el plan | plan

1.7K 326 34
                                    

Updet ini mulu, ea??

Gpp wkwk

. . .

"Permisi," seru Pelayan Jeon di depan kantor polisi.

Alasan mengapa ia berada di sini adalah karena kantor Detektif Kwon ada di dalam kantor polisi, di lantai dua.

"Ya?" sahut seorang petugas keluar dari kantor untuk menghampiri Pelayan Jeon.

"Apakah Detektif Kwon di dalam?" tanya Pelayan Jeon dengan wajah polos memelasnya.

Petugas itu mengerutkan dahinya, mengingat-ingat beberapa hal sejenak. Kemudian ia melirik arloji di tangannya, melihat dua jarum jam yang menunjukkan pukul 8 pagi.

"Aku belum melihatnya sejak tadi. Mungkin ia sedang minum kopi di kedai perempatan jalan yang biasanya," balas petugas itu.

Pelayan Jeon berterima kasih atas informasi itu. Lain kali mungkin sebaiknya ia ke sana saja untuk mencari Detektif Kwon, tidak usah ke kantor polisi terlebih dahulu.

Satu lagi, alasannya ke kantor polisi bukan hanya itu saja. Akan ada perayaan besar lagi di kediaman Lord Park dan Detektif Kwon harus berada di sana dan lanjut menyelidiki robekan kertas yang kemarin-kemarin.

Tapi saat ia sampai di kedai kopi yang dimaksud, Detektif Kwon tidak ada di dalam. Tidak ada satupun dari antara pengunjung kafe.

Ke mana lagi ia harus mencari?

.

.

.

el plan | plan

.

.

.

Detektif Kwon yang sedang dicari oleh Pelayan Jeon masih terjebak di antara kamar yang terkunci dan laki-laki agresif yang sedang duduk di atas pahanya sambil memeluk lehernya, membisikkan kata-kata seduktif di telinganya.

Terakhir ia bilang ingin mencicipi bibirnya lagi. Bukankah itu berarti ia pernah mencicipinya? Tapi satu-satunya lelaki yang pernah menciumnya adalah seseorang dari pesta di kediaman Lord Park tempo hari.

Berarti mereka orang yang sama.

Akhirnya penyelidikan ini berbuah hasil juga. Kwon harus mensyukuri satu hal ini untuk sekarang.

"Bolehkah?"

Tapi hanya satu hal itu saja yang pantas ia syukuri. Saat ini ia tengah berperang dengan orientasinya sendiri. Suara laki-laki di pangkuannya ini benar-benar membuatnya terlena.

Jantungnya berdebar-debar saat sosok itu mendekatkan wajahnya ke depan wajah Soonyoung, menempelkan ujung hidung mereka berdua.

"Babo!" umpatnya.

Sesaat kemudian ia beranjak dari pangkuan Soonyoung dan berdiri di lantai.

"Aku memang ketagihan berciuman denganmu dan ingin menahanmu lebih lama di sini, tapi aku tak akan melakukannya sekarang," jelasnya kemudian berbalik menghadap lemari pakaian dan melepas atasannya sendiri tanpa mempedulikan kehadiran Soonyoung.

[√] Reconociéndote | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang