la mujer | woman

1.6K 317 23
                                    

Sepasang kaki itu berlari menyusuri jalan dalam ingatannya, melewati kedai kopi yang biasa disinggahinya setiap pagi. Kwon sedang terfokus pada satu hal sekarang: mencari Lee Jihoon.

Sejak awal ia sudah curiga dengan kehadiran laki-laki itu dalam hidupnya. Ketika ia meliriknya dari luar dinding transparan dengan intens, juga panggilan 'Tuan flat white tanpa foam' yang diutarakan laki-laki di pesta kediaman Park.

Jangan lupakan juga ucapan Jihoon mengenai bibirnya, walaupun Soonyoung geli setengah mati mengingatnya.

Tinggal dua misteri yang masih belum terpecahkan, robekan kertas dan—

—wanita bergaun merah itu.

Siapa dia?

.

.

.

la mujer | woman

.

.

.

Lord Park tersadar di atas sebuah permukaan empuk pagi itu dan menemukan kepala pelayannya berdiri di samping ranjangnya, seakan menungguinya sejak semalam.

Seingatnya ia menghabiskan waktu bersama Kim dan alkohol. Mungkin ia terlalu mabuk hingga tidak menyadari Kim sudah pulang— hmm dan seseorang mengantar Park ke kamarnya. Kalau boleh menebak maka pengantar itu adalah Kepala Pelayan Min yang masih setia berdiri di tempatnya.

Park dapat melihat kantung matanya karena berjaga semalaman.

"Keluar dari kamarku!" usir Park, membuat 5 orang pelayan selain Min yang berada di kamar itu tersentak.

Kepala Pelayan Min seperti biasa tetap tenang dan menundukkan kepalanya sejenak sebelum pergi dari sana. Kelima pelayan lainnya juga keluar dari kamar itu, mengekori ketua mereka.

Tapi sebelum Min sempat melewati pintu kayu ke dunia luar, Park sudah memberikan sebuah perintah baru.

"Semuanya kecuali kau, Min."

. . .

Lee Jihoon baru saja kembali dari pekerjaan paruh waktunya. Ia mendapat shift malam seperti biasa dan bertugas menjaga barang-barang di gudang kedai. Sekarang saatnya untuk pulang.

Hari Minggu ini, Jihoon cukup tahu bahwa para pegawai kantoran sedang menikmati libur mereka. Jadi ia tidak heran ketika Detektif Kwon tidak sedang duduk di kursi langganannya pagi ini.

Sebelum mencapai gedung, Jihoon merogoh saku celananya untuk mencari kunci kamar sambil terus berjalan. Namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok pria sedang bersandar di depan pintu kamarnya, menunggu kehadirannya.

"Siapa?" sapa Jihoon berjalan mendekati sosok itu.

"Kau baru pulang?" balas sosok itu balik bertanya.

Sosok itu berbalik menoleh Jihoon, menunjukkan wajahnya seiring Jihoon menundukkan kepalanya hormat. Sosok yang sedang berada di hadapannya ini adalah tuannya, yang mendalangi semuanya. Termasuk suara tembakan di ballroom beberapa hari yang lalu juga menyuruhnya untuk mengalihkan perhatian Detektif Kwon.

"Minggu depan akan ada acara lagi di ballroom kota," ujarnya berjalan mendekati Jihoon kemudian berbisik, "Kau tahu apa yang harus kau lakukan."

Bibir Jihoon membentuk sebuah seringai di belakang sosok itu. Ekspresi senang karena akhirnya ia bisa mengakhiri tugasnya dalam waktu dekat.

. . .

Setelah mencari kembali kediaman Jihoon berdasarkan ingatanya, akhirnya Soonyoung berhasil sampai di sana. Dengan segera ia berhambur masuk dan menuju kamar Jihoon.

Selama perjalanannya ke sana, ia sudah merumuskan beberapa pertanyaan yang akan diutarakannya. Bila Jihoon menjawab semuanya, maka kasus ini dapat tercerahkan dan selesai dengan cepat.

Tapi apa yang ditemukan Kwon sekarang tidak tampak seperti apa yang dipikirkannya. Pintu kamar laki-laki itu terbuka dan tidak ada apapun di dalamnya. Di belakang Kwon, seorang pembersih kamar malah memintanya untuk berseger karena menghalangi jalan masuknya.

Lee Jihoon menghilang. Dia kabur.

. . .

Setelah insiden kaburnya petunjuk penting itu, pikiran Soonyoung kembali buntu. Satu-satunya hal yang ia miliki sekarang hanya robekan kertas dengan huruf "B", "A", dan "B". Penggabungan tiga huruf itu juga tidak memberikan arti apapun.

Yang bisa dilakukan Kwon sekarang hanyalah berdiam diri di kantornya, memijat pelipisnya sendiri sambil berpikir.

Saat jarum panjang jam di kantornya itu bergeser ke angka 12, tiba-tiba pintu ruangan itu diketuk dari luar.

"Masuk," ujar Soonyoung.

Perlahan daun pintu itu terbuka dan memperlihatkan Pelayan Jeon dengan senyum kelincinya.

Apakah ada kabar lagi dari Lord Park?

"Permisi, Detektif Kwon. Lord Park menugaskanku untuk memberitahu jadwalnya selama minggu ini. Mungkin akan berguna untuk penyelidikan ini," ujar Pelayan Jeon.

Soonyoung mengangguk dan mempersilakan pemuda itu duduk di hadapannya. Pelayan itu benar-benar membeberkan semua kegiatan tuannya minggu ini. Mulai dari rapat perusahaan hingga kunjungan ke panti asuhan. Namun Kwon tidak berpikir kedua hal itu bisa mengantarkannya untuk bertemu Jihoon.

Ia menduga Jihoon tidak akan muncul di acara-acara serius seperti rapat perusahaan dan event amal. Ia akan muncul di acara yang melibatkan banyak orang atau acara yang diadakan secara privat di kediaman Park di mana semakin mudah mencari celah untuk melakukan hal buruk pada kliennya itu.

"Apa tidak ada jadwal yang lain?" tanya Soonyoung lagi.

Pelayan Jeon menganggukkan kepalanya, "Ada. Tapi Detektif Kwon pasti sudah bosan mendengar agenda ini."

"Apa itu?"

"Sebuah pesta lagi di ballroom kota minggu depan."

.
.
.

continuará

Orang kaya mah bebas. Pesta tiga kali seminggu udah biasa, ya, kan?
- Park Jimin

[√] Reconociéndote | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang