el rojo | red

2.2K 394 43
                                    

Happy SoonHoon Day!

Hari ini beneran kah?
-180415-

. . .

Bibir itu berwarna merah, semerah gaun yang dikenakannya.

Walaupun Soonyoung tidak dapat melihat keseluruhan wajahnya karena tertutup topeng, ia masih dapat merasakan bahwa wanita itu sangat cantik, sangat menawan.

Sentuhan ujung-ujung jarinya saat bertemu dengan tengkuknya membuat Soonyoung terlena. Ia jatuh terlalu dalam.

"Ya, aku menunggumu," balasnya kemudian, mengakui hasrat yang dipendamnya sejak wanita itu menginjakkan kakinya di lantai dansa.

Mungkin Soonyoung masih ragu dengan dugaan "B untuk ballroom". Tapi analisisnya soal warna merah sangat tepat.

Cinta,

amarah,

emosi,

atau nafsu?

.
.
.

el rojo | red

.
.
.

Musik klasik masih terus mengalun di dalam sana. Sementara Detektif Kwon sendiri masih berusaha untuk mengatur tempo pernafasannya sesuai musik, lebih pelan.

Ia gugup bila berhadapan dengan wanita ini. Lebih daripada gugup, ia bingung harus meletakkan hasratnya di mana.

"Ini pergantian yang terakhir," bisiknya lagi dengan suara lembut yang mampu membuat Soonyoung terbang ke langit ketujuh.

Bila saja ia bisa, maka ia ingin menarik wanita ini ke tempat lain, jauh dari sini agar mereka dapat menghabiskan waktu berdua saja.

Wanita itu menggamit kedua tangan Soonyoung, mengajaknya berdansa seiring musiknya masih mengalun. Ia menaruh tangan Soonyoung di pinggangnya lalu menaruh tangannya sendiri di pundak Soonyoung, menciptakan sebuah gerakan dasar dansa.

Kaki mereka berdua bergerak maju mundur, mengikuti alunan musik. Keinginan Soonyoung kembali terkabul saat wanita itu berputar dan ia menangkap tubuhnya, membuat wajah mereka hampir tidak berjarak satu sama lain.

Saat ini kedua matanya hanya terfokus pada bibir nan menggoda di depan wajahnya. Ia ingin mencuri sebuah ciuman di sana.

Seakan membaca pikiran Soonyoung, wanita itu meraih tengkuknya dan menempelkan bibirnya sendiri pada milik Soonyoung. Soonyoung membalasnya, membiarkan bibir mereka berdua bertaut agak lama sementara ia membawa wanita itu semakin erat ke dalam pelukannya.

Pada saat yang sama terdengar suara tembakan dari balkon atas.

Soonyoung tersentak dan menghentikan pertautan bibir mereka. Ia juga melepaskan pelukannya dan langsung mencari Lord Park dalam kerumunan. Lord Park masih berdiri di tempatnya, baik-baik saja walaupun wajahnya memucat karena takut.

Kemudian Soonyoung melirik ke balkon atas, tempat sumber tembakan berasal. Tidak ada siapa-siapa di sana. Pelakunya pasti sudah kabur terlebih dahulu. Sekarang tinggal mengecek kondisi lain yang mungkin akan mengancam keselamatan Lord Park.

Tapi tidak ada apa-apa. Suara tembakan barusan sepertinya hanya pengecoh saja, tidak memakai peluru.

Namun ketika Soonyoung kembali ke posisinya dan mencari wanita bergaun merah tadi, ia sudah lenyap. Bahkan sebelum Soonyoung sempat menanyakan namanya.

Sekarang ia gagal mencari clue baru dan melewatkan kesempatannya untuk mengenal wanita bergaun merah tadi lebih jauh.

Soonyoung memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jasnya, sebuah pose untuk menutupi kesalahan yang baru saja dilakukannya. Namun di dalam sakunya ada sebuah benda asing. Asing karena sebelumnya saku  itu tidak terisi apapun.

Detektif itu memperhatikan sekelilingnya sekilas sebelum akhirnya ia menepi dan mengeluarkan benda asing di saku jasnya itu.

Ternyata sebuah robekan kertas lagi, potongan puzzle yang hilang. Entah benar-benar puzzle atau mereka sama sekali tidak memiliki hubungan. Yang jelas, ini bisa jadi sebuah clue baru yang harus dipecahkan segera.

Robekan kertas itu memiliki satu sisi yang rata dan isinya sama persis dengan yang sebelumnya, huruf "B" dengan tinta merah.

Apa wanita bergaun merah yang melakukannya?

. . .


"Kau berhasil mengalihkan perhatian detektif bodoh itu," puji sosok pria yang sedang duduk di tepian ranjang.

Yang dipuji hanya menyeringai pelan sambil menanggalkan gaun merah yang baru saja dipakainya. Ia membiarkan pria di tepian ranjang itu melihat tubuh polosnya yang hanya tertutupi celana pendek dan bergegas naik ke ranjangnya, berbaring dengan selimut.

Pria tadi mengelus-elus surainya pelan, sesekali tersenyum bangga. Sosok yang dipuji barusan tengah berbaring membelakangi pria itu, meraba-raba bekas ciuman di bibirnya. Ia masih mengingat bagaimana seorang detektif yang dibilang bodoh itu menyambut ciumannya.

Singkat namun sangat menyenangkan.

"Tidak akan ada yang mengira bahwa kau adalah seorang pria."

Pria itu berhenti mengelus surainya dan beranjak dari sana, keluar dari kamar itu.

"Selamat tidur, Jihoon-ah," ujarnya sambil menutup pintunya kembali, membiarkan pionnya itu beristirahat sejenak.

.
.
.

continuará —

[√] Reconociéndote | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang