Beberapa detik sudah berlalu sejak pertanyaan wanita bergaun merah meluncur dari bibirnya, sebuah hal yang menjadi fokus kedua manik Kwon saat ini.
Bibir itu.
Kwon masih terdiam, mengabaikan uluran tangannya. Ia sedang tidak percaya saja kalau wanita yang menarik atensinya akan muncul di tempat yang sama seperti sebelumnya.
Seperti sebuah takdir.
"Kwon Soonyoung-ssi, apakah kau akan menerima ajakanku?" ujarnya lagi.
Kwon sangat menyukai bagaimana bibir merah merona itu bergerak menyebut namanya. Sangat menawan, sangat menggoda, apapun yang dilakukannya.
Wanita itu membentuk sebuah seringai senang di bibirnya setelah melontarkan pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya. Kwon sedang tertarik padanya. Siapa yang tidak senang bila menerima afeksi? Apalagi sebuah tatapan haus dari seorang detektif ternama di kota.
Tanpa berpikir panjang, Kwon langsung beranjak dari sofanya dan merangkul pinggang wanitanya itu. Wanita bergaun merah itu mendongak, memangkas jarak di antara wajah mereka. Ia dapat melihat wajah detektif itu dari dekat, namun Kwon tetap tidak bisa mengenalinya.
Karena topeng ini.
"Ini bukan pesta topeng," ujar Kwon pelan. Lebih terdengar seperti bisikan seduktif di telinga wanita itu.
Tapi ia menyukainya.
"Agar kau bisa mengenaliku," balasnya kemudian mengecup bibir di hadapannya singkat.
Belum sempat Soonyoung menikmati miliknya, wanita itu sudah menariknya kembali. Benar-benar seperti sebuah teaser, membuatmu penasaran hingga tingkat tertinggi namun hanya sesaat karena ukurannya memang pendek.
Kwon merasa sudah gila.
"Bawa aku pergi ke mana hasratmu menuntun."
.
.
.
la estupidez | stupidity
.
.
.
Ke mana hasrat Soonyoung menuntun?
Jawabannya sangat mudah.
Mereka sekarang berada di sisi tersepi ballroom di mana mereka bisa memiliki sebuah privasi, hanya berdua.
Soonyoung dan Jihoon.
Dinding tempat sosok itu bersandar baru saja ditepuk telapak tangan Soonyoung. Ia melangkah maju dan menempatkan Jihoon di antara dinding dan tubuhnya.
Jihoon, wanita bergaun merah, sosok yang selama ini mencuri atensinya. Baru disadari Soonyoung beberapa detik terakhir.
"Babo," ujar Soonyoung lebih terdengar seperti umpatan namun sosok di hadapannya ini tidak menampilkan perubahan ekspresi.
"Apa aku benar? Robekan kertas itu harusnya membentuk kata itu, bukan?"
Sosok itu hanya balas menyeringai.
"Apa kau sedang mempermainkanku?"
Jihoon masih menyeringai, kali ini ditambah sebuah tatapan penuh arti. Bahkan Soonyoung sendiri bingung bagaimana mengartikannya.
Apakah itu sebuah tatapan tajam, sebuah ekspresi senang, atau ia sedang menggodanya?
Ada apa dengan dugaan terakhirnya?
"Aku merasa gila sekarang," aku Soonyoung, masih mengunci Jihoon di antara tubuhnya dan dinding ballroom.
"Kau mulai kehilangan kenormalanmu," balas Jihoon dengan suara yang sama yang mampu membuatnya terbang ke langit ketujuh.
"It's getting obvious."
Sebelum memberikan sebuah balasan, Jihoon menyempatkan diri untuk tersenyum penuh kemenangan.
"Apa yang berniat kau lakukan dengan menahanku pada posisi seperti ini?"Soonyoung menelan ludahnya. Sosok di hadapannya seolah sudah siap mewujudkan semua fantasinya saat ini juga.
"Sesuatu," bisik Soonyoung, membuat pucuk hidung mereka menempel satu sama lain.
"I have a big expectation."
"You must," ucap Soonyoung untuk yang terakhir kali sebelum ia melepas topeng yang menutupi area di sekitar mata indah itu dan membuangnya ke lantai. Kemudian atas keinginannya sendiri, ia menyatukan bibirnya dengan milik Jihoon.
Sebelumnya ia belum pernah merasakan ciuman semanis ini. Lebih adiktif dari flat white yang diteguknya setiap pagi. Ia menyesapnya pelan, kadang menimbukan bunyi kecapan. Namun suara itu terdengar seperti melodi yang indah, membuat benaknya terbuai.
Ia benar-benar larut dalam kegiatan intim bersama Lee Jihoon. Walaupun kenormalannya yang menjadi korban. Soonyoung merasa tidak normal sekarang, sepenuhnya. Namun ketidaknormalan itu menciptakan sebuah kenikmatan yang belum pernah ia rasakan, sesuatu yang baru dan membuatnya ingin bereksplorasi di dalamnya.
Tangannya sudah menyusup ke belakang punggung Jihoon, menarik resleting gaunnya ke bawah hingga batas pinggangnya. Sebelah tangannya, sudah tidak lagi bersandar pada dinding, dengan cekatan menurunkan bagian atas gaunnya, mengekspos leher mulus Jihoon.
Soonyoung menaruh tangannya di belakang tengkuk Jihoon dan memindahkan bibirnya ke permukaan leher Jihoon. Ia menyesap setiap inchinya dan memberikan bekas kemerahan di sana sekaligus sensasi geli pada saraf Jihoon. Beberapa kali Jihoon mendesah pelan, membangkitkan jiwa petualangan Soonyoung.
Kecupan demi kecupan terus mendarat di permukaan tubuh Jihoon yang terekspos hingga bibir Soonyoung mendarat di sebuah puncak dengan warna kontras. Ia juga mengecup puncak itu, sangat lembut dan hati-hati.
Jihoon tidak dapat menahan ekspresi terpuaskannya dan mendesah untuk ke sekian kalinya karena service yang diberikan Soonyoung pada tubuhnya.
Bereksplorasi pada tubuh seorang laki-laki memang bukan sesuatu yang pernah dibayangkan Soonyoung sebelumnya. Tapi ia merasa sangat senang ketika desahan Jihoon mencapai indera pendengarannya.
Satisfactory pleasure.
Jemari Jihoon sudah menelusup ke sela-sela surai Soonyoung. Bila bibirnya dirasa sangat keterlaluan, maka ia secara refleks akan meremasnya kuat-kuat, membuat Soonyoung menghentikan kegiatannya sejenak.
Untuk ke sekian kalinya, bibir mereka kembali bertemu. Kali ini lebih intens dari yang kemarin-kemarin karena Soonyoung juga menikmatinya, malah membiarkan indera pengecap mereka bertaut selama beberapa saat.
Di sela-sela kegiatan intim mereka, sebuah tembakan peringatan berbunyi, diikuti suara pecahan kaca dan jeritan pada tamu pesta. Soonyoung mendadak menghentikan eksplorasinya dan melepaskan Jihoon dari dekapannya.
Nafasnya memburu, begitu juga Jihoon.
Satu yang perlu segera Soonyoung sadari sekarang adalah bahwa ia baru saja diperdaya dan ia harus segera berlari ke dalam ballroom untuk mencari Lord Park, kliennya.
"Itu sebabnya aku mengataimu bodoh."
.
.
.
- continuará -
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Reconociéndote | SoonHoon
Fanfiction- 인식 (Recognizing) from PLOTTING - Seorang detektif ternama, Kwon Soonyoung ditugaskan untuk menyelidiki sebuah ancaman, namun semuanya telah tertata dengan baik hingga ia tak dapat mengenali eksekutornya sendiri Apakah dia benar-benar seorang wanit...