la despedida | farewell

1.9K 294 4
                                    

Kwon berlari seakan ini hari terakhirnya hidup, sangat terburu-buru. Bahkan ia sudah tidak peduli bagaimana rupa berantakan rambutnya serta noda merah di sekitar bibirnya.

Kedua kakinya berhenti tepat di samping sebuah pilar, berdiri tegap. Matanya memperhatikan betapa kacaunya pesta ini setelah beberapa menit ditinggal.

Ia menemukan lampu gantung mewah yang semula berada di langit-langit, kini sudah teronggok di lantai. Para tamu sudah berhambur keluar tak beraturan, membuat Kwon sulit untuk menemukan keberadaan kliennya.

Sampai tiba-tiba wanita dengan gaun hijau toska tertangkap oleh indera penglihatan Soonyoung, wanita yang bersama dengan kliennya saat terakhir mengawasinya.

Dengan segera, Soonyoung bergerak mendekatinya, membuatnya tetap berada dalam jarak pandang. Berharap wanita itu akan menuntunnya pada Lord Park.

.

.

.

la despedida | farewell

.

.

.

Wanita bergaun hijau toska itu menuntunnya berjalan keluar ballroom. Kwon masih mengikutinya sembunyi-sembunyi, kedua kakinya menuruni tangga ke arah jalan raya dengan perlahan agar wanita itu tidak menyadari keberadaannya.

Di persimpangan jalan, wanita itu tiba-tiba dihadang oleh seseorang. Dengan segera Soonyoung bersembunyi di balik sebuah gang dan menajamkan pendengarannya.

"Aku kehilangan dia," ujar wanita itu dengan nada panik.

Jarak beberapa detik, sosok yang menghadangnya memberikan balasan, "Tuan besar sudah menahannya di atap sekarang. Kau pulanglah! Jangan sampai ada yang menemukanmu."

Siapa? Apa mereka sedang membicarakan Lord Park?

Soonyoung ingin sekali mengintip wanita dan sosok yang menghadangnya itu, namun ia harus menemukan timing yang pas agar tidak tertangkap.

Beberapa menit setelah percakapan itu, terdengar suara langkah kaki yang semakin menjauh. Detektif yang bersembunyi itu mencondongkan kepalanya, mengintip apa yang sedang terjadi dan ternyata kedua sosok itu sudah berjalan menjauh.

Otaknya mendadak berjalan dengan aktif sekarang, berpikir kemungkinan-kemungkinan yang telah terjadi. Seseorang, pemimpin mereka semua, telah membawa seseorang lainnya ke atas atap untuk menahannya.

Tuan besar?

Tapi atap yang mana?

Soonyoung berdiam diri sejenak. Kali ini ia harus membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa ia benar-benar detektif, memiliki intelegensi yang tinggi, dan tidak sebodoh yang Jihoon tetapkan.

Kalau Lord Park sedang disudutkan sekarang, maka hal terakhir yang bisa membuatnya berguna dalam kasus ini adalah menyelamatkannya. Apapun yang terjadi.

Setelah beberapa menit berpikir, Soonyoung sudah memutuskan tempat mana yang akan ia tuju setelah ini.

"Kembali ke ballroom," cetusnya kemudian berhambur keluar dari tempat persembunyian.

Sekembalinya ke tempat pesta, kondisinya sudah tidak sericuh tadi. Mereka semua, para undangan kebanyakan sudah kembali ke kediaman mereka masing-masing, memilih untuk menyelamatkan diri sementara Soonyoung kembali ke tempat ini, mencari kebenarannya.

Entah sudah ada yang menghubungi polisi atau belum, tapi Soonyoung memilih untuk naik tangga ke sisi atas ballroom terlebih dahulu untuk melihat-lihat, sekalian mencari jalan agar bisa sampai ke atas atap yang datar, di sekitar kubah. Ia harus memastikan keadaan kliennya terlebih dahulu.

Di tengah perjalanannya, ia mendengar suara langkah kaki beberapa orang. Kedua maniknya mencari celah lagi untuk bersembunyi di sekitar sana. Kwon menemukan sebuah pilar dan berdiri tegap di belakangnya, menunggu hingga suara langkah kaki-kaki itu semakin menjauh. Cukup berbahaya bila ia harus menghadapi beberapa orang itu dengan tangan kosong.

Siapa yang tahu mereka teman atau musuh?

"Di mana tuan besar sekarang?" bisik salah seorang mereka.

Soonyoung bisa mendengar pertanyaan itu, hanya pertanyaan itu saja namun ia tidak dapat menangkap jawabannya. Tanpa sadar ia melangkahkan kakinya keluar pilar persembunyian hanya demi jawaban itu.

"... lift di tengah lorong."

Ekh, hanya itu?

"Orang luar!" seru seseorang dari mereka menodongkan senjata ke arah Soonyoung.

Soonyoung mendongak, melirik sosok itu. Sebaiknya ia tidak menunjukkan kelemahannya sekarang dengan memasang ekspresi takut. Karena itu ia memasang wajah meremehkan.

"Siapa kau?" serunya lagi dengan suara menggelegar.

Untung saja yang mengarahkan senjata padanya hanya satu orang.

 Sosok yang sejak tadi bicara padanya berjalan keluar dari kerumunan. Ia mendekatkan moncong senjatanya itu pada kening Soonyoung. Pelipisnya mendadak berkeringat sekarang. Kwon harus segera mencari jalan keluar. Ia masih ingin hidup besok.

"Jawab pertanyaan— ouch!"

DOR!!

Barusan dengan kecepatan kilat, Soonyoung menendang tulang kering sosok itu dan segera menunduk untuk menghindari peluru yang ditembakkan beberapa detik setelahnya sebagai refleks perlindungan diri. Ia segera meraih senjata yang tergeletak di lantai dan gantian menodongkannya pada sosok tadi.

"Siapa tuan besar yang kalian maksud?" tanya Soonyoung balik dengan nada dingin.

Sebenarnya ia ingin menciutkan nyali beberapa orang yang tersisa dalam kelompok tersebut namun mereka malah mengambil sesuatu di dalam saku masing-masing dan menodongkannya ke arah Soonyoung.

"Sial!" umpatnya.

"Kami tidak bisa memberitahukannya," decih sosok yang barusan ditendang oleh Soonyoung.

Ya, bisa dibilang kalau ia sedang terjebak dan tidak bisa kabur sekarang kecuali ia berbalik turun tangga. Itupun kalau mereka berbaik hati menyimpan senjata kembali ke dalam saku.

DOR!! DOR!! DOR!!

Mendadak suara tiga kali tembakan terdengar dari belakangnya. Ketiga dengan tepat mengenai kaki penodong senjata di depan Soonyoung. 

DOR!! Satu tembakan lagi di kaki sosok yang berada di dekat Soonyoung. 

Sosok itu ambruk ke lantai, meratapi kakinya yang baru saja tertembus peluru entah dari mana asalnya. Ternyata penembak itu berada di lantai dua juga, bersembunyi di balik pilar lainnya. Ia segera keluar dari pilar itu dan menarik tangan Soonyoung yang tidak sedang memegang senjata, mengajaknya berlari dari sana.

Mereka berlari ke sisi lain lantai dua, tempat yang menurut orang itu bebas dari penjagaan. Sejak tadi Soonyoung tidak sempat melihat wajahnya karena ia langsung berlari tepat setelah sosok itu muncul. Saat berlari pun, Soonyoung lebih memperhatikan kondisi sekitar mereka daripada pemilik tangan yang sedang menariknya itu.

"Untung saja aku benar-benar datang kali ini," ujar orang itu berbalik menghadap Soonyoung.

Dia bukan sosok yang asing. Kwon jelas mengenalinya.

"Untung saja, Pelayan Jeon."

.
.
.

continuará

[√] Reconociéndote | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang