la cafeína | caffeine

1.9K 355 63
                                    

Ketagihan ngetik ff ini

--"

. . .

Sebuah pagi lagi di kota itu. Jarak dua hari setelah insiden ciuman sesama jenis. Semalaman juga Soonyoung pusing memikirkannya.

Kenapa ia tidak mengelaknya?

Kwon adalah orang normal. Ia masih bisa jatuh cinta pada seorang wanita dua hari yang lalu.

"Aku normal," doktrin Soonyoung pada dirinya sendiri untuk ke sekian kalinya hari ini.

Ia memijat pelipisnya pelan sambil berjalan masuk ke coffee shop. Tempat yang biasa dikunjunginya setiap pagi sebelum ke kantornya. Soonyoung berdiri dalam antrian. Tinggal 2 pelanggan lagi sampai ia berdiri di hadapan kasir.

"Aa—"

"Flat white tanpa foam?" potong petugas kasirnya.

Soonyoung tersentak dan mengingat perkataan terakhir laki-laki itu semalam. Ia tahu apa yang selalu dipesannya. Berarti ia mungkin berada di sini, mengawasinya dari titik buta.

Soonyoung mendongak dan memperhatikan wajah kasir itu. Sejenak ia merasa lega karena si kasir adalah seorang perempuan. Agak cabul bila diceritakan, namun ia memang melihat dadanya sekilas untuk memastikan.

"Benar," balas Soonyoung mengiyakan.

Petugas kasir itu langsung mengangguk singkat dan mengambil pesanannya. Soonyoung membayar pesanannya itu dan berjalan ke kursi biasa ia duduk. Kursi yang sama dengan kemarin.

Kursi itu terletak di dekat dinding kaca, di samping pintu masuk. Soonyoung biasa menikmati kopinya sambil memperhatikan orang-orang yang lewat di depan kedai.

"Aku duluan, Sooyoung-ah," seru suara dari belakangnya.

Mungkin seorang pegawai paruh waktu yang akan mengakhiri shift.

"Ne, Jihoon-ah," balas pegawai yang lain.

Soonyoung melirik ke belakang sekilas, menemukan bahwa Sooyoung adalah nama kasir yang melayaninya barusan dan Jihoon adalah laki-laki pegawai paruh waktu yang baru saja mengakhiri shift.

Merasa tidak ada sesuatu yang perlu diperhatikannya lagi, Soonyoung mengalihkan perhatian pada gelas styrofoam berisi flat white miliknya. Ia menyesapnya sedikit lagi sambil mendongak ke dinding kaca.

Sekilas ia melihat pegawai paruh waktu yang barusan keluar itu sedang memperhatikannya. Sebuah tatapan yang intens, membangkitkan rasa penasarannya.

.
.
.

la cafeina | caffeine

.
.
.

Dihempaskannya Min ke atas ranjang. Ia merasakan tubuhnya meremang karena Park tidak memberi jeda di setiap perlakuannya.

"Kau harus bertanggung jawab. Kau yang menyarankan pesta itu." Suara serak Park memenuhi indera pendengarannya.

Min membiarkan Park berada di atas tubuhnya, menatapnya penuh intimidasi tanpa perlawanan. Sebagaimana kerasnya ia memberontak, tidak akan ada gunanya di kemudian hari. Park hanya akan menyakitinya semakin dalam.

Lagipula, ia adalah kepala pelayan Park, tugasnya juga untuk melayaninya. Itu doktrin Park saat pengangkatannya.

Tanpa aba-aba, Park menyerangnya lagi, mengigit bibir Min dengan kasar. Ia ingin Min menjadi pelampiasan kekesalannya sekarang juga dan hal itu mutlak harus dipenuhi.

Min merasa seakan dirinya berubah masokis bila disandingkan dengan Park. Tapi hanya ini yang dapat dilakukannya. Setidaknya ia dapat menjaga Park untuk tidak mengamuk di luar sana. Biarkan dia saja yang menanggung semuanya.

"Kau pria tapi aku menyukai tubuhmu," bisik Park sensual di telinganya.

Min bisa menebak bahwa daun telinganya sedang memerah sekarang. Ia terbiasa mendengar bisikan sensual itu dan makin menyukainya seiring berjalannya waktu. Ia juga semakin paham mengapa banyak wanita yang rela menjalani hubungan one-night-stand bersamanya.

"Kau tahu aku tidak akan berlaku lembut sekarang?"

Min mengigit bibir bawahnya kemudian mengangguk. Ancaman yang baru terlontar dari bibir Park membuat seluruh tubuhnya menegang.

"Jadilah partner yang baik malam ini."

. . .

Rasa penasaran menuntun Soonyoung keluar dari kedai kopi langganannya itu, juga bolos ke kantor. Sebuah kelegaan karena ia tidak memiliki klien lain selain Lord Park. Anggap saja ini bagian dari penuntasan kasus Lord Park.

Ia sedang menjadi penguntit sekarang, seorang laki-laki pekerja paruh waktu kedai kopi langganannya. Sampai detik ini, Soonyoung masih menduga bahwa pegawai itu belum tahu kalau ia sedang diikuti.

Tunggu, siapa namanya tadi?
Jihoon?

Beberapa detik memikirkan namanya, membuat targetnya hilang. Sama seperti pengejaran Pelayan Jeon di kediaman Lord Park waktu itu.

"Sial," gusar Kwon menghentikan langkahnya.

Ia harus menunda tindakan menguntitnya sekarang juga.

.
.
.

continuará

[ SEKILAS INFO ]

Lord Park itu Park Jimin, gaess

dan Min itu Min Yoongi (Suga)

sebenernya Pitik mau milih cast dari SEVENTEEN, terus yg jadi Lord Park adalah S.Coups tapi Pitik sudah sering membuatnya jadi jahad

Jadi, ya sudahlah...

[√] Reconociéndote | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang