Bab 1.3

25.3K 1.4K 19
                                    

Banyak typo. Nggak diedit. Keburu ngantuk. Maaf.
.
..

Selama seminggu setelahnya Rachel menghabiskan waktu mengurus surat pernyataan cutinya dan menghabiskan banyak waktu mendengarkan Rebecca.  Rebecca mengatakan semua hal yang perlu diketahui Rachel tentang keluarga Osborne. Di mulai dari Gavin, si workaholic yang peduli dengan keluarganya sampai dengan ibu mertua yang terlihat tidak menyukainya.

“Sebetulnya wanita itu adalah ibu tiri Gavin yang bertingkah seolah dia ratu di rumah. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya.”

Rachel mengangguk. “Kau bilang Gavin memiliki anak.”

“Oh ya, ada Charles dan Dorothy. Kau tidak perlu mencemaskan keduanya, Charles senang sekali bermain game dan mengurung diri di kamarnya. Usianya tujuh tahun, sedangkan Dorothy berusia empat tahun. Dorothy kadang rewel, tapi kau tidak perlu khawatir. Ada pengasuh yang yang mengurusnya.”

Rachel berusaha memasukkan informasi itu ke kepalanya sambil memandangi bukit Abel yanh berwarna kemerahan dan peternakan milik Madeline yang membentang luas.  Tiga hari lagi ia akan meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke ibukota Myths.  Ia berharap penyamaran ini akan berhasil dan ia bisa kembali ke Audene tanpa menimbulkan masalah sedikitpun.

“Rachel, kau baik-baik saja?”

Rachel mengerjap lalu memandang Rebecca dan tersenyum. “Aku baik-baik saja. Kurasa aku akan menemukan petualangan yang menakjubkan di kota nanti.”

“Maafkan aku yang membuatmu harus melakukan semua ini.”

“Tidak apa-apa. Aku hanya ingin kau dan bayimu baik-baik saja.”

Rebecca tersenyum kian lebar. “Tentu.  Di sini akan sangat menyenangkan. Aku bisa mulai menulis lagi tanpa terbebani dengan apa pun.”

Rachel mengangguk sambil meneguk tehnya. Rebecca ikut memandang padang yang luas membentang itu dan lagi-lagi ia memikirkan Aaron. Sedikit banyak ia penasaran apakah pria itu menghubunginya setelah mendapatkan surat itu?  Atau ia mengabaikannya dan kembali melanjutkan hidupnya tanpa memikirkan anak mereka. Jika itu yang diinginkan Aaron, maka Rebecca akan mengabulkannya. Tidak. Rebecca sudah mengabulkannya dengan memutuskan untuk tinggal di Audene.

Rachel menggeliat dengan terengah-engah. Ia membuka matanya dan melihat pria itu lagi dengan bertelanjang dada. Pria itu menyeringai padanya laku melebarkan paha Rachel yang telanjang.

Rachel menahan napas melihat lidah pria itu bermain-main dengan pahanya dan mulai menenggelamkan wajahnya di bagian sensitif tubuhnya.  Rachel mengeluarkan erangan lembutnya dan pria itu semakin menjadi. Lidahnya tak pernah berhenti menggoda Rachel, dan Rachel tersesat dalam gelombang panas yang melandanya.

Dan saat Rachel terbangun ia menatap kehampaan kamarnya.  Ia masih mengantuk. Ia membalikkan tubuhnya dan merapatkan kakinya. Uh, dia menginginkan sentuhan pria itu. Pria dalam mimpi-mimpi erotisnya.

“Jaga dirimu baik-baik Rachel.” Sore itu Rebecca dan Philip mengantar kepergian Rachel dengan kereta malam.

“Kau juga. Jika aku bertemu Aaron aku akan menghajarnya untukmu.”

“Oh, kumohon jangan lakukan itu.  Dia akan semakin membenciku karena sudah mengacaukan hidupnya.”

“Kau selalu mencintainya, eh?” gerutu Rachel. “Baiklah aku tak akan menghajarnya sebagai Rebecca. Tapi aku akan menghajarnya sebagai Rachel.”

“Rach!” seru Rebecca dengan gemas yang dibalas Rachel dengan tawa.
 
“Aku akan sering-sering menelepon. Pastikan ponsel barumu menyala.” Katanya dari jendela kereta.

Pertukaran IdentitasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang