah sampai pada halte ke-5, Soonyoung melangkah turun dari sana dan berlari kecil menuju kantornya. Di kantor detektif memang tidak ada jam masuk yang pasti. Klien yang menentukan jam datang mereka. Dan sekarang Soonyoung sedikit terlambat untuk bertemu dengannya.
"Detektif Kwon!" seru seorang pemuda menghadanginya di jalan.
"Maaf, aku buru-buru," balasnya cepat langsung naik ke lantai dua dengan tangga. Menunggu lift sepertinya akan membuat kliennya menunggu lebih lama.
"Detektif Kwon!" seru pemuda itu lagi. Ia malah ikut mengejar Soonyoung hingga ke lantai dua, sampai Soonyoung masuk ke ruangannya sendiri.
"Detek—"
"Apa?" potong Soonyoung kemudian langsung berbalik dan menemukan pemuda dengan wajah asing.
Seumur-umur ia belum pernah melihatnya. Apa mungkin dia pegawai baru? Tapi seingatnya tidak ada lowongan pegawai baru bulan ini.
"Aku klienmu."
.
.
.la lágrima | tear
.
.
.Ada kilatan ketakutan dari manik pemuda itu. Ia adalah seorang utusan dari konglomerat kota itu, membawa kabar buruk mengenai tuannya. Nama pemuda itu adalah Jeon Jungkook, tapi ia minta dipanggil Pelayan Jeon saja.
"Lord Park memintaku untuk mencari seorang detektif terkemuka untuk memecahkan isi amplop ini," jelasnya saat mengambil tempat di kursi kayu dengan bantalan di bagian dudukannya.
"Kau datang ke tempat yang tepat. Ada yang bisa ku bantu?" tawar Soonyoung dengan narsisnya.
Pemuda itu tersenyum singkat menyadari kenarsisannya namun kemudian langsung menyodorkan sepucuk amplop cokelat bertali yang sudah dirobek pinggirannya.
Sebenarnya amplop cokelat bisa dibuka dengan rapi, namun entah kenapa yang ini malah dirobek.
Soonyoung tidak tahu, tapi hal itu perlu untuk dicatat dalam ingatannya.
"Isinya—"
Belum sempat pemuda itu menyelesaikan kata-katanya, Soonyoung sudah merogoh isi amplop itu, membuat pemuda itu terdiam.
Isinya hanya selembar kertas kecil, hanya robekan malah. Bila Konglomerat Park sendiri yang telah membukanya, mungkin ia akan murka karena bentuk surat ini sama sekali tidak menghargai dirinya.
Sekali lagi isinya adalah robekan kertas, bukan kertas HVS ukuran F4 atau A4.
Soonyoung menjepit robekan kertas itu dengan ujung telunjuk dan ibu jarinya, memperhatikannya dengan teliti, bagian depan, belakang, juga robekannya.
Robekannya memang asal tapi ini tidak dirobek dari tepian kertas karena seluruh pinggirannya tidak rata.
"Lord Park sendiri yang merobek pinggiran amplopnya karena tidak senang dengan isinya," tambah pemuda itu.
Soonyoung mengangguk mengiyakan. Sepertinya Lord Park yang menjadi kliennya ini punya emosi yang meledak-ledak.
Tapi melihat isi amplop itu, tidak heran memang kalau Lord Park marah. Isinya hanya satu huruf dan itu "B", ditulis dengan spidol kecil warna merah. Soonyoung bisa mengenali alat tulisnya dalam sekali lihat.
"B-bagaimana Detektif Kwon?" tanya Pelayan Jeon takut-takut.
"Mungkin ini sebuah potongan puzzle?" duga Soonyoung.
Tapi ia masih tetap memperhatikan kertas itu. Walaupun semakin lama dilihat, semakin membingungkan.
Warna merah sebenarnya memiliki banyak arti: cinta, amarah, emosi, atau mungkin sesuatu yang lain seperti nafsu.
Kedua manik Pelayan Jeon terus mengikuti bagaimana tangan Soonyoung bergerak sambil membawa robekan kertas itu. Ia mengangkatnya tinggi-tinggi sampai menaruhnya di depan hidung untuk mengendus aromanya. Tapi menurutnya, detektif itu sama bingungnya dengan dirinya walaupun dalam artian yang lebih berkelas.
Detektif Kwon bingung cara memecahkan teka-tekinya. Kalau ia memang bingung karena tidak mengerti apa-apa.
"Apa Lord Park memiliki jadwal untuk menghadiri acara tertentu dalam waktu dekat?" tanya Soonyoung. Mungkin saja ada kaitannya dengan robekan kertas ini.
Pelayan Jeon memasang gestur berpikir, menempelkan ujung telunjuknya pada pelipis kepalanya, kedua matanya melirik ke langit-langit. Setelah kurang lebih 60 detik berpikir, akhirnya ia menemukan jawabannya.
"Lord Park harus menghadiri rapat besar sore ini untuk membahas bisnis, tapi topik bahasannya merupakan rahasia jadi saya juga tidak tahu detilnya."
Soonyoung mengangguk mendengar penuturan Pelayan Jeon. Tapi ia menunggunya untuk bicara lagi karena nadanya menyiratkan bahwa masih ada jadwal yang ingin dibeberkannya.
"Besok malam Lord Park memiliki jadwal pesta di ballroom pusat kota. Itu jadwal regulernya karena beliau memang menyukai hal-hal seperti itu."
Mendadak bola lampu imajiner memberikan pencerahan di atas kebingungan Soonyoung.
"Itu pesta topeng."
.
.
.— continuará —
Ini embel-embelnya pake bahasa Spanyol berbekal Google Translate heheh
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Reconociéndote | SoonHoon
Fiksi Penggemar- 인식 (Recognizing) from PLOTTING - Seorang detektif ternama, Kwon Soonyoung ditugaskan untuk menyelidiki sebuah ancaman, namun semuanya telah tertata dengan baik hingga ia tak dapat mengenali eksekutornya sendiri Apakah dia benar-benar seorang wanit...